Seventeen [Revisi]

5.5K 205 1
                                        

017.

《》


"Ck, tuh guru-guru kok pada asik bener," decak Ivy kesal melihat para guru yang asik berteduh di bawah rindangnya pohon sedangkan mereka para siswa harus berjemur di bawah terik mentari pagi.

"Biasa, kajeng papi sama kajeng mami mah maunya yang enak-enak aja," timpal Berlian di sampingnya.

Hari senin adalah hari kelahiran Ivy tapi karena kehadiran upacara yang rutin ini membuatnya menyesal mengapa hari lahir di hari ini sih?! Padahal kata mamanya, ia beruntung karena lahir di hari senin karena sama seperti Nabi Muhammad Saw. yang juga lahir di hari yang sama.

"Ssst, sweetie," Ivy menoleh ke sampingnya.

"Hm, napa?"

"Panas ya?"

"Gak liat apa gimana, Erlang cengeng?"

"Ishh... nanya doang, sweetie mah gitu."

"Gak usah cemberut, tambah jelek nanti lho."

Berlian dan Bella yang mendengar nada manja yang keluar dari mulut Erlang yang terkenal dengan kekejamannya dalam melawan musuhnya itu bergidik ngeri. Bisa ya cinta mengubah seseorang dengan mudahnya?

Gadis bersurai legam itu menatap pantulan wajahnya ke cermin sambil tersenyum, selang beberapa menit kemudian pintu terbuka dengan kasarnya membuat ia terlonjak kaget dan melirik sebentar tiga orang gadis yang menatapnya garang.

Ivy menautkan alisnya bingung ketika suasana hening di dalam kamar mandi hanya terisi dengan ketukan sepatu seorang gadis berjalan mendekatinya.

Tanpa aba-aba...

Bugh

Mata Ivy langsung terpejam ketika kepalanya dibenturkan dengan kuat ke kaca di depannya. Gadis bernama Nasha yang setingkat di atas Ivy itu tersenyum mengejek ketika melihat Ivy yang seakan pasrah.

Bugh

Untuk kedua kalinya kepalanya kembali dibenturkan membuat jidatnya dan pelipisnya lebam dengan warna memerah dan tergores . Retakan di kaca berhasil membuat ketiga gadis itu tergelak sambil mengejek Ivy.

"Cukup," gumaman Ivy masih terdengar.

"Lo-" 

Krek

Ivy menjambak rambut Nasha kuat lalu mendonggakan kepalanya, gadis itu sudah merintih kesakitan ketika tangan kanannya dipatahkanoleh Ivy yang ia anggap lemah. Sedangkan Lira dan Tara yang melihat sahabat mereka yang disiksa oleh adik kelas mereka merasa marah dan langsung menerjang Ivy.

Melihat pegerakan keduanya, Ivy langsung menendang perut Tara dan meninju hidung Lira yang bisa diperkirakan tulang hidungnya patah.

"Gue diam dari tadi bukan karena gue lemah, malahan gue cuman mau menilai sampai mana sampah kek kalian bertahan. Ck, tiga lawan satu kok?" ucapan Ivy terdengar meremehkan.

Dengan gaya angkuh ia menyugar rambutnya ke belakang membuat raut mukanya yang datar tanpa ekspresi itu semakin menakutkan. Tapi, bukan Lira jika kalah begitu saja. Ia bangkit lalu memberikan kode pada Tara untuk memegang kedua tangan Ivy dan ya mereka berhasil.

"Gitu doang?" Ivy langsung dengan cepat melepas blazernya yang dipegang oleh Tara lalu mencekik Lira.

"Le-lepas," melihat Lira merintih membuat Ivy tersenyum miring. Lantas ia melepaskannya dengan kasar.

Tak sadar saja jika, Nasha mengeluarkan pisau yang menjadi senjata terakhirnya. Nasha langsung mengarahkan mata pisau ke punggung Ivy namun, lagi-lagi tendangan Ivy berhasil mengenai perutnya dan ia ambruk mengenai Tara dan pisau itu menyayat telapak tangan Ivy saat gadis itu berusaha mengambil alih pisau.

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang