Rain duduk di atas sofa sambil bersandar di sisi sofa nya. Ia hanya diam, menatap kosong botol yang kini tengah di genggam nya. Sangking sunyinya, hanya terdengar suara denting jam yang terdengar memenuhi ruangan.
Tak ada yang berinteraksi padanya. Tak ada yang berbicara padanya. Bahkan Marsel pun saat ini belum pulang ke apartemen mereka. Entah apa yang sedang ia kerjakan di rumah utamanya. Yang jelas pasti itu tentang dirinya dan hubungan mereka.
Sejak awal, Rain memang sudah mengetahui bahwa kedua orang tua Marsel pasti tidak akan merestui hubungan mereka, entah apa yang membuat orang tua Marsel benci tehadap nya. Dari dulu ia sudah mencari cara untuk melunakkan hati kedua orang tua Marsel, tapi tidak ada satupun cara yang berhasil.
Tangan pria itu memeluk erat bantal yang berada di sampingnya. Ia sama sekali tidak melepas bantal itu dari tangannya. Sampai suara pintu terbuka, ia tetap duduk dalam diam. Menatap Marsel yang kini tengah menghampiri nya dengan wajah yang berantakan.
"Rain.."
Marsel menyingkirkan bantal yang berada di pelukan Rain agar ia bisa memeluk kekasihnya itu. Mengangkat lengan Rain untuk mengelus puncak kepalanya. Pelipis nya terluka dengan darah yang sudah mengering di sana. Tapi Marsel tidak merasa perih atau sakit. Karena ia tahu, jadi Rain, pasti lebih sakit.
"Maaf.."
Rain yang mendengar itu hanya bisa diam sambil terus mengelus puncak kepala kekasih nya. "Papah pasti mukul kamu lagi gara gara aku kan, Kak?"
Pertanyaan itu membuat Marsel memejamkan matanya. Sedangkan Rain hanya diam menunggu jawaban dari kekasihnya.
"E-enggak kok, ini cuman kebentur doang." Kata Marsel mencoba menutupi kenyataan. Sementara Rain hanya bisa menatap mata Marsel yang penuh dengan kebohongan.
"Mata kamu bagus Rain, aku pingin punya mata kayak kamu." Ucap Marsel mengalihkan pembicaraan.
"Jangan pernah tinggalin aku ya Rain, janji?"
"Aku janji."
***
Pintu ruang inap Geino terbuka, menampilkan Marsel yang disusul Rain di belakangnya. Mata Rain langsung bertatapan dengan Edna yang tengah menyuapi Geino bubur.
Pasti kalian bertanya tanya, kenapa tiba tiba mereka bisa berada disini? Karena kemarin Geino sempat terkena pukulan Luciano saat sedang melindungi kakaknya. Menurut Geino itu adalah hal yang pantas ia lakukan sebagai rasa balas budinya. Selama ini Marsel yang paling terlihat sangat meyayangi nya, bahkan ketika Rain datang, Geino merasa bahwa tiba tiba saja dunianya sedikit lebih berwarna dibanding sebelum nya.
Rain menatap manik mata Edna takut, sebelum akhirnya beralih manatap Geino yang berada di atas kasur. Dapat terlihat jelas, pria kecil itu tengah tersenyum bahagia saat menatap wajah Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
langit untuk starsa (End)
RomanceStarsa hanya ingin langit mencintai starsa. Tak ada kata yang bisa di gambarkan jika suatu hari nanti Langit bisa mencintainya. Tapi bagaimana jika tiba tiba ada Langit lain yang mencintai Starsa dan ingin mengambil Starsa pergi? Akankah Starsa me...