7

3K 235 4
                                    

*

"Yaudah maaf".

Wanara masih mondar-mandir mengikuti kemana Rin pergi. Istrinya itu merajuk parah berkat peristiwa tiga hari yang lalu. Ararinda diam total. Bukan Cuma padanya tapi semua orang. Nggak kebayang bagaimana ia mendiami para pegawainya.

Dan melihat gelagat istrinya yang mendadak seperti kena sihir dan bisu, ia mengambil tindakan untuk minta maaf. Meski rasanya tak perlu. Kenapa harus minta maaf karena menikmati tubuh istri sendiri?

Perempuan itu masih diam. Sibuk dengan pakaian yang terasa jauh lebih menarik dari diri suaminya. Wanara menarik kursi di samping Rin.

"Aku malu Mas Nara!".

"Kan tadi udah minta maaf".

*

18 oktober 2006

Bima makin menunjukan cintanya.

Berungkali diberontak sejuta kali sukanya bertambah. Bima andai aku bisa berbisik saja sebentar bahwa aku bersuami.

Tuhan, dosakah ini? Aku menjalin hubungan asmara dengan pria lain selain suami ku. tapi Bima baik kepada ku. bima tidak suka membentak atau menjahili ku sebagai mana Mas Nara lakukan.

Hari ini Bima janji, bahwa suatu saat nanti ia akan berlutut di hadapan perempuan lain nya. Yaitu di saat ia membenarkan tali sepatu putri kami.

Tuhan, salah apa aku di kehidupan sebelumnya?

Titip kan rasa bersalah ku pada Bima tuhan. Beri tahu ia, bahwa dirinya terlalu baik untuk wanita pendosa seperti ku. jangan biarkan cinta juga berladang dalam dada ku sebagaimana cinta nya hadir untuk ku.

*

Wanara tersenyum. Berusaha menahan tawanya sebentar dan menatap ranjang. Dimana istrinya tengah tertidur pulas. Begitukah kau takut? Ia menutup diary milik Ararinda. Tidak, sama sekali tidak melanggar aturan. Sedari dulu setelah diary nya berada di lembar terakhir, Rin akan membuang nya di tempat sampah. Dan dengan telaten, Wanara akan mengumpulkan nya dan dibacanya di saat lengah.

Kini baru bisa lagi ia membaca harian sang istri. Karena kesibukan yang menuntun nya pada kemuakan. Di umur lima belas tahun itu, bahkan Rin sudah mempunyai ketakutan yang besar berkat status nya. Dulu saat berumur lima belas tahun bahkan Wanara masih sibuk menebar pesona pada wanita-wanita satu SMA nya. Dan menikmati menjadi adik kelas favorit kakak kelas wanita.

Ia beranjak menempelkan poster di kamar tepat di atas ranjang mereka. Biar sajalah, besok ia kena sambar Rin yang kesal karena kamar mereka jadi penuh poster apa saja. Dasar wanita. Kamar macam apa yang kosong melompong?

'If love was a storybook,we'd meet on the very first page'

-         Anonymous

 

*

Pagi menjelang, Rin tersenyum dalam. Menemukan tulisan itu di atas ranjang mereka. Ia dan Wanara memang benar-benar telah bertemu di awal cerita kehidupan mereka.

Ia beranjak. Terlalu pagi untuk melakukan kegiatan berat lain nya. Ia menggelung rambut nya dan menarik bangku meja kerja nya dan mengambil diary . Ah...buku harian nya yang ini juga mulai tipis. Bye diary.

Baginya kenangan untuk ditinggalkan. Jadi ia harus membuang semua buku harian nya. Mengapa? Karena hari nya tak lebih dari awan hitam yang mendung. Kisah percintaan nya juga terasa hambar-hambar saja.

My Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang