11

2.3K 201 15
                                    


*

Ararinda langsung bertindak cepat. Ia memang tahu hormone wanita hamil suka berubah-ubah. Tapi tidak tahu kalau sampai ada kejadian, ngidam nyerein suami.

Wanara memang jarang berada di Jogja. Dalam satu bulan paling tidak hanya tiga kali ia kembali ke Jogja. Jarak bukan lagi penghalang bagi mereka. Apalah juga artinya di mata Wanara.

Di samping kini telah tertidur Bumil cantik. Satu hari setelah nya Rin langsung memesan tiket ke Batam. Kasihan juga lihat Ine, yang karena hormon nya jadi nelangsa sendiri. Rinda tidak langsung memberi tahu keberangkatan nya ke Batam hari ini pada Wanara. Tapi ia telah memberi tahu perihal kehamilan Ine dan segala hormon nya. Dan Rin juga telah berpesan agar Wanara tidak memberitahu dulu kabar baik ini ke Ageng.

Saat memasuki apartemen, tiba-tiba saja Ine menangis tersedu. Rin sampai bingung harus bagaimana. Ingin dibawa masuk ke kamar Ageng, tapi dikunci. Akhirnya ia membiarkan Ine minum air putih di sofa ruang tamu.

"Aku kangen banget sama Ageng,Rin. Aku nyesel minta cerai...huaaaaa".

"Gimana Rin kalau Ageng udah punya tambatan hati baru? Gimana aku sama bayi ku,Rin? Aku mau tidur terus di samping dia, Rin".

Rinda tidak tahu apa yang harus dikatakan. Bukan salah Ageng juga kalau sudah memiliki kekasih baru, karena status nya kini yang telah melajang. Bahkan Rin pernah dengar kabar, kalau Ageng dijodohkan. Tapi entah kabar perjodohan itu bagaimana.

"Assalamualaikum".

Tangis Ine terhenti. Rin berdiri mendekati pintu. Rio yang menatap keberadaan Rin langsung tersenyum puas. Ia memeluknya. Kalau sampai Wanara menceraikan Rin, Rio rela dapetin janda nya. Karena tipikal wanita idaman nya kini hanya ada pada Rin. Cool.

"Kok tumben ke sini,Rin?".

"Eh...Mas jangan kaget ya", Rin tidak tahu harus berbuat apalagi.

"Muka lo kenapa? Lo bawa selingkuhan?".

"Pokoknya jangan kaget! Awas kalau sampai kaget. Nanti Rin...emmm", "Nanti Rin suruh Mas Nara nurunin gaji Mas Rio aja".

Rio tertawa. Ih gemessss....pengen cium deh. Ia berjalan melewati Rin, dan dengan santai nya menuju ruang tamu. Sampai ia kaget sendiri menemukan Ine dengan perut besar nya. Jangan kaget Rio....jangannnnn!!!!

"Ine?!!!".

"Mas yo...".

"Ine?!!!".

Gue nggak teriak-teriak dua kali,kan?

*

Ageng tengah menatap nyalang mantan istri nya. Untuk apalagi perempuan itu menghampirinya. Setelah melepehkan nya kini ia kembali?

Wanara dengan sigap menahan bahu Ageng. Ia memberi perintah kepada Rin untuk menghampiri Ine dan memberi isyarat agar menutupi perut Ine. Dalam jarak pintu ke ruang tamu, perut Ine tidak terlihat membuncit. Dan pasti Ageng tidak tahu bahwa Ine tengah mengandung bayi nya.

Akhirnya mereka duduk berhadapan. Dengan Rin di samping Ine, dan Ageng berada di tengah-tengah Rio dan Wanara. Sejak tadi Ine tak hentinya menangis.

Ageng tidak pernah memanggil nya sekeras itu. pria nya telah membenci pada titik akhir. Tidak ada lagi harapan. Mereka sudah tidak akan bersama. Dan sekarang Ageng tengah berteriak-teriak menanyakan untuk apa ia kemari.

Harusnya biarlah kabar bahagia ini ia nikmati sendiri. Karena ia telah menggali liang kubur untuk kata bersama dengan Ageng. Ine terus saja menangis sampai perut nya terasa sakit.

"Sekarang keluar Ine!!!!". Ageng benar-benar murka. Sakit hatinya tidaklah terbayarkan dengan sebatas penyesalan dan air mata tanpa penjelasan.

"Rin buka bantalnya, Rin!".

Wanara mulai tidak sanggup menahan tubuh Ageng agar tidak menyerang Ine. Hampir saja Rin memindahkan bantal, Ine menahan nya. Baginya sudah tidak ada lagi guna nya.

"Teh lepas bantal nya".

"Ine lepas dong bantal nya!!!" Rio berteriak gemas. Ageng merasa gerah sendiri memperhatikan empat orang di sekitarnya yang lebih peduli bantal ketimbang sakit hatinya. Ia menghempaskan Rio dan Wanara lalu berlalu ke Ine, membuang bantal itu asal. Sampai matanya tertuju pada perut buncit nan bulat Ine. Matanya melebar hampir saja lepas.

Ine bahkan tambah terisak.

"Aku hamil,Mas!!!!! Waktu aku tahu rasanya aku pengen meluk kamu dan nangis sama-sama. Tapi waktu kamu masuk kamar, entah kenapa kamu bau banget. Terus lama-lama aku jijik liat kamu!!!! Aku ngidam cerai dari kamu, Mas!! Sekarang waktu aku liat ibu hamil manja sama suaminya, aku...aku...aku nyesel!!!!!!! Huaaaaaaaaaaaaaaa".

Semuanya terdiam menatap ekspresi dari Ageng. Matanya masih melotot. Bahkan lebih lebar dari tadi. Akhirnya Ageng menarik kasar Ine untuk berdiri sebelum mencium nya dalam.

"Udah bukan muhrim, Geng!".

"Udah diem lo pada! Nggak tahu lo rasanya jadi gue!".

*

sebar sebar terus yang ada di draft. di laptop baru nulis sampe segini. ntar Aurigablue timbun lagi draft nya, terus tebar lagi di sini ya. buat readers yang baca, yang vomment maupun yang tidak. love youuu. hihihi. karena Aurigablue mau cari wangsit cerita, karena novel ini bukan salah satu yang saya kerangka kan. boleh bagi ide kok, alurnya enaknya gimana. ato gimana. cara penulisan saya yang aneh boleh dibenerin. ditunggu saran dan kritiknya. sedekah vomment nya,ya kakak. ditunggu. 



My Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang