Hari Kejadian

5 2 0
                                        

Hari ini Tabia akan bertemu dengan Calvin, mengatakan apa yang dulu belum sempat ia sampaikan. Berkat bantuan dari Abi kini Tabia sudah sampai di parkiran tempat dirinya akan bertemu dengan Calvin. Awalnya Tabia ragu untuk menerima saran dari Abi untuk datang ke sini, Cafe Pelangi. Tapi Abi berhasil menyakinkan Tabia untuk datang ke cafe itu.

"Apa Calvin sudah datang?"

"Sudah." Sepuluh menit yang lalu saat mereka masih dalam perjalanan, Calvin mengirim pesan kalau dirinya sudah sampai.

"Pergi lah Tabia,"

"Orang yang ingin bertemu dengan dokter sudah sampai?"

"Belum, mungkin sebentar lagi."

"Oke, aku turun. Nanti kalau dokter Abi selesai bisa pulang lebih dulu, nanti aku,"

"Aku akan menunggu disini."

"Aku kedalam dulu. Hati-hati di jalan."

Tabia turun dan melambaikan tangannya ketika mobil itu mulai berjalan menjauh. Tabia memandang cafe di depannya. Sudah banyak berubah tapi kenapa rasanya baru kemarin.

Tabia melangkah perlahan dengan berbagai macam rasa, bunyi lonceng menandakan bahwa dirinya telah berhasil memasuki cafe. Tabia melihat laki-laki itu disana duduk menghadap ke taman anak-anak yang disediakan cafe. Sejenak Tabia melihat bayangan masa lalu, ketika Clara menunggu dirinya saat itu. Clara dengan muka cemberut karena menunggu Tabia yang terlalu lama di jalan.

"Tabia" sapaan itu menyadarkan Tabia untuk mendekat. Menyadarkan dari mengenang masa-masa indahnya. Mendudukkan di kursi seberang Tabia dapat melihat kalau orang didepannya canggung.

Waktu telah merubah banyak, tubuh kurus itu berubah sedikit berisi dengan sedikit otot di lengan. Laki-laki yang Tabia temui dengan keadaan berantakan dan rambut gondrong kini berpenampilan rapi dan potongan rambut seperti di majalah model langganan Vira, dan itu membuat ketampanan laki-laki didepannya ini bertambah.

"Hai kak Calvin," sapa Tabia. Calvin yang melihat Tabia datang merasa senang.

"Terima kasih sudah mau bertemu dan kakak juga minta maaf atas sikap kakak dulu. Tabia, Kakak benar-benar menyesal." Pertama yang Calvin ucapkan ketika Tabia sudah duduk di kursi yang ada di depannya.

"Kakak sudah mengatakan ribuan kali di chat dan aku juga sudah mengatakan kalau aku juga sudah memaafkan kakak." Mungkin bisa dikatakan Calvin sudah melakukan spam pesan kepada Tabia.

"Benarkah? Rasanya kakak masih banyak berhutang maaf sama kamu Bia. Boleh kakak panggil begitu,?" Calvin masih merasa tidak enak kepada Tabia. Sungkan.

"Jadi Bia, apa yang aku lewatkan selama empat tahun itu." Calvin cemas, entah karena ia merasa bersalah.

"Sebelum itu, bisa kakak jawab pertanyaanku dulu," ucapan Tabia terjeda karena pelayan mengantar pesanan Tabia.

"Kenapa sekarang kakak begitu penasaran dengan yang terjadi hari itu, bukannya semua sudah selesai?" Sambung Tabia, Tabia ingin mengetahui kenapa baru sekarang laki-laki ini datang kepada dirinya, selama itulah untuk menerima semua yang terjadi.

"Bi, entah kenapa kakak ngerasa ada sesuatu yang belum selesai. Karena itu kakak kembali kesini. Karena di malam peringatan Clara, Clara datang ke kakak." Setiap malam di hari peringatan Clara, Calvin selalu bermimpi. Mungkin awalnya ia menganggap itu sebagai bentuk kerinduan. Tapi akhirnya dia merasa ada yang tidak benar.

Flashback On

"Sayang, makannya jangan cuma diaduk." Instruksi Bianca melihat Tabia tidak ada semangat untuk makan.

"Clara masih marah?" tanya Bianca yang dijawab anggukan kepala Tabia.

"Nggak biasanya lama begini, biasanya sehari udah baikan. Berantem kenapa sihh?" Heran Bianca.

Merakit CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang