20

2.3K 169 4
                                    



*

"Kamu kayaknya lama ya Nara urusin pekerjaan di Jogja",

"Iya,pak", Nara mengambil beberapa ketimun di hadapannya "Biar di Batam diurus sama Ageng dulu. Bosen Nara di sana hampir dua tahun. Pulang bisa diitung jari, itu juga keperluan kerja".

Ibu tersenyum dalam. Putra nya sudah besar sekarang, lihatlah lingkaran lelah di matanya. Ia jadi rindu Wanara jaman SMA dulu. Rapih, cerah, dengan rambut yang masih cepak.

"Bosen apa kangen sama Rin? Beberapa bulan terakhir ini, Rin sering di transfer ke sana, Mas", guyon ibu semangat.

"Wesss...iyalah bu!! Rindu berattt!!!".

Rinda masuk dari pintu belakang, meletakan embernya. Mencoba merenggangkan otot dari kegiatan mencuci dan menjemurnya barusan. ibu benar-benar super. Memberikan dua celana kerja bapak, yang tak layak pakai berkat ulah lumpur untuk dibersihkan nya.

Apalagi pakaian kotor sekarang jadi tambah banyak oleh pakaian Wanara. Meski berpakaian seadanya, tapi suaminya suka ganti baju sesukanya.

"Rin sarapan dulu,nduk". Rin tersenyum ke arah bapak. Pagi ini ibu yang buat sarapan. Kalau ada putranya beliau memang selalu menyempatkan diri untuk memasak. Meski menurut bapak dan Wanara masakan Rin jauh lebih enak dari masakan ibu, tapi tetap ibu memaksakan diri.

"Aku mau mandi dulu pak. Daster ku kuyup".

"Aku sabunin nggak, yang?", "Nara!!".



*

Kalau ada yang bilang perempuan butuh waktu lebih untuk membersihkan diri pasti betul sangat. Lihat, sampai waktunya mbak mencuci piring Rin belum juga keluar dari kamar.

Ibu menyuruh Wanara untuk memanggil Rin sarapan. Saat membuka pintu, ia melihat Rin tengah tertidur kelelahan dengan bath up lusuh miliknya. Mungkin sangking lelahnya sampai terdengar suara dengkuran halusnya.

Wanara tak bisa menahan tawanya. Karena mungkin Rin adalah satu-satunya perempuan yang mengelak keras pernah mendengkur sepanjang hidup Wanara. Kesempatan ini tak akan dilepas oleh pria cantik itu.

Ia merekam Rin mendengkur. Tertawa. Persis di samping istrinya yang terlelap. Setelah usai lerai tawanya, Wanara memperhatikan wajah Rin. Wajahnya masih saja terlihat sehat dan bugar. Padahal pekerjaan perempuan di sampingnya juga menumpuk.

Dibelainya rambut Rin penuh kasih, dikecupnya kening Rin pelan. Bibirnya di arahkan ke telinga Rin.

"Get up!! Sleepyhead!!!".

*

Rinda masih muak dengan tingkah Wanara tadi pagi. Tindakan Nara dengan membangunkannya begitu biadab takkan mudah ia maafkan. Apalagi setelah menangis karenanya, kali ini Wanara tak mengatakan apapun.

Berdalih apa yang ia lakukan adalah titah dari ibu.

Sembari menatap pantulan dirinya di cermin, Rin menarik nafas sekali lagi. Meredam kesal untuk suaminya. Sabtu malam ini ia sudah janjian akan bertemu dengan Bima di tempat biasa.

Bima bilang ada hal penting yang akan ia bicarakan.

"Lha?", Wanara masuk kamar sambil memakan kerupuk kulit "Mau kemana Rin? Masih sore, ke bukdeh Sri kan masih berapa jam lagi".

"Aku mau pergi,Mas", "Iya tapi gue belom mandi".

Rinda hendak menjawab tapi ditahannya. Ia lupa, bahwa kegiatan malam minggu adalah kegiatan rutinnya dengan Wanara. Sejak dulu, Nara selalu pulang pada jumat. Jadi esoknya ia dan Rin bisa pergi. Entah dengan tujuan tertentu atau sekedar naik motornya sampai perut mulas karena masuk angin.

My Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang