14

2.2K 200 3
                                    


*

"Heh! Mana suami rese lo,Rin?", ucap Rio sembari mencomot pisang goreng yang telah digoreng Rin.

"Udah sembuh gue! Jangan ganggu bini orang!!!" "Rin! Masakin gue nasi goreng!".

Ine menatap Rin yang dengan patuh berjalan menyiapkan bahan nasi goreng. Nara memang tidak pernah puas dengan sarapannya, padahal barusan ia baru menghabiskan dua potong roti.

Dari jendela mata seorang perempuan, Rin seperti tengah patah hati. Sejak dulu, mata itu selalu tak pernah disembuhkan oleh waktu. Layaknya luka itu terus saja basah dan nyeri.

"Teh? Mau makan pisang goreng?",

"Iya. Sini Rin biar teteh bantu".

Rin tersenyum dalam dan membiarkan pisaunya diambil alih, dia menyiapkan pisang goreng ke piring. Dan membawa seteko teh ke atas nampan bersama pisang goreng. Dan membawanya ke ruang TV. Dimana para pria tengah bersantai ria dengan muka masih bau iler.

Kecuali Wanara. Tentu

Sarung bekas subuhnya tadi masih dipakai, dan rambut basah bekas mandinya masih sedikit lepek. Biar mata paling sayup bekas sakit, tapi Nara berhasil jadi yang paling wangi di antara yang lain.

"Eh, Yo, kalo menurut gue Rhesa lumayan juga",

"Ogah,geng". Rin meletakan sarapan itu di hadapan mereka semua. "Mending gua ama Rin". Rio berhasil mendapat tendangan Nara di pagi hari. dan disusul suara kuntilanak Ageng yang mewarnai pagi ini.



"Rin, aku mah bingung atuh sama kamu sama Wan. Maaf atuh ya, tapi kamu gimana sih ama si Wan?",

Ararinda tidak menjawab. Sebenarnya pikiran masih menyangkut perihal foto yang diberikan Bima pada saat itu. dan sesekali memasukan pertanyaan Ine ke dalam otak dan hatinya.

Tangan Rin tanpa perintah malah berjalan menuju perut buncit Ine. Bahkan, ia baru sadar ketika tangannya merasakan tendangan kecil. Ia tersenyum geli, wajah cantiknya terbungkus kedamaian.

"Cewe atau cowo,Teh?",

"Kalo di USG mah cewe. Mana Akang seneng banget atuh anaknya cewek",Ine terlihat memelas "Padahal aku maunya cowo".

Rinda tertawa kecil. Sembari mengangkat nasi gorengnya ke meja makan. Menyiapkannya sendirian. Yang lainnya menyusul, Ine yang paling terakhir. Kehamilan benar-benar memperlambat jalannya.

Jelas para pria sekarang sudah wangi, meski Wanara masih mengenakan sarungnya.

" Aduh yang banyakan Rin!", Wanara terus saja mengomel pada Rin, kurang nasi. Kurang kerupuk. Tidak terlalu pedas. Kejadian itu tak luput dari perhatian Rio. Bisa-bisanya Rin bertahan dengan sikap Wanara yang semena-mena.

"Ah mas Nara..", Rin mulai merajuk "Yang bener, kamu maunya apa? Nasi nya tambah atau lauknya?". Wanara cuma nyengir kuda, sudah jelas niatnya hanya jahil di pagi hari. Selepas Rin jengah, ia bahkan langsung melahap penuh nasi gorengnya.

Ararinda cuma menarik nafas kasar. Mulai merasa marah akan sikap suaminya yang kekanakan.

"Uh istri mas Nara marah,ya?", Wanara menarik wajah Rin agar langsung menatap wajahnya. Namun Rin menolak, susah payah Nara mengarahkan mata hijau itu agar menatapnya lurus. Lensa indah itu sudah terpecah oleh berlian yang siap turun. Mulut Rin sudah persis anak bayi yang ingin menangis. Bibir atasnya sudah bersembunyi di bawah bibir bawahnya.

Hal itu membuat Wanara senang bukan main, ia menggeleng-gelengkan kepala Rin ke kanan dan kiri. Dan saat Rin berhasil dibuatnya menangis, Wanara tertawa lepas. "Duh...lihat deh istrinya mas Nara nangisnya kayak bayi".

"Mas Nara!!!",

"Udududu...Rio ada bule nangis. Lutuna...cup cup sayang".

Ageng dan Ine ikut tertawa. Terbiasa akan sikap jahil Nara pada istrinya. Tapi tidak oleh pria tampan dengan kaos biru itu-Rio. Ia membuka sedikit mulutnya. Merasa gerah dengan aura romantis yang mengelilinginya. Dan memilih membawa piringnya untuk dinikmati di ruang TV.

Rin masih menangis dengan kepala dalam kepalan tangan Nara. Karena gemas Nara mencium bibir Rin berulang kali, menggesek-gesekan hidungnya pada hidung mancung Rin. Tak redanya tangis,menambah cengiran Wanara, sebelum ia memeluk Rin dalam dan menepuk punggungnya.

"Iya maaf ya, sayang. Mas kan becanda", Wanara menarik tubuh Rin, dan kembali membenamkan tubuh Rin ke dadanya. "Tiba-tiba inget lu waktu kecil. Nangisnya nggak berubah".

Dan Wanara berhasil mendapat pukulan telak di dadanya.


*


*


Readers, jumpa lagi sama Aurigablue ya! 

seperti biasa terima kasih atas semua apresiasi yang diberikan. Dalam bentuk vomment maupun pembaca. ^___^.maaf ya kalo pendeeek banget. takut nggak nepatin janji soalnya. fast update kan part ini? masih seneng-seneng ya part nya. belom diambil Rin nya. part selanjutnya lagi diketik, kalau selesai sekali duduk bakal dipublish. kalau nggak, mungkin nggak bisa fast ya kawan. 

Mas Nara menunggu vomment nya,kakak. pembaca yang lain juga dapet salam kok, dari Rio tapi. 

See you next part!!


My Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang