1. The Perfect Things

1.2K 127 1
                                    

Kernyitan dahinya menghilang, senyum tipis terbentuk dibibirnya.

"Bagus, saya suka idenya, lanjut aja ke tahap trial," kalimat persetujuan yang dilontarkan Amara menghasilkan senyum peserta rapat lain.

"Baik, Bu."

Siang ini Amara bersama dengan Tim Product Developer mengadakan rapat di ruang rapat yang biasa mereka gunakan untuk rapat mingguan. Kapasitas ruangan ini tak banyak. Ruang persegi panjang dengan warna putih gading dan aksesoris abu muda, ciri khas kantor ini.

Di tengah ruang diisi meja persegi panjang yang tak terlalu besar, sehingga memberi kesan ruang kecil itu luas. Amara duduk di bagian ujung meja, menghadap ke arah layar presentasi. 

"Kalo aman, langsung jadwalin meeting sama anak campaign ya,dan Saya juga akan terjun langsung mantau produksinya, " Amara mengarahkan pandangannya pada Sella yang duduk disampingnya.

Sella, sekretaris sekaligus asisten pribadi Amara. Ia mengangguk dan mencatat permintaan Amara pada tab miliknya.

"Kalo gitu, kita udahin aja ya meetingnya, terimakasih atas kerja kerasnya, semangat!" Mara mengepalkan tangannya, memberikan semangat kepada tim product developer.

Tim Product Developer berpamitan, meninggalkan ruang meeting terlebih dahulu, meninggalkan Mara dengan Sella.

"abis ini acara gue apa Sell?" Melepaskan kekakuan. Mara berbicara santai. Ia juga merenggangkan punggungnya, bersandar pada kursi. Hal ini tentu hanya berlaku pada Sella yang menghabiskan hampir 24 jam sehari dengan dirinya.

"Kosong sih Kak, paling malam ada opening butiknya Pak Irvan, tapi itu semua udah aman, aku udah siapin baju Kakak sama Kak Jevano," Sella masih fokus pada tab-nya.

Mara mengangguk, memejamkan mata. Hari ini seperti 1 dari 100 hari, Ia memiliki jadwal yang terbilang senggang.

Amara Sasmita, tahun depan usianya 30 tahun, namun wajahnya terlihat begitu muda. Ia pendiri dari Sasmita Beauty. Perusahaan produk kecantikan yang Ia rintis sejak Ia kuliah dulu.

Wajahnya yang bak dewi Yunani menjadi keuntungan tersendiri baginya, Orang-orang berusaha mempercantik diri terpincut akan kecantikannya dan mudah mempercayai produk yang Ia gunakan dan jual. Tentu, produknya-pun tak abal.

Semua mata selalu menatap kearahya. Pandangan kagum ataupun iri selalu Ia terima.

Amara adalah gadis impian. Gadis yang pasti ingin segara dikenalkan kepada orangtua sebagai calon menantu. Ia tidak pernah meminta pada siapapun apa yang dia inginkan, karena dia bisa mendapatkannya sendiri.

Both her body and her bank account good figure.

Rasanya jika ada laki-laki yang bilang tidak menginginkan dirinya, maka laki-laki itu pembohong besar.

Maka Amara bagaikan Trophy yang selalu diimpikan, dan kini Jevano Abraham pemenangnya.

_____

Mobil MPV Premium itu menghentikan lajunya tepat di depan ratusan reporter yang berdiri di belakang garis merah. Sementara jalan tengah menuju gedung acara digelarkan karpet berwarna senada. 

Pintu mobil otomatis itu terbuka. Jevano turun terlebih dahulu, Kilatan cahaya kamera berlomba mengabadikan dirinya. Tangannya Ia ulurkan untuk digenggan sang kekasih hati, Amara. 

Jevano menatap Amara dengan pandangan memuja. Senyum tak kunjung hilang dari wajah tampannya. Kini mereka berdiri bersisian. Kilatan cahaya kamera semakin tak terkendali, namun mereka telah biasa menjadi pusat perhatian seperti ini. Mata mereka nampaknya telah terbiasa dengan kilat cahaya kamera.

Got A Type [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang