23

2.4K 215 5
                                    


*

'lembur lagi,mas?'

Wanara membaca pesan singkat Rin datar. Tanpa ada niat, ia memasukan ponselnya ke dalam laci. Satu minggu sudah ia seperti ini, mengurung diri di ruang kerja kantornya.

Ini sudah pukul satu lewat lima belas dini hari, tapi tak ada niatnya untuk pulang ke rumah. Katakanlah ia kekanakan. Tapi harga dirinya terlalu berharga untuk dibiarkan.

Rinda itu perempuan. istrinya. Lalu bisa-bisanya perempuan itu meminta nya izin untuk menyandarkan diri kepada selingkuhan Rin. Ia tahu cinta nya kepada Rin terlalu besar.

Tapi cintanya itu masih di bawah rasionalnya.

Tindakan Wanara kali ini juga sebagai ajang untuk Rin berpikir, bahwa sebenarnya yang dilakukan Rin tidak benar.

Namun, dalam hati ia mulai berpikir. Benarkah? Benarkah Rin tidak tahu apa yang dilakukan nya salah atau sengaja untuk mengabaikannya?

Memangnya Rin tidak tahu kalau selama ini Nara sudah menumpah ruahkan segala rasanya untuk ia? memangnya kurang semua perhatian Nara?

Kalau orang-orang belum menangkap semua maksud perhatian Nara, ah itu tandanya mereka saja yang tidak peka.



Rin kembali berguling dari tidurnya. Selama satu minggu ini Rin tidak bisa tidur. Karena dalam jangka waktu satu minggu ini Wanara baru pulang dua hari.

Semua pesan singkat yang ia kirimkan juga belum dibalas Nara. Agar tenang, Rinda berpikir bahwa Wanara benar-benar sibuk. Tapi sialnya, siang tadi Wanara muncul di path.

Main sosial media, tapi membalas pesanya pun tidak.

Malam itu saat Wanara menyatakan bahwa ia cemburu padanya, jujur saja Rin terkejut. Namun ketimbang rasa berbunga-bunga yang menerjang, lebih kental merasakan sensasi bersalah.

Sudah dibilang bahwa bahkan dalam pikiran sekalipun Wanara tak pernah mendua? Tapi bagaimana ini? Sepertinya Rin sudah mendua dalam hati dan pikiran?

Bagaimana juga jika ia memilih untuk menyerah dan pergi bersama masa depan yang dijanjikan mata Bima?

Jangan salah pria itu nanti, karena ini kan keputusan milik Rin. Bima hanya seorang yang berjuang sampai akhir untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Namun, dapat atau tidak tetap harus lihat keputusan dari Rin terlebih dahulu kan?

Ini masalah hati yang tak lagi sejalan dengan logika.

Tapi bahkan hati juga bisa berbohong. Jadi hati tak selalu benar,kan?

"Lagi ngapain, bu?",

Rinda berjalan pelan menghampiri di halaman belakang. Ibu sedang memandang album foto mbak Waisha. Di sampingnya sudah ada jejeran album foto keluarga yang lain. Karena tidak tahu harus melakukan apa, Rin ikut bernostalgia dengan ibu.

Dari pernikahan teranyar ia dan Wanara, sampai foto-foto dirinya kecil.

"Kamu tahu ndak, nduk?", ibu bersuara memulai nostalgia "Dulu Wanara itu, kalau liat kamu dicium orang lain bakal nangis gerung-gerung. Terus malemnya, dia nyiumin pipi kamu. Katanya biar hilang bekas bibir orang lain".

Rinda ingat ini bukan pertama kalinya ibu menceritakan hal tersebut. Sudah kesekian kalinya bahkan. Namun entah kenapa, setelah mendengarnya sekarang jauh dalam lubuk hati Rin ia merasakan sesuatu memerasnya, ada yang meronta keluar dan tak tertahankan.

My Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang