S:20

27.3K 1.5K 44
                                    

Assalamualaikum semuaaa

Jangan lupa buat dukung terus book "Sequoia"
dengan cara vote dan komen

Enjoy your time guys!

.
.

~ Sequoia ~

Setelah beberapa minggu kemudian, Gua Razzan dan Ana tengah di sibukkan dengan persiapan pernikahan mereka yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Orang-orang pondok pesantren belum mengetahui berita tentang mereka, kata Gus Razzan tunggu seminggu sebelum pelaksanaan ia akan mengumumkannya kepada semua orang di pondok itu.

"Ustadzah Ana masih punya jam mengajar setelah ini?" tanya ustadzah Aliya.

Ana mengangguk. "Iya ustadzah, tapi cuma 2 jam saja," balas Ana. ustadzah Aliya hanya mengangguk saja.

Saat Ana ingin mengambil buku absen dimeja nya, ustadzah melihat gelang pemberian Gus Razzan kemarin.

"Lho, saya baru tau kalau ustadzah menggunakan gelang," celetuknya.

"Oh? i-iya, baru beberapa waktu yang lalu saya membelinya." Ana tampak gugup saat berkata, ia harap ustadzah Aliya tidak curiga.

"Memanjakan diri sendiri sesekali ya 'kan, ustadzah." Ana mengangguk. "Benar sekali." Syukurlah jika ustadzah aliya tidak mencurigainya.

Ana segera membereskan beberapa barang yang akan ia bawa untuk mengajar, setelah itu ia berpamitan untuk segera mengajar dkelas.

"R? Sedangkan namanya huruf A. Apa yang sedang ia sembunyikan?"

🤍🤍

"Raffan, bisa panggilkan mbak Ana untuk menemui abang di teras belakang?"

Raffan mengangguk cepat. "Tentu saja bisa!" Seketika Raffan langsung bergegas menemui Ana.

Gus Razznn menggelengkan kepalanya. "Giliran disuruh manggil Ana saja, cepatnya bukan main." kemudian ia pergi ke teras belakang untuk menunggu Ana.

"Mbak Ana ..." panggil Raffan sambil menggedor pintu kamar Ana. Sahutan dari dalam terdengar. "Sebentar." Kemudian keluarlah Ana dengan pakaian rumah yang panjang.

"Oh Raffan, kenapa?"

Raffan pun terpesona melihatnya. Walaupun menggunakan pakaian sederhana, namun Ana terlihat sangat cantik. Eh, tapi jangan bilang ke abang Razzan ya!

Cepat-cepat ia menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran tersebut.

"Itu, mbak di tunggu abang di teras belakang," ujar Raffan.

"Baiklah, terima kasih ya, Raffan."

Raffan mengangguk. " Sama-sama, mbak." Kemudian ia berlenggang pergi dari depan kamar Ana.

Gus razzan yang tengah duduk santai pun bisa merasakan ada orang yang berjalan dibelakangnya. Sudah ia tebak, psti itu calon istrinya.

"Gus Razzan, ada apa?" Ana duduk dikursi yang berada didepan Gus Razzan.

"Besok kita akan fitting baju pernikahan. Besok jam berapa kamu selesai mengajar?"

Ana membuka handphone nya untuk melihat jadwal mengajarnya besok. "Jam setengah 12 sudah selesai, Gus."

"Berarti ba'da zuhur kita akan pergi. Saya akan mengajak Wina untuk menemani kita berdua."

Ana mengangguk menyetujui saran dari Gus Razzan. "Memang Wina tidak kuliah, Gus?"

SEQUOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang