4

3.7K 253 7
                                    

*

“Mau kemana,Rin?”.

Ararinda tak menjawab. Ia masih memindai benda-benda yang mesti dibawa. Ponsel, buku novel,dompet,mukenah lipat, serta permen. Perempuan itu tahu kalau pria di belakang nya pasti kesal. Tapi mau bagaimana lagi? Ia terlanjur kesal dengan Wanara yang memutuskan segalanya sendiri seenak perutnya.

Pesta resepsi itu bukan menjadi pesta sepihak bukan? Kenapa tidak berunding dulu dengan nya. Dua puluh lima tahun hidup Rinda, serta dua puluh lima tahun pernikahan mereka ia tahu betul tabiat ‘suami’ nya. Selalu memaksakan kehendak sendiri.

Sudah cukup baginya selama dua puluh lima tahun menelan kenyataan bahwa sebelum ia dinamakan pun, dirinya telah dijadikan pinangan orang. Dan tepat di hari aqiqah nya ia juga resmi berstatus istri orang. Nyonya Atmodjoyo. Penderitaan nya terasa menekan, karena pernikahan yang mengikatnya benar-benar membatasi ruang geraknya. Sejak masuk taman kanak-kanakan pun, ia harus jaga diri karena menjadi istri orang. Dan jangan sampai ia lupa perlakuan Wanara padanya yang membuatnya menangis karena menahan jengkel.

“Woi!”.

“Mau jalan-jalan”, jawab nya singkat “Emang Mas ndak pergi? Ini kan malam minggu, Mbak Rhesa udah kebelet pengen ketemu lho”.

Wanara malah tertawa mendengar kata-kata Rin. Sama seperti ibunya, sejak pertama kali Rinda lahir ia telah jatuh cinta pada gadis kecil itu. meski bukan layaknya pria ke wanita. Tapi ia tahu, bahwa cinta telah terbit bahkan sebelum ia mengerti. Mungkin perasaan kakak yang senang menatap adik barunya.

Jangan berpikir bahwa selama dua puluh lima tahun ini-dan mengetahui bahwa mereka menikah- mereka berdua bertingkah layaknya kedua kakak beradik. Salah besar. Mereka benar-benar mengerti kalau mereka sudah menikah.

Dan menggoda Rin sebagai suami sangat mengasyikan bagi Wanara. Dan candu. Karena Ararinda Naga Ningrum Atmodjoyo- wanita dengan perangai dingin, humor yang rendah, itu akan bersungut-sungut marah dan cemberut kesal. Hanya bapak, ibu, dia dan kak Waisha yang bisa membuat perempuan itu merubah ekspresi wajah datarnya menjadi berupa-rupa ekspresi.

Rinda tahu bahwa ia malam ini akan ditemani dengan Wanara. Mereka meluncur menuju Malioboro. Tempat yang takkan pernah membuat mereka jengah, karena tiap kali ke sana ada saja yang berkesan. Dan makanan yang masuk tak pernah membuat keduanya muak karena bosan. Sekalipun setiap ke sana mereka akan menuju kedai yang sama.

Udara dingin benar-benar menusuk dan menggigit kulit Rinda. Sweater hijau lumutnya tak mampu menghangatkan nya. Jeans nya benar-benar terasa tak berfungsi. Akhirnya ia memutuskan untuk menggerai rambutnya agar menutup lehernya yang sedingin es balok. Biarkan saja rambutnya yang baru di cuci jadi bau asap. Yang penting wajahnya tidak ikut kelu berkat helm dan rambut panjang nya.

Tak habis pikir bagaimana dingin nya Wanara yang membawa motor. Angin malam pasti lebih dulu menerjang dadanya ketimbang Rin. Tapi pria itu tetap cool dengan jaket motornya dan jeans yang membungkus. Ia hangat karena usaha Rin yang tengah menyelamatkan dirinya sendiri dari kedingingan. Istrinya itu memeluknya seperti takut diculik. Dan dengan santainya ia membelah jalanan jogja di malam hari dengan motor Vario hitam milik Rinda.

Kok Kita ke sini, Mas?”.

Rinda sadar betul bahwa ini bukanlah Malioboro. Mungkin karena sibuk menghangatkan diri, ia jadi tidak sadar bahwa Wanara telah membawanya ke jalur yang salah. Bukan. Mereka bukanlah korban tersasar.

Wanara hanya berdecak tanpa maksud dan meminta helm yang tengah dikenakakan oleh Rinda. Tapi Rinda tetap tidak ingin turun sampai pria dihadapan nya itu memberi tahu maksud yang sebenarnya. Ngapain ngajak ke pub begini?

My Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang