Bab 25 Hari Terpenting

139 7 0
                                    

Assalamu'alaikum
Apa kabar semua? Lama ya aku nggak up lagi
Maaf aku sibuk sama prakerin aku terus jadi males nulis.
Udah ah langsung aja

بسم الله الرحمن الرحيم

Setelah drama keluarga yang diciptakan Zaraa. Kini dia sedang duduk di pinggir ranjangnya.

Kepalanya tertunduk dalam mencoba tenang dan menerima bahwa sebentar lagi dia akan menjadi seorang istri.

Tak terasa air mata terus mengalir seiring Zaraa memikirkan pernikahannya yang sedang berlangsung.

Disaat Zaraa sedang merenung tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya

Tok tok tok

Zaraa berjalan pelan karena kesusahan oleh gaunnya. Baru saja tangannya akan membuka knop pintu, tapi sudah terbuka dan menampakkan wajah ning Hilya.

"Eh..... aku kira kamu nggak dengar aku ngetuk pintu makanya nggak dibuka" ucap Ning Hisha cengengesan.

"Nggak Ning" ucap Zaraa.

Mereka lalu duduk di sofa yang sudah tersedia di kamar Zaraa. Ning Hisha yang melihat Zaraa gugup menggenggam tangannya untuk menyalurkan ketenangan.

"Tenang aja pasti semuanya berjalan lancar" ucap Ning Hisha menenangkan Zaraa.

"Disana Fadlhan lagi menjawab tangan ayah kamu untuk mengucapkan kalimat sakral itu jadi berdoa semoga dia di lancarkan" ucap ning Hisha sembari terus menggenggam tangan dingin Zaraa.

~.~

Sedangkan di bawah terlihat banyak orang yang salah satunya sedang menjabat tangan seorang laki-laki seumuran abinya

Terlihat dari raut wajahnya bahwa dia sangat tegang dan gugup. Melihat kegugupan calon menantunya pria paruh nya itu berucap.

"Jangan tegang gitu, rileks. Nanti kalau kamu tidak bisa mengucapkan ijab Qabul kan berabe" ucapnya bercanda.

Setelah menenangkan hatinya, Gus Fadlhan menghembuskan nafasnya pelan. Di susul perkataan bapak penghulu. "Bagaimana, apa sudah siap Gus".

"Bismillah saya siap" ucap Gus Fadlhan tegas dan sekarang dia sedang menjabat tangan calon mertuanya untuk mengucapkan ijab Qabul.

"Ya Muhammad Fadlhan Fahreza Al -Farabi Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka Tanisha Zaraa Mecca Alhusyan binti Athar Alhusyan alal mahri qira'at lisurat ar rahman wamilyar rubiat wakhatam min al'almas biwazn 50 qirat hallan.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq"

"sah"

"sah"

Dengan sekali tarikan nafas Gus Fadlhan menggucapkannya dengan lancar yang di susul dengan ucapan hamdalah dari para saksi atas pengucapan janji suci Gus Fadlhan kepada allah untuk menjaga dan mencintai wanita yang sudah menjadi istrinya sekarang.

Senyuman tidak pernah luntur dari bibir kedua keluarga itu. sedangkan di dalam kamar, sang pengantin sedang gugup menunggu calon suaminya mengucapkan ijab qabul. saat kata sah keluar bersamaan dengan kata hamdalah dari penghulu membuat hati Zaraa menghangat, tidak ada lagi kegugupan yang melandanya.

cinta dalam doaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang