S:36

17.2K 1K 37
                                    

Assalamualaikum semuaaa

Jangan lupa buat dukung terus book "Sequoia"
dengan cara vote dan komen

Enjoy your time guys!

.
.

~ Sequoia ~

Beberapa hari kedepan merupakan tanggal merah. Gus Razzan dan Ana memutuskan untuk pergi dan menginap di rumah orang tua Ana. Mereka sudah lama tidak bersua dengan kedua orang tua Ana, katanya sekalian melihat keadaan keduanya.

"Mbak kapan pergi?" Tanya Zhafran yang berada disamping Ana. Mereka berdua tengah duduk di bangku teras ndalem.

"Insyaallah besok siang, kenapa?"

"Aku mau ikut," pinta pemuda itu.

"Emang boleh apa?"

"Ya aku juga gak tau."

"Nanti mbak tanya ke Abang Razzan dulu atau nggak ke umi, habis itu mbak kasih tau kamu," jawabnya.

"Tapi takut gak dibolehin sama Abang atau mertua mbak," keluh Zhafran.

Sejak Ana mulai mengandung, Zhafran mengganti panggilannya terhadap Gus Razzan, tidak menggunakan embel-embel Gus lagi.

"Kalau gak dibolehin ya gak papa, nanti mbak bawakan apa yang kamu mau."

"Tapi mau ketemu Umma dan Abba."

Ana menghela nafasnya. "Mbak usahakan ya, tapi jangan terlalu berharap."

"Iya mbak, terimakasih ya."

Ana menyingkirkan rambut Zhafran yabg hampir mengenai mata pria tersebut.

"Besok kalau sempat potong rambutnya, biar enggak keganggu penglihatannya," tutur Ana.

"Iya mbak."

"Baru sadar mbak kalau kamu makin lama makin ganteng," puji Ana yang membuat Zhafran tersenyum sekilas.

"Kan keturunan Abba," jawabnya.

"Dulu cowok ini cowok paking cengeng, sekarang udah mau lulus."

"Kan udah besar."

Ana tersenyum mendengar perkataan Zhafran. "Tapi bagi mbak, kamu bakal tetap jadi adek kecilnya mbak."

Kemudian terdengar azan ashar berkumandang membuat Zhafran bersegera pamit untuk menunaikan sholat ashar berjamaah di masjid.

"Jagain ponakan aku ya, mbak!"

"Iya dek," jawab Ana tulus. Walaupun ia tau adeknya ini irit berbicara, namun perasaan pria itu sangat tulus kepada orang lain.

🤍🤍

"Boleh gak, bang?"

"Boleh gak yaaa?"

Ana mengerucutkan bibirnya dan itu membuat Gus Razzan gemas. Untung ini dikamar, jadi ia bisa melakukan apa saja.

"Abang gitu!" Ana memalingkan wajahnya seolah sedang marah.

SEQUOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang