26

0 0 0
                                    

Jari jemari Adit tampak Bernari lincah di atas papan keyboard laptopnya. Sesekali ia meneguk kopi hangat yang sempat ia beli di kantin beberapa menit yang lalu

Sabila pun sudah sadar sejak 3 jam lalu, dokter bilang Sabila tidak papa meskipun lukanya cukup dalam dokter sudah bisa mengatasinya ia juga sempat kehilangan banyak darah namun beruntung stok darah di rumah sakit ini terbilang cukup untuk menolong Sabila

Adit menggebrak meja di depannya "BERHASIL!! KETEMU!!"

"Gue cariin ternyata Lo di kantin" ucap Bagas yang baru saja datang sedangkan Adit tampak tersenyum simpul "gue nyari WiFi gratisan"

"Gue dapet lokasi dimana nomor telepon itu terakhir kali terlihat" ucap Adit. Ia menggeser laptop miliknya untuk menghadap pada Bagas, memperlihatkan padanya lokasi yang ia sebut

Bagas tampak menganggukkan kepalanya mengerti "gudang bekas perusahaan yang sempat terbakar hmm cukup mencurigakan"

"Kita kasih tau Sabila setelah dia benar benar pulih" ucap Adit

"Oke"




_______*_____*_________*_________*____________

Di dalam ruangan serba putih, Sabila tampak terbaring lemas. Meskipun dokter bilang Sabila sudah baik baik saja tetap saja ia masih syok dengan kejadian yang telah menimpanya

Gio menggenggam tangan mungil Sabila dengan jarum infus yang tertancap disana "maafin gue sa. Maafin resti juga"

Sabila memalingkan wajahnya "sebaiknya kamu pergi gio. Kamu temenin Resti bukan temenin aku"

"Aku udah putus sama dia"

Sabila menoleh "putus?? Kenapa??"

Gio menatap mata Sabila dalam "aku pikir dia cuman terobsesi sama aku. Dia udah celakain kamu sa, ini udah diluar batas"

Sabila terdiam, gio benar Resti memang sudah keterlaluan. Tapi bagaimana keadaanya sekarang? Apa dia akan baik baik saja setelah putus dengan gio

Ceklek

Pintu ruangan terbuka, tampak dua laki laki jangkung masuk

"Aku udah lacak nomor telepon itu sa" ucap Adit

"Gimana dit? Ketemu lokasinya?" Tanya sabila sangat antusias

Adit mengangguk

"Besok kita kesana, biar kondisi Lo bener bener pulih dulu" ucap Bagas

"Sebaiknya kamu istirahat sekarang" ucap gio menarik selimut Sabila hingga sebatas dada

Sabila menurut, ia memejamkan matanya berharap esok akan datang lebih cepat

"Sebaiknya kalian pulang dan istirahat. Biar gue yang jaga di sini" ucap gio pada Adit dan Bagas

"Gue balik ya, Lo baik baik di sini" ucap Bagas

"Gas. Besok kesini jam 6 pagi" ucap Adit

"Oke!"

________*________*_________*_________*_______

Dilain tempat seorang gadis tampak sangat berbeda kali ini karena penampilannya yang terlihat sangat anggun dan juga tegas di waktu yang sama

"Nyonya salah satu perusahaan Delina Entertainment meminta anda untuk bekerja sama karena perusahaannya kehilangan saham 50% dan terancam akan mengalami kebangkrutan"

"Silahkan simpan berkasnya di meja saya. Akan saya pertimbangkan nanti"

wanita yang sepertinya asisten dari sang nyonya muda tampak mengangguk, ia menaruh berkas yang di minta kemudian pergi dari sana

Setelah kepergian asisten nya. Ia memijat pangkal hidungnya "ini membuatku pusing"

Bekerja di sela sela waktu yang ia punya saat ini rasanya sangat melelahkan. Di umur nya yang masih 17 tahun harusnya ia masih memikirkan tentang sekolahnya. banyak Bermain seperti orang lain

Jika bukan karena sang ayah yang memaksanya untuk mencoba memegang perusaahnya sendiri ia mungkin tidak akan sudi bekerja seperti ini

Menjadi gadis yang sukses sebagai pemegang saham terbesar di beberapa perusahaan besar tidak pernah terpikirkan olehnya saat ini

Gadis itu merenung, kenapa rasanya ada yang berbeda. Rencana awal yang sudah ia susun dengan mengorbankan satu orang yang ia sayangi Tiba tiba berjalan dengan rasa ragu

"Maafin aku" gumamnya



_______________________________________________

Luka #ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang