Langit menghembuskan nafasnya gusar. Sudah beberapa hari ini dirinya terlihat seperti seseorang yang memiliki beban pikiran. Dari mulai dirinya yang tidak konsen saat melakukan meeting dengan para kliennya, ketika bermain basket bersama para teman temanya, Bahkan__ketika pria itu berkumpul di bar yok yang menjadi tempat favorit nya, jiwanya seperti tidak ada di tempat.Kini mata elangnya memandang sekitar dengan tatapan tajam. Langit sendiri tidak tahu mengapa dirinya berada di tempat seperti ini sekarang. Tiba tiba saja kakinya melangkah menuju tempat yang bahkan ia jarang datangi___bahkan ketika seseorang menunggu di tempat ini. Ia tidak peduli.
Hembusan air laut yang menerpa dirinya, tidak ia pedulikan sama sekali. Itu juga tidak mengubah pikiran nya untuk berhenti melangkah dan pulang. Tubuhnya sudah terlalu malas untuk di gerakan, sebotol vodka yang ia ambil dari lemari rahasia di kamarnya juga terpegang erat menemani kesendirian yang begitu memabukkan ini.
Lagi lagi hembusan nafas kasar terdengar, Langit mengacak acak rambutnya frustasi. Berusaha menyalurkan emosi yang entah darimana datangnya. Merasakan hal yang seperti ini cukup membuat nya bingung harus melakukan apa.
Hingga tiba tiba saja, dering ponsel di sakunya membuyarkan lamunan Langit. Meneguk vodka nya sekali, setelah itu ia berdengus dan langsung mengangkat telfon itu.
"Halo?"
"Halo sayang, kamu sekarang ada dimana? Bunda minta tolong ke kamu buat jemput Starsa ya,"
"Dia ada di cafe biasa, kamu bawa aja dia kerumah, bunda nggak tega kalo harus ngebiarin Starsa tinggal di rumahnya sendiri."
"Tolong ya sayang, bunda tutup telfon nya."
Tut..
Sambungan telfon itu terputus, meninggalkan Langit dengan perasaan gundah disana. Bagaimana bisa ibunya sendiri tidak menanyai kabarnya dan malah menghawatirkan orang lain?
Lagi lagi Langit mengacak acak rambutnya frustasi, "arghhhh!" Setelah itu akhirnya Langit pergi meninggalkan pantai untuk menjemput Starsa.
Jujur sebenarnya Langit tak ingin melakukan ini, namun ia tidak bisa membantah perkataan bundanya.
Dengan terpaksa ia harus menjemput Starsa.
***
"Iya bunda, Kak Langit udah ada kok di depan cafe. Makasih bunda."
Sambungan telfon tertutup. Buru buru Starsa pergi melangkah keluar untuk menghampiri Langit yang tengah menunggu nya di mobil.
Sebenarnya Starsa sama sekali tidak menyuruh bunda untuk melakukan itu, tapi ketika bunda menanyai keberadaan nya dengan jam yang sudah sangat malam. Bunda merasa khawatir dan langsung menyuruh nya untuk pulang bersama Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
langit untuk starsa (End)
RomanceStarsa hanya ingin langit mencintai starsa. Tak ada kata yang bisa di gambarkan jika suatu hari nanti Langit bisa mencintainya. Tapi bagaimana jika tiba tiba ada Langit lain yang mencintai Starsa dan ingin mengambil Starsa pergi? Akankah Starsa me...