31. Where's your smile gone?

458 70 26
                                    

Sudah memasuki waktu malam dan Jungkook yang pingsan dibawah tentu dibantu dibopong dan dibaringkan di atas ranjang oleh Taehyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah memasuki waktu malam dan Jungkook yang pingsan dibawah tentu dibantu dibopong dan dibaringkan di atas ranjang oleh Taehyung. Dengan darah yang masih setia mengucur dan menapak pada tangan saat Taehyung coba periksa. Tak ada panggilan dokter, Taehyung hanya mengobatinya seadanya dengan gulungan perban yang mengikat kepala.

Sakit, tentu saja rasanya sangat sakit. Benturan keras dengan kekuatan yang lelaki itu punya dengan mudah menghempaskan kepalanya pada sebuah benda keras. Bukan lagi pusing, sungguh jika tak diperiksa dan diobati dengan benar. Masalah tubuh lain akan datang.

Jungkook bangun, tapi dia hanya bisa diam membisu. Seharusnya memang dia tak usah keras kepala dengan membela diri dan balas menyalahkan Taehyung bahwasanya penyebab dari semua titik masalah rumah mereka ada pada diri lelaki itu. Mungkin benar, dia hanya tak bisa mencoba mengertikan. Sedikit lagi, barang sedikit lagi dan terus menerus hingga ia sampai di masa terbiasa hidup ditinggal sendiri. Tak apa jika hanya terus diam di rumah, tak apa jika memang ia terus dibiarkan kosong dan berpikir bahwa pernikahan ini sejatinya hanya ia sendiri, tak apa ia tak dibiarkan menuntut, tak apa jika ia hanya terus patuh, hanya terus diam di rumah tanpa teman. Putaran kegiatan yang baru terasa benar membosankan saat lelaki lain datang dan mengenalkannya kebahagiaan lain.

Apa seharusnya ia tidak memberontak dari rasa kesal yang biasa ia tekan dalam hati. Perasaan ingin marahnya, perasaan ingin didengar keinginannya. Tak hanya harus perintah Taehyung yang ia patuhi, bukankah lelaki itu juga sesekali mendengarkan apa yang dia mau tanpa dibarengi alasan yang bahkan belum terjadi. Semua dalihnya, bantahannya, dan kekeras kepalaan Taehyung.

Tapi lagi-lagi apa yang harus disesali dengan sekarang. Semua konsekuensi dari perbuatannya harus ia tanggung. Balasan dari kebahagiaan yang memabukkannya kini mulai redup dan pudar diganti dengan hukuman-hukuman lain yang siap Taehyung berikan.

Dua tangan kekar dibawah bagian perut itu menjalar dan tetap memeluk dia posesif dibelakang. Jungkook menutup mata, membukanya kemudian dengan sorot mata yang sayu dan tak hidup. Sapuan ciuman pada pipinya yang memar, hanya menimbulkan perasaan getar dan membuat ia takut dan ketakutan.

"Aku membencimu. Aku sangat membencimu. Aku sangat membencimu Jungkook kau ingat itu aku membencimu," bisik Taehyung memecah keheningan.

"Aku hanya merasakan benci padamu. Aku membencimu. Aku jijik padamu. Aku tak suka dengan bau tubuhmu yang sudah dibaui oleh lelaki itu. Rasanya saat aku dekat denganmu aku ingin memotong jarimu saat melihat cincin yang aku sematkan juga terpasang bersamaan dengan cincin yang lain. Apakah kalian sudah menikah di belakangku? Apakah kalian juga sudah tercatat resmi didalam data negara sebagai pasangan menikah. Sebegitu sukanya kau dengan cincin mahal itu sampai tak ada niat melepaskan bahkan ketika kita berhubungan, saat kau mandi, dan saat kapanpun kau di depanku," lanjut Taehyung menekan.

Bagaimanapun dia sekarang pantas dibenci. Tak ada yang akan menyangkal hal itu karena Taehyung sudah melakukan hal yang benar. Ada banyak cara untuk membuat dia ikut merasakan luka dan Taehyung memilih cara langsung dengan kedua tangannya.

[C]LOSER; If We Never Fall in Love Mr. Henderson [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang