Spesial One shoot

38.2K 378 13
                                    

── ⚠️ ꜝꜝ  Femboy 𓈒  ◯

Hai! Kali ini aku mau kasih yang spesial di one shoot kali ini dan yang ada di trakteer adalah full vers ( masih dalam bentuk draf dan revisi). Karena adegan vulgar dan berbagai foto yang akan saya gunakan, kalau di sini pasti kena peringatan seperti waktu itu.

• Spoiler

Hasil pemikiran sendiri.

Happy Reading

Josie akhirnya pindah ke tempat impiannya. Bagi Josie, kehidupan di kota tidak memungkinkan dengan daerahnya sendiri. Dia tidak bisa menahan kegembiraannya saat dia memarkirkan mobilnya di depan rumah barunya.

Saat Josie masuk dan meletakkan barangnya, dia melihat sekitar dala rumahnya yang begitu luas namun terlihat sederhana. Setelah meletakkan tas ranselnya yang berisi barang pentingnya, dia mendengar bel pintu berbunyi. Awalnya dia terkejut, tapi menyadari kabar mungkin tentang tetangga baru.

Josie membukakan pintu untuknya dan melihat seorang pemuda dengan senyum ramah. Pikiran pertama yang terlintas dalam pikirannya adalah imut. Dia melihat orang itu dari ujung kepala sampai bawah.

"um hai?" Ucapnya sambil memiringkan kepalanya dan  melambaikan tangannya di depan Josie.

Saat itulah Josie menyadari kalau orang itu menatapnya terlalu lama. Josie selalu lemah terhadap pria cantik dan imut.

"Maafkan aku! Aku tidak bermaksud." Seru Josie dengan pipinya yang sudah bersemu.

Dia terkekeh dengan senyum di wajahnya, dia menyerahkan wadah yang dipegangnya.

"Ini. Ibuku dan aku membuat ini untuk menyambutmu. omong-omong, aku Haru."

"Saya Josie."

"Aku suka namamu Josie. Semoga kamu menikmati kue dan rumah barumu." Ucapnya semabri tersenyum dan kemudian dia pergi.

'Haru. Nama yang indah' pikir Josie.

Nama yang bagus untuk anak laki-laki yang manis dan cantik.

•••

# Josie House

Pagi yang indah hari ini. Josie lebih berseri, mengapa? Karena dia mengajak Haru untuk menghabiskan waktu bersama di rumahnya. Setelah apa yang terjadi kemarin sore dengan Haru yang menangis, Josie dan Haru duduk sambil berbincang berbagai hal topik yang muncul di benak mereka, hingga Haru ingin melihat karyanya.

Seperti sekarang, Josie kesana kemari di sekitar dalam rumah untuk memeriksa ulang memastikannya sempurna. Jantungnya bedetak sangat cepat, dia tidak pernah segugup ini sebelumnya, dia ingin terlihat sempurna untuk pria paling imut itu. Karena baginya dia yang paling sempurna.

Kemudian bel pintu berbunyi. Berusaha menghilangkan kegugupannya, Josie bergegas menuju pintu. Itu Haru, terlihat sangat imut. Josie bisa melihat betapa percaya diriya dia dengan apa yang di kenakannya saat ini. Pakaiannya seperti kemarin hanya saja yang berbeda adalah dia memakai polesan di bibinya yang nampak mengkilap. Tanpa sadar Josie membasahi bibir bawahnya dan menggelengkan kepalanya. Kemungkinan Josie sudah terpesona.

Namun meski dengan segala feminimya, Josie masih bisa melihat bahwa Haru adalah laki-laki dan itulah yang paling disukai Josie. Haru yang menyadari itu hanya tersenyum manis, yang membuat panas menjalar di pipi Josie.

"Haru, kau terlihat sangat imut. Seharunya aku berpakian lebih for-"

"Tidak apa-apa, kamu juga terlihat lebih menawan dari sebelumnya! Sejujurnya aku pikir aku sedikit berlebihan memakai pakaian seperti ini, tapi apa yang aku katakan tadi malam membuatku merasa baik." Ucapnya dengan malu-malu.

"Um kalau begitu masuk lah."

Josie mambawanya masuk dan berjalan ke kamar milik Josie. Jendelanya dibiarkan terbuka sehingga udara bisa masuk dan merasakan udara yang sejuk, sementara Haru sedang menatap sekitarnya, Josie mengambil kursi untuknya dan dia duduki.

Haru mengagumi Josie yang sedang fokus dengan menggambarnya. Matanya yang begitu fokus pada karya seninya dan bibirnnya yang terbuka sedikit, membuatnya terlihat lucu. Wanita muda itu begitu fokus, sehingga tidak menyadari bahwa Haru telah berhenti melihat lukisan yang terpajang itu dan berjalan ke arahnya, dia hnaya ingin tahu apa yang Josie gambar.

Sampai dia begitu dekat dan hampir melihat sketsa itu, Josie yang merasakan Haru sudah berada di sebelahnya dengan cepat menutup bukunya.

"Owh...apakah kamu menggambar sesuatu yang panas?" Ucap Haru yang di akhiri dengan menyeringai.

"Tidak! Bukankah kita h-harus melukis sekarang kan?"

"Oke mesum."

Mereka berdua duduk di kursi dengan di depannya sudah ada Easel ( papan untuk menjepit kanvas ), Josie juga memastikan untuk mendapatkan celemek untuk Haru agar pakaiannya tidak kotor terkenat  cat. Kemudian dia mulai melukis. Haru dengan penuh perhatian memperhatikan setiap sapuan atau gerakkan tangan Josir yang dilakukan dengan kuas ditangannya.

Sekitar 3 jam kemudian, lukisan selesai. Josie menggambar sebuah ombak dengan langit yang terlihat senja. Sebagian diri Haru merasa iri dengan lukisan tersebut, dia ingin Josie hanya menatapnya. Haru tidak ingin pikiran Josie hanya pada ombak yang inah itu, dia ingin Josie melukis dirinya.

Andai saja Josie tahu keinginannya menjadi kenyataan.

Saat mereka sudah membersihkan hasil karyanya dan memajangnya di suatu tempat, Haru tiduran di kasur miliknya dan Haru masih duduk di kursi tadi. Suasanya hening karena mereka sedang memikirkan topik agar tidak terdengar atau terlihat canggung, sampai di mana Haru berbicara terlebih dahulu yang membuat jiwa mager Josie harus menuruti kemauannya.

"Karena kamu belum mengenal sekitar kota ini, bagaimana kalau kita menjelajahi kota?" Ucap Haru yang membuat Josie reflek posisinya menjadi duduk dan menatap Haru dengan terkejut.

"Apa ya-"

Sejujurnya dia tidak pernah ingin keluar. Waita itu sangat malas dan lebih suka berbbaring ketika sudah selesai melukis. Jika ada orang yang memintanya unguk pergi keluar bersama, dia kan mengatakan tidak secara paksa, tetapi untuk kali ini dia tidak akan pernah bisa menolak ajakkan Haru.

Ini pertama kalinya juga Josie ingin terlihat bagi seseorang, apalagi dengan Haru. Setelah mencari-cari di lemari, dia menemukan atasan kemeja berwarna putih dan jelana jeans berwarna hitam.

Haru juga bersiap-siap untuk mengganti pakainnya juga, pria itu mengenakan sesuatu yang ssama sekali tidak terduga. Dan Josie akan melihat itu setelah membukakan pintu untuknya.

Josie hampir pingsan saat itu juga. Bajingan kecil itu memutuskan untuk mengenakan  lingerie yang tentu saja masih tertutup, hanya saja sama dia ditutupi oleh jaket yang sebatas se pahanya.

END

FemdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang