S:24

25.6K 1.3K 45
                                    

Assalamualaikum semuaaa

Jangan lupa buat dukung terus book "Sequoia"
dengan cara vote dan komen

Enjoy your time guys!

.
.

~ Sequoia ~

"Allahu akbar ... allahu akbar!" Adzan subuh berkumandang dengan lantang membuat pria yang tengah nyenyak bermimpi itu terbangun.

Dilihatnya jam yang terpajang di dinding kamarnya menunjukkan pukul 04:30. Saat nya ia akan melaksanakan sholat berjamaah.

Namun, pergerakannya terhenti ketika melihat sebuah tangan mungil berada di pinggangnya. Dirinya baru ingat tentang kejadian tadi malam, dimana ia sudah menjadi milik seseorang sepenuhnya.

Dielus ya surai panjang itu dengan lembut. Ia pun urung untuk melaksanakan sholat di masjid, ia memilih untuk sholat berjamaah bersama istrinya saja.

Sebelum ia membangunkan istrinya, ia lebih dahulu membersihkan dirinya dan menyiapkan segala keperluan sholat, baru setelahnya ia membangunkan istri cantiknya itu.

"Zawjati ..."

Cup

"Cantiknya Abang ..." dengan lembut Gus Razzan membangunkan Ana. Tidak membangunkan dengan menggoyangkan tubuh melainkan dengan kecupan manis yang di berikan.

Ana menggeliat lucu dan hal itu membuat Gus Razzan tersenyum.

"Manis sekali istriku ini ..." gemasnya sambil mencubit pelan hidung istrinya.

"Sayang, bangun dulu yuk. Kita sholat subuh dulu, kita tadi gak sholat tahajud lhoo ... bangun yuk!" Ana sebenarnya sadar, hanya saja matanya ini sangat berat.

Dan seperti ada magnet di kasur itu yang menarik dirinya sehingga enggan untuk bangun ditambah lagi beberapa bagian tubuhnya yang terasa begitu pegal.

"Abang gendong ke kamar mandi ya." Belum mendapat persetujuan dari Ana, Gus Razzan sudah mengangkat istrinya untuk menuju kamar mandi.

"Cuci muka dulu biar sadar, ya cantik," kekeh Gus Razzan melihat Ana yang hanya menurut saja. Di raup nya wajah cantik itu dengan penuh kasih sayang.

Lebih baik dari sebelumnya, kesadaran Ana mulai memulih setelah terkena air.

"Kamu mandi besar dulu, habis itu wudhu baru sholat. Abang tunggu di depan." Sebelum meninggalkan istrinya, Gus Razzan mengusap kepala Ana.

"Bisa gila lama-lama kalau kayak gini," kata Ana pelan saat Gus Razzan sudah pergi.

Selang beberapa menit, keluarlah Ana dari kamar mandi dengan balutan daster yang sudah diletakkan Gus Razzan sebelumnya disana.

"Udah wudhu?" Ana mengangguk.

"Ya sudah, pakai mukenahnya, abang mau ngambik wudhu dulu."

Tadi Gus Razzan memang belum mengambil wudhu sebab ia berniat untuk menggendong istrinya.

Sholat berjamaah itu di mulai. Sungguh tak terbayang oleh Ana jika ia bisa merasakan di imami oleh suami nya sendiri, mana suaminya seorang Gus lagi.

SEQUOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang