S:14

24K 1.3K 102
                                    

Assalamualaikum semuaaa

Jangan lupa buat dukung terus book "Sequoia"
dengan cara vote dan komen

Enjoy your time guys!

.
.

~ Sequoia ~

Hari-hari pun berlalu, sudah 2 minggu sejak kejadian di rumah sakit kemarin. Dan selama itu juga, hubungan antara Gus Razzan dan Ana sepertinya merenggang.

Tampak sekali jika Ana memberi jarak diantara keduanya, ia melaksanakan saran dari ustadzah Aliya.

Gus Razzan pun sadar akan hal itu, tapi harus bagaimana lagi. Jika itu sudah menjadi keputusan Ana, dia bisa apa.

Hari-hari yang di lewati Gus Razzan rasanya berat, ia terlihat lebih dingin dari sebelumnya. Semua orang pun merasakan hal tersebut.

Seperti saat ini, saat makan malam di ndalem bersama, mereka terlihat sangat membatasi ruang.

"Abang, Ana. Kalian ada masalah?"

"Enggak, Kyai," jawab Ana.

"Atau kamu yang mempunyai masalah kepada Ana, bang?" Gus Razzan menggeleng.

Mereka yang berada disana hanya menghela nafas. Gus Razzan, akhir-akhir ini selalu diam, makan pun tidak teratur. Nyai Dewi sering menegurnya, tapi selalu di jawab 'tidak apa-apa umi'.

"Jika ada masalah, selesaikan. Jangan hanya diam dan memendam, kalian masih muda. Emosi kalian yang nantinya akan terganggu," ujar Kyai Malik.

"Baik, Abi."

"Nggeh, Kyai."

"Abang, setelah ini datang ke kamar Abi, ada yang mau Abi bicarakan." Setelah itu Kyai Malik langsung membersihkan tangannya dan masuk ke kamar.

Gus Razzan menatap Uminya, mengisyaratkan apa yang mau abinya sampaikan.

"Ikuti saja," ucap Nyai Dewi.

Selesai dengan kegiatan makannya, Gus Razzan mendatangi kamar abinya sesuai perintah.

"Ada apa, bi?"

"Duduklah didepan Abi terlebih dahulu." Gus Razzan pun duduk didepan Kyai Malik.

"Kamu, ada masalah sama Ana?"

Gus Razzan diam.

"Benar? Kalau begitu, pakar masalah dari kalian berdua apa?"

"... Masalah hati, bi."

"Hati kamu? Hati Ana? Atau ... hati kalian berdua?"

"Abang gak tau," lirih Gus Razzan.

"Kamu belum menerimanya, itu masalah utamanya."

"Tapi Abi ... kenapa Ana menjaga jarak dengan Abang? Abang sudah bilang akan berusaha menghilangkan rasa ini." Gus Razzan tertunduk.

SEQUOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang