27

0 0 0
                                    

"Gimana keadaan lo sa?" Tanya Bagas saat gio dan Sabila masuk kedalam mobil Adit yang sudah terparkir di halaman rumah sakit pagi ini

"Gue gak papa. Dit cepet ya gue khawatir sama mamah" ucap Sabila

Adit mengangguk. Ia mulai menyalakan mesin dan pergi dari rumah sakit untuk menuju lokasi yang kemarin ia dapat

Membutuhkan waktu sedikitnya 25 menit untuk sampai disana. Mereka semua turun, dan mengamati sekitarnya untuk beberapa saat

"Ini serius tempatnya?" Ucap gio menatap Adit tak percaya

"Gue gak tau tapi menurut lokasinya memang benar di sini"

Gedung itu menjulang sangat tinggi tetapi juga sangat menyeramkan, tembok yang sudah ditumbuhi rumput dan suasana disini pun benar benar sepi

"Ayo masuk" ucap Sabila teguh

Bagas menarik tangan Sabila saat dia menyelonong masuk begitu saja "Lo jangan gegabah"

"Ada orang!" Cicit gio

Mereka bertiga bersembunyi saat melihat dua orang ber perawakan tinggi besar tengah mengelilingi seisi gedung seperti tengah patroli

Gio memberi aba aba untuk mereka masuk kedalam sebuah ruangan yang sempat dijaga oleh satu orang bodyguard yang sekarang menghilang entah kemana

Bodyguard penjaga pintu berbicara lewat earphone yang terpasang di telinganya "bos target masuk"

Gio, Sabila, Adit dan Bagas berhasil masuk kedalam ruangan itu dengan mudah. Namun ruangan itu sangat gelap, hanya ada satu lampu yang menyala remang remang

"Mah! Mamah dimana? Mamah ada di sini kan? Ini bila mah!" Teriak Sabila

Tak lama terdengar suara ringisan, kemudian Amel merangkak dari kegelapan untuk mendekati sinar lampu agar putrinya dapat melihat keberadaan Amel

"Mahh! Mamah dimana!!"

Ctas

Lampu tiba tiba menyala hingga ruangan itu menjadi terang, fokus Sabila teralih pada gadis seumurannya tengah duduk di sebuah kursi yang membelakanginya

"Hallo sahabatku, apa kabar?"

Deg

"J-jeni m-maksud kamu apa?!"

Arrgh

"lepasin!" Amel memberontak di sela sela kekuatannya. Badannya sudah lemas karena tidak diberi makan tiga hari belakangan ini

Sabila menelisik setiap sudut ruangan, ia melihat Amel yang di tahan oleh laki laki bertubuh besar begitu pula dengan Adit dan juga gio, tapi ia justru tidak melihat Bagas ada di sini

Jeni mendekat, membelai pipi Sabila "harusnya Lo tau kalo gue suka sama dia"

Sabila terdiam tidak mengerti ucapan Jeni

"Tapi kenapa lagi lagi Lo Sabila?" Jeni tertawa sumbang

"Kenapa semua laki laki kamu embat juga HAH???!!!"

"cukup jeni!" Adit. Itu suara Adit, Sabila dan gio menoleh ke arah Adit secara bersamaan

"Gue nolak Lo bukan berarti gue Suka sama Sabila!"

Jeni tertawa lagi "Terus kenapa? Saat itu Lo pergi gitu aja hah? Lo ninggalin gue dan memilih membantu Sabila dan mayungin dia!"

Flashback on

"Dit gue suka sama Lo" jeni tampak menggenggam tangan besar Adit.

"Sori Jen" Adit melepaskan tautan tanganya dengan Jeni. Ia tersenyum "tapi gue gak bisa Nerima lo"

Alis jeni berkerut "kenapa?"

"Gue duluan Jen. Ada urusan mendadak"

Adit enggan menjawab pertanyaannya, ia justru pamit untuk pulang karena ada urusan mendadak. Sebenarnya itu hanya alibi Adit saja, namun saat keluar dari cafe yang berada di dekat taman ia melihat Sabila menangis di pinggir jalan dengan keadaan basah kuyup

Flashback off

Adit tampak melihat Sabila yang tengah melihat ke arahnya dengan tatapan meminta penjelasan

Dengan lantang Adit berucap "gue cuman kasihan sama dia!"

"Maafin gue sa" batin Adit

Rasanya sedikit nyeri saat mendengar ucapan Adit barusan. Namun Sabila enggan menampakkan nya. ia sadar kali ini ia hanya menjadi bahan permainan dari kakak beradik itu

"Lo denger sendiri Jen. Dia cuman KASIHAN sama gue" ucap Sabila tertawa sinis

Jeni bungkam. Kemudian seutas senyum muncul di bibir manisnya , gadis itu berjalan mendekati meja. Meraih sebuah pisau kecil yang sangat mengkilap

Gio dan Adit berusaha melepaskan diri dari cekalan pria itu. Sedangkan Sabila bergetar hebat saat jeni berjalan mendekat dengan pisau ditangannya

Tangan jeni terayun ke atas, bersiap menancapkan pisau itu tepat di atas kepala Sabila namun seseorang menahan tangan nya

"Berhenti jeni! Papa kecewa sama kamu!"

Deg

Luka #ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang