BAB 2

506 52 3
                                    

Langit melangkahkan kakinya dengan emosi memuncak, mendengar bahwa Starsa kini berada di rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit melangkahkan kakinya dengan emosi memuncak, mendengar bahwa Starsa kini berada di rumahnya. Sudah jelas ia pasti mengadukan itu kepada kakaknya, Asrar dan Dion.

Mata elangnya terlihat begitu tajam__menusuk tepat pada pintu yang berada di hadapannya, ia mendobrak pintu itu kasar. Kakinya mendekat, menuju tepat di mana Starsa sedang duduk tersedu seraya menangkup lutut kakinya.

Pemuda itu segera melempar vas bunga yang berada di atas meja dengan kasar. Tidak sengaja serpihan dari benturan vas itu mengenai kening Starsa.

Plak.

Tamparan itu begitu perih, hingga memekikkan pendengaran Starsa. Langit menampar Starsa dengan tangan kekarnya.

Mencoba menetralkan tubuhnya dengan memejamkan mata. Lagi lagi Starsa menangis.

"Udah berapa kali gua bilang, berhenti buat ngejar gua Starsa! Lo tuli apa sakit sih, sampe sampe lo nggak dengerin omongan gua!" Langit melangkah kakinya semakin dekat, hingga Starsa bisa mencium aroma tubuh Langit yang begitu memabukkan.

"Denger... Ini peringatan untuk yang terakhir kalinya buat lo," Jarak Langit dan Starsa hanya beberapa senti, hingga Starsa bisa merasakan nafas Langit yang menggebu.

"Sekali lagi lo deketin gua dan ngadu ngadu hal kayak gini kek kak Asrar, gua nggak akan segan segan untuk ngerusak lo__ bahkan gua bisa bikin lo hancur kayak vas bunga itu, ngerti?!" Desis Langit dingin, pemuda itu mundur selangkah, menatap tajam ke arah Starsa sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar tamu itu.

Starsa yang sedaritadi sudah menahan dirinya akhirnya luruh, pria itu terjatuh dan tak mampu menahan tubuhnya dengan kedua kakinya itu. Tangisan nya pecah, membuat Starsa lagi lagi mendapat luka yang baru. Padahal luka yang lama juga belum sempat pulih.

Kata kata Langit yang dingin itu begitu perih, hingga menusuk ke dalam hati Starsa. Merobek kembali bagian hatinya itu, hingga akhirnya ia merasakan goresan luka baru lagi.

"Starsa.." Asrar memeluk tubuh Starsa, mencoba memberi ketenangan untuk Starsa. Kali ini Langit sudah benar benar keterlaluan.

"Sakit.." Lirih Starsa pelan, diselingi dengan air mata yang membasahi wajah nya.

Belum lagi tetesan darah yang mengalir di kening Starsa terlihat begitu perih. Hingga air mata itu berubah menjadi merah.

Starsa memukul dadanya kencang, merasakan betapa hebatnya dentuman keras itu__ yang tidak akan sebanding dengan rasa sakitnya sekarang.

"Kak Asrar!" Langit menghampiri Asrar yang sedang memeluk Starsa, menyeret lengan Starsa dan menjatuhkan tubuh Starsa ke atas kasur.

"Kakak kenapa selalu ikut campur sih?! Gue bilang juga nggak usah ngurusin orang ini kak!"

"LANGIT!"

"Apa! Kak Asrar mau nyalahin langit?! Udah cukup ya kak, langit muak. Mau berapa lama sih kakak terus terusan belain orang ini? Adik kandung kakak tuh gue bukan dia!" Sergah langit dengan penuh tatapan mengintimidasi.

langit untuk starsa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang