Bab 21 Mungkin Ini Yang Terbaik

92 4 0
                                    

Assalamu'alaikum para reader
CDD

Gimana kabar kalian sehatkan

Udah siap denger keputusan Ning Indah belum

Dilanjut nggak yah khitbahannya

Langsung aja yuk baca

Jangan lupa tinggalkan jejak

Awali harimu dengan basmallah

Selamat membaca

~.~

Fajar khidib sudah datang, Zaraa memutuskan untuk menunaikan salat tahajud. Dirinya ingin memantapkan hati menerima khitbahan ini.

"Assalamu'alaikum warahmatatullah"

"Assalamu'alaikum warahamatullah"

Ucap Zaraa tanda dia sudah menyelesaikan salat tahajud nya. Lalu dia menengadahkan tangannya untuk memulai mengadu pada Allah.

"Ya Allah jika memang ini yang terbaik mohon ikhlaskan hati hamba menerima ini, berikan pendamping hidup terbaik untuk Gus Fadlhan. Dan bimbing hamba untuk bisa mencintai calon suami hamba ya Allah. Amiin ya rabbal 'alamin"

Zaraa lantas bergegas kembali menuju kamar asrama takut nanti teman - temannya terbangun dan tidak menemukannya di kamar.

"Kamu habis dari mana" ucap Chayra sambil bersedekap dada.

"Aku habis di mushola" ucap Zaraa sambil berlalu meninggalkan Charya masuk ke dalam kamar.

"Kamu bikin aku khawatir tahu, kamu tiba - tiba nggak ada di tempat. Hampir aku tadi bangunin yang lain buat cari kamu"

"Maaf" ucap Zaraa dan dibalas anggukan kepala oleh Chayra dan mereka memilih untuk kembali tidur karena sekarang masih pukul dua dini hari. Sedangkan salat tahajud nanti pukul tiga.

Lumayan masih ada waktu satu jam lagi untuk salat tahajud. Setelah adzan subuh berkumandang mereka Zaraa melaksanakan salat subuh berjamaah dan dia yang menjadi imamnya.

~.~

Matahari sudah menampakan dirinya. Zaraa juga sudah bersiap-siap. Dia akan ke kampusnya untuk hari ini karena ada urusan penting dengan dosennya. Di sana juga ada teman – temannya yang juga sedang bersiap – siap untuk berangkat ke kampus merasa heran karena tidak biasa bersiap – siap dengan sangat rapi.

"Kamu mau ke mana sudah rapi saja" tanya Kayesa.

"Mau ke kampus nggak bisa lewat online" ucap Zaraa sambil membawa buku yang dia perlukan" jawab Zaraa yang dibalas 'oh' ria oleh teman – temannya.

"Kalau begitu aku duluan sudah di tungguin dosen nggak enak" ucap Zaraa berpamitan pada semua teman – temannya.

"Hati – hati"

Di perjalanan Zaraa masih tidak fokus memikirkan siapa yang akan menjadi suaminya itu. Karena terus melamun sampai – sampai Zaraa tidak sadar kalau sudah sampai di kampusnya. Saat Zaraa masuk ke kampus itu banyak yang menatapnya, mungkin mereka merasa asing dengannya karena dia jarang ke kampus.

"Siapa dia, cantik banget woy"

"Saby lah jadi pacar gue"

"Mata lo, jadi pacar"

cinta dalam doaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang