S:44

16.3K 991 22
                                    

Assalamualaikum semuaaa

Jangan lupa buat dukung terus book "Sequoia"
dengan cara vote dan komen

Enjoy your time guys!

.
.

~ Sequoia ~

Malam ini, Gus Razzan akan tidur bersama putranya setelah beberapa hari menginap dirumah sakit. Nyai Dewi memerintahkan dirinya untuk tidur di ndalem, karena ia tau anaknya ini kurang nyaman tidur di rumah sakit.

Sedangkan Ana yang menjaganya adalah Kyai Malik dan adik bungsunya, Zhafran. Sebenarnya hanya Zhafran saja yang berada disana menjaga Ana, namun Kyai Malik tak tega dan memilih untuk menemani pemuda tersebut.

"Anak Abi, bobok yang nyenyak ya sayang."

Gus Razzan menipuk-nipuk anaknya dengan pelan. Bayi mungil itu mulai memejamkan matanya sambil sesekali menggeliat pelan.

Lama kelamaan bukan hanya bayi itu saja yang tertidur, tapi Gus Razzan pun turut ikut dalam kelelapan tersebut.

Nyai Dewi yang lewat depan kamar Gus Razzan pun menghentikan langkahnya tatkala melihat dari celah pintu yang sedikit terbuka pemandangan yang membuat dirinya merasa sedih.

Hatinya meringis sakit melihat anaknya bersama sang cucu yang harus menahan semuanya. Tanpa istri dan ibu, rasanya lebih berat.

"Cepatlah sadar, Ana. Anak dan cucu umi sangat membutuhkan mu," lirihnya.

Saat tengah malam, tangisan Rayyan menganggu tidur ayahnya. Dengan sigap Gus Razzan menggendong putranya sambil menyanyikan lagu tidur, berharap anaknya kembali tertidur.

"Rayyan sayang, ooh Rayyan sayang ... kalau tidak bobok digigit nyamuk ..."

Lagu itu terus berulang, tapi sayang si mungil belum juga ingin memejamkan matanya. Tangisan Rayyan semakin kencang dan hal itu membuat Gus Razzan kelimpungan.

"Anak Abi lapar?"

Diciumnya pipi putih anaknya itu. Rayyan semakin merengek kencang.

"Eeh? Kok makin kencang? Lapar ya? Kita buat susu dulu ya."

Sebelum pergi ke dapur, Gus Razzan mengambil gendongan dan meletakkan Rayyan didalamnya.

Jarum jam menunjukkan pukul 01.48 dini hari. Suasana ndalem sudah sangat sepi, ia yakin orang-orang sudah pada tidur. Ia tidak mau membangunkan Uminya, karena ia yakin wanita paruh baya itu pasti sangat letih hari ini.

Gus Razzan berlenggang menuju dapur dan membuatkan susu untuk anaknya.

"Habis ini bobok ya baby boy, besok Abi harus kerja dan ngurusin umi." Seakan tau apa yang dibicarakan ayahnya, bayi itu tersenyum.

"Manis sekali anak Abi."

"Razzan?"

Gus Razzan menoleh kebelakang. "Eh umi? Umi keganggu ya karena suara Rayyan?"

"Enggak kok, umi kebangun sendiri. Haus, mau minum."

Kemudian Nyai Dewi mengambil segelas air dan meneguknya.

SEQUOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang