Sudah seminggu sejak kejadian malam itu berlalu, saat ini Langit tengah duduk di balkon kamarnya. Di temani secangkir kopi hangat dan sepiring cake lava coklat kesukaanya.Ia merogoh sakunya mengambil handphone dan membuka satu aplikasi yang biasanya terdapat banyak pesan yang di kirim oleh Starsa. Tapi kini tidak ada satu pun notif yang berada di aplikasi itu.
Matanya terpejam, merasakan angin yang berhembus kencang di hadapannya. Siluet bayangan Starsa kini menghantui pikiran nya. Bagaimana sosok pria itu tengah memohon padanya untuk membalas cintanya.
Sambil menangis, pria menggenggam tangan Langit, berusaha untuk memohon agar Langit juga mencintainya. Tapi di dalam bayangan itu Langit, lagi lagi melukai Starsa.
Buru buru Langit menghempis semua pikiran itu, lebih baik ia mandi dan siap siap untuk menghadiri acara yang berada di Fakultas tempatnya belajar dulu.
***
Starsa kini memandang pantulan dirinya di cermin, pria itu memberikan senyuman tipis. Setelah izin hampir seminggu untuk tidak mengikuti kelas, akhirnya hari ini ia berniat untuk masuk kelas lagi. Karena hari ini juga bertepatan dengan acara fakultas, apalagi ia adalah ketua panitia, yang otomatis, ia harus menghadiri acara itu.
Lagi pula dirinya juga sudah merasa lebih baik dari sebelumnya, entah mengapa tiba tiba saja, akhir-akhir ini ia jadi selalu merasa sakit di dadanya. Apa karena ia terlalu lelah karena dirinya menjadi ketua panitia acara dan bekerja keras untuk menyiapkan acara itu? Atau karena gertakan Langit yang lagi lagi menolak dirinya untuk masuk ke dalam hati Langit?
Helaaan nafas lolos dari bibirnya, Starsa baru ingat, pasti Langit akan berada di acara itu. Memikirkan hal itu membuat kepala Starsa berdenyut sakit.
"Ga apa apa Starsa, kamu nggak usah peduliin dia lagi. Cukup nyapa dan..... selesai." Gumamnya.
Pria itu kembali mengarahkan matanya pada pantulan dirinya di cermin, merapihkan dasinya sebelum akhirnya ia meraih tas yang berada di kursi belajarnya. Ia berjalan ke luar kamar nya___menuju ruang makan. Karena sedari tadi Tasya sudah meneriaki dirinya untuk sarapan.
"Lama banget si kak! Tasya laper tau," Kata Tasya ketus sementara Starsa hanya mengelus puncak kepala adiknya itu, "kenapa nggak makan duluan aja sih Sya...." Tanyanya.
"Kata kak Flou Tasya harus nunggu kakak," Jawabnya. Flou yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Kamu udah enakan?" Tanya Flouren.
Starsa mengangguk dengan tatapan kosongnya, "Kakak bener, nggak seharusnya aku kagak gini__ nggak seharusnya aku mencintai tapi ngebuat diri aku sendiri jadi bodoh. Selama sakit kemarin aku udah pikirin mateng-mateng, kalau ini saatnya; saat nya aku untuk berhenti mengejar dan mundur dari langkah yang salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
langit untuk starsa (End)
RomansaStarsa hanya ingin langit mencintai starsa. Tak ada kata yang bisa di gambarkan jika suatu hari nanti Langit bisa mencintainya. Tapi bagaimana jika tiba tiba ada Langit lain yang mencintai Starsa dan ingin mengambil Starsa pergi? Akankah Starsa me...