31

1 0 0
                                    

"aku mau pamit sama kamu"

Singkat padat jelas namun mampu membuat hati Sabila Rasanya porak poranda

Sabila menoleh cepat ke arah Bagas sambil mengernyitkan dahinya "kamu mau kemana?"

"Tugas aku udah selesai, aku harus balik ke amerika" ucap Bagas mengelus pipi Sabila

"Aku gak ngerti" Sabila masih menatap Bagas tidak mengerti

Bagas tersenyum "aku seneng bisa kenal dari dekat sama kamu meskipun sesingkat ini"

"Emangnya kamu kenal aku dari jauh juga?" Tanya sabila

Bagas menggenggam tangan mungil Sabila "kamu baik baik disini, maafin aku barangkali aku punya salah sama kamu sa"

Arsenio Bagas pemuda berumur 23 tahun itu adalah salah satu anak dari orang kepercayaan Daniel dulu. Saat Daniel memutuskan pergi dari Amel ia menyuruh anak buah Fahri ayah dari bagas untuk selalu mengawasi Istrinya. Saat Daniel mendapat kabar jika istrinya mengandung ia kemudian menyuruh Fahri sendiri yang mengawasi Anaknya nanti jika sudah lahir sampai Dirinya benar benar bisa bersatu lagi dengan Amel. Karena ia sadar pada saat itu dirinya tidak bisa berada di samping istrinya

Fahri bekerja dengan baik selama 15 tahun lamanya, namun dirinya harus berhenti dari tugasnya karena meninggal dunia akibat serangan jantung. Mau tidak mau Arsenio Bagas harus menggantikan tugas ayahnya yang belum selesai untungnya Bagas tidak menolak maupun keberatan

Saat Sabila berumur 15 tahun Bagas sudah mulai mengawasinya dari jauh. Sampai Sabila berumur 17 tahun ia baru menampakan diri secara terang terangan karena ia tau Jeni sudah merencanakan sesuatu untuk mencelakakan Sabila

Sabila menggeleng kemudian memeluk Bagas erat "aku udah anggap kamu kaya Abang aku sendiri, jangan pergi"

Bagas terharu ia rasanya ingin menangis tapi ia coba untuk tahan, Bagas sepertinya sudah jatuh kedalam pesona gadis berumur 17 tahun ini

Tanganya terangkat untuk  membalas pelukan Sabila bahkan sesekali mengusap Surai hitam dengan aroma vanila "aku harus pergi, mamah aku disana nungguin aku sa"

Sabila menggeleng keukeuh "kamu bohong"

Deg

Sabila benar, Bagas berbohong ia bohong ibunya sudah menunggu di Amerika karena kenyataanya ia tidak memiliki ibu. Ibunya kabur entah kemana bersama selingkuhan nya sedangkan ayah? Ayahnya sudah meninggal saat dirinya berumur 19 tahun

Bagas mengecup kening Sabila kemudian perlahan melepas pelukan gadis itu. Bagas berdiri kemudian berlalu dari taman yang berada di halaman belakang rumah Sabila  saat melihat Daniel berdiri melihat keduanya di ujung pintu

Bagas menghampiri Daniel, ia mencium tangan pria itu "om, tugas Bagas udah selesai Bagas pamit"

Daniel menatap mata Bagas dalam. Ia bisa melihat luka tersirat disana "kamu tidak perlu pergi Bagas, om tau kamu suka sama Sabila"

Hati Bagas rasanya sesak, benar mungkin yang dikatakan Daniel jika dirinya menyukai gadis itu atau bahkan ia menyayanginya

"Om tau aja" ucap Bagas tersenyum sendu "tapi Bagas harus pergi om untuk memastikan perasaan Bagas"

Daniel tidak bisa memaksa Bagas untuk tetap tinggal, ia harus menghargai keputusannya "baiklah kamu hati hati dijalan Bagas, kapan kamu terbang?"

"Satu Minggu lagi om, Bagas mau persiapin semuanya dari sekarang" Daniel mengangguk mengerti, kemudian Bagas pamit dari sana

Sabila yang melihat Bagas pergi setelah berbicara dengan papahnya menangis ia tidak tau perasaan seperti apa yang tengah ia rasakan saat ini yang jelas ada perasaan sesak dan tidak rela jika Bagas pergi

Saat suara derum mobil terdengar sabila berlari sambil terus memanggil nama Bagas

"Sayang kamu mau kemana?" Tanya Daniel

"Pah Bagas kemana? Kenapa papah ga tahan dia"

"Dengerin papah sayang, dia harus pergi ke Amerika kita gak bisa egois" ucap Daniel menarik Sabila kedalam pelukannya ia mengelus rambut Sabila

Diam diam Sabila menangis rasanya sangat sesak kenapa?




_______________________________________________

Perlahan tapi pasti

Sabila kayanya udah move on

Sama gio huhu 😭

Next part ->

Luka #ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang