22

0 0 0
                                    

BRUK

Hujan deras turun tanpa ada komando

Sabila jatuh di pinggir jalan karena kakinya terasa sangat lemas, ia masih menangis. Tidak ada tempat untuk dia benar benar pulang dan menceritakan sakitnya

Ia rindu Amel, kenapa Amel tak kunjung pulang ? Apakah dia baik baik saja disana

Sabila terpaku saat melihat sebuah kaki berdiri menjulang di hadapannya dan mendongkak saat tidak merasakan air hujan yang membasahi tubuhnya karena sebuah payung bening tampak menghalanginya

"Bangun, jangan kaya gini"

"Ngapain lagi Lo kesini?"

"Gue bilang bangun!" Sabila tertegun dia masih tetap seperti dulu. Dingin

Sabila tertawa sumbang "kenapa selalu Lo yang datang?"

Laki laki itu memasukan tanganya kedalam saku celana "Dasar cengeng"

Sabila melotot saat mendengar ucapannya, ingin sekali Sabila menampar mulut laki laki itu. Enak saja , Sabila tidak cengeng tapi ini sungguh sakit

"Diem dan mending sekarang Lo pergi. Karena gue gak butuh Lo sama sekali"

Dia tertawa "Lo bener. Karena Lo butuh kakak gue bukan gue iya kan?"

Deg

Jantung Sabila berpacu lebih cepat "Kakak? Maksud Lo??"

Dia mengulurkan sebelah tangannya untuk membantu Sabila berdiri "dia kakak gue"

Sabila membatu "dit Lo jangan becanda karena ini enggak lucu"

Kalian benar, dia Adit. Masih ingat si ketua OSIS yang pernah menghukum Sabila dulu? Setelah kejadian dihukum Sabila merasa tidak suka dengan dia, namun sekarang dirinya selalu dipertemukan dengan Adit secara tidak sengaja. Dia juga orang yang menolong Sabila kemarin hingga tidak sampai tertabrak oleh mobil

Dan seseorang yang pernah mengatakan jika dirinya menyukai Sabila selain gio adalah dia

Adit membawa Sabila berteduh di sebuah ruko yang sudah lama tutup, Mereka duduk di bangku kayu yang sudah mulai usang

"Lo pake jaket gue aja" ucap Adit menyerahkan jaket hitam yang ia bawa dari mobilnya

"Kenapa Lo gak pernah bilang kalo dia kakak Lo dit"

Adit tampak tersenyum sendu "dia memang kakak gue sa, Kakak tiri"

Sabila lagi lagi hanya terdiam memberikan waktu untuk Adit menceritakan semuanya

"Dulu, gue punya orang tua yang lengkap sama kaya orang lain. Gue pernah pergi liburan ke luar negeri tapi pesawat yang keluarga gue tumpangi mengalami kecelakaan bokap gue meninggal meskipun jasadnya tidak pernah ditemukan sampai sekarang. Nyokap gue stres sa, dia terus nyari keberadaan bokap gue sampai akhirnya bokap Gio perlahan masuk kedalam kehidupan kami. Nyokap gue pun perlahan membaik dan mau nerima bokap Gio karena pada dasarnya mereka adalah sahabat sejak kecil, bokap Gio ditinggal sama istrinya yang ketahuan selingkuh sama atasannya. Dan akhirnya Mereka nikah sampe sekarang, meskipun gue dan gio gak mau tapi demi kebahagiaan mereka gue tetep Nerima gio sebagai kakak tiri gue, gue selalu mencoba akur sama gio demi nyokap gue" Adit tersenyum saat membayangkan betapa bahagianya Mona ibunya saat bersama Rendy ayah gio

Sabila tertegun, ia merasa bersalah sudah memperlakukan Adit tidak baik selama ini, perlahan tangannya mengusap tangan kekar Adit "Lo hebat"

Adit menoleh saat merasakan sebuah tangan tengah mengusapnya lembut. Ia menatap mata Sabila dalam "udah saatnya Lo lupain gio sa, masih banyak orang yang suka sama Lo termasuk gue"

Sabila menunduk "gue gak tau, karena gio adalah yang pertama buat gue dit"

"Lo bisa sa. Gue temenin Lo buat lupain dia"

Sabila hanya terdiam, ia bingung dengan perasaannya sendiri, dia sayang gio tapi satu sisi hatinya selalu sakit jika mengingat gio

"Gue ikhlas meskipun akhirnya gue sama Lo gak bisa sama sama. Tapi gue mohon, jangan sakitin hati Lo lagi"

Cinta? Apa itu cinta? Adit pun tidak tau. Karena Cinta selalu datang secara tiba tiba, sejak ia pertamakali bertemu Sabila saat dia telat masuk sekolah Adit sudah merasa suka dengan gadis itu, gadis bertubuh mungil dan cerewet. Tapi saat Adit tau jika Sabila justru menyukai kakak tiri nya membuat perasaannya tidak karuan. Melihat Sabila yang tersakiti membuat dirinya juga merasakan hal yang sama

Sabila diam. Menatap mata coklat milik Adit yang juga tengah menatapnya "gue gak yakin tapi gue bakal coba. Demi hati gue"

Adit mengangguk "gue yakin Lo bisa"

Luka #ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang