S:18

25.1K 1.5K 21
                                    

Assalamualaikum semuaaa

Jangan lupa buat dukung terus book "Sequoia"
dengan cara vote dan komen

Enjoy your time guys!

.
.

~ Sequoia ~

Hari-hari telah berlalu dan Ana sudah kembali ke pondok dan mengajar sepeti biasa. Kehidupannya mulai berangsur memulih berkat dukungan keluarga dan orang-orang terdekatnya.

"Mbak Ana! Ini bagus banget!" Puji Wina saat Ana memberikan sebuah abaya kepada gadis itu.

"Makasih mbak!" Wina memeluk Ana dan ia membalas pelukan tersebut.

"Sama-sama, Win."

Malam ini, Wina berkeinginan untuk tidur bersama dengan Ana di kamar yang Ana tempati. Dengan senang hati Ana menurutinya, biar dia juga ada teman saat tidur.

Entah mengapa, akhir-akhir ini Ana sangat sulit untuk tidur dan ada beberapa waktu tubuhnya bergetar secara tiba-tiba.

"Mbak mau tau nggak cerita pondok waktu mbak gak masuk beberapa minggu yang lalu," celetuk Wina.

"Boleh. Emang apa aja yang terjadi?"

Wina mengambil posisi yang paling nyaman. Ia akan membongkar perilaku seseorang saat Ana sedang izin kemarin.

"Masa mbak, ada yang marah-marah waktu mbak gak masuk kemarin. Sebabnya sepele, sorban yang ia pakai di pegang oleh orang lain. Langsung ngamuk tuh orang." Wina mulai bercerita.

"Terus juga ada yang bilang gini, 'nanti kalau Ana sudah kembali, aku mau masakan dia makanan yang paling enak'. Aku yang dengar aja sampai tertawa sendiri," sambung Wina.

"Emang siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan, Abang Razzan." Wina mengeraskan suaranya saat mengucapkan nama Razzan.

Ia tau bahwa Abang sepupunya ini tengah menguping pembicaraan dirinya dan Ana. Ia bisa melihat juntaian kain sorban di samping pintu kamar Ana yang tidak tertutup dengan sempurna.

"Kalau kepo tuh tinggal bilang aja, bang. Gak usah sembunyi-sembunyi gitu!" Ana pun langsung melihat kearah pintu.

Dan benar saja, bisa ia lihat ada sedikit kain sorban yang terlihat disana. Ia pun hanya tersenyum kecil.

Razzan yang berada disana langsung ling-lung. Kenapa ia harus ketahuan sekarang, mukanya pun sudah memerah akibat malu.

Kemudian ia menetralkan mimik wajahnya dan berdiri didepan pintu kamar Ana.

"Kalian tidurlah, ini sudah sangat larut!"

"Huuuu, bilang aja masih mau ketemu mbak Ana kan."

"Kamu kembali ke kamar kamu Wina."

"Gak mau, emang Abang siapa mau ngusir aku? Mbak Ana aja ngebolehin kok aku tidur disini." Wina menjulurkan lidahnya meledek Gus Razzan.

Gus Razzan mendengus kesal. Masa ia kalah dengan bocah prik satu ini.

"Ya sudah. Tidur! Sudah malam."

SEQUOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang