Jemian memperlambat langkahnya saat Ia melihat perempuan yang Ia kenali sebagai Joanna tengah berdiri diam mengintip celah gorden ke dalam kamar inap Jevano.
Matanya sendu.
"Nggak masuk mbak?" Suara Jemian membuat hentakan kecil di tubuh Joanna. Ia terkejut.
"Ah, eum.. tadinya," suara Joanna menggantung.
Jemian ikutan mengintip, Ia mengerti kenapa Joanna enggan untuk masuk.
Jevano tengah memeluk Amara yang berdiri disamping ranjangnya, sementara Jevano masih duduk. Jevano terlihat menangis keras, suara tangisnya bahkan kini sayup terdengar.
"Mau sarapan bareng saya?" Jemian menunjukan kantong kresek berisi 3 kotak sterofoam bubur.
"Niatnya sih dua buat saya, satu buat Mara, tapi satunya bisa saya kasih ke Mbak Joanna," Jemian berbasa-basi. Biasanya artis gak doyan bubur ayam pinggir jalan kan?
"Iya mau."
Tebakan Jemian salah rupanya.
Kini mereka berdua duduk bersisian di rooftop lantai 7. Mereka menghadap ke arah luar.
Rooftop gedung rumah sakit ini didesain memang untuk tempat menyegarkan mata para pasien VIP di lantai ini. Terdapat rumput sintetis di beberapa sisi, dan gazebo untuk duduk-duduk.
Jemian dan Joanna memilih kursi panjang yang terbuat dari bata semen. Kursi ini dekat dengan ujung gedung, sehingga pemandangan langit dan taman di lantai dasar terlihat jelas.
"Baru sampe?"Jemian membuka obrolan setelah sebelumnya mereka sibuk mengurus kresek bubur.
"Berangkat dari Sumedang," Joanna mengangguk lalu menjelaskan keterlambatannya.
"Udah lama?"
"Lumayan, sebelum mereka pelukan," Joanna tersenyum miris diakhir kalimat.
Jemian mengangguk-anggukan kepalanya. Ia tidak tahu harus membahas apalagi dengan Joanna. Meski terkesan tenang, Ia juga deg-degan untuk makan dan ngobrol bersama seorang Joanna yang merupakan artis terkenal, dan juga latar belakang Joanna yang berkasus dengan Amara.
"Kamu dekat sama Mara?"
Jemian lagi-lagi menganggukkan kepalanya.
Joanna menghela napas. Ia membuka bungkus bubur yang Jemian berikan. Hari ini nampaknya Ia tidak perlu menjaga kalori asupan makanannya. Perjalan jauh yang Ia tempuh seorang diri dari Sumedang sampai Jakarta tanpa istirahat membuat tubuhnya benar-benar lelah.
Ia bahkan sampai meninggalkan Ningsih disana. Benar-benar lupa diri saat Mark mengabari bahwa Jevano sekarat. Konyolnya, Ia menyaksikan bagaimana Jevano hanya menunjukkan titik terlemahnya di depan Amara.
Tidak pernah di depan dirinya, seperti yang Joanna kira selama ini.
Joanna menelan suapan pertama buburnya. Ia melirik ke arah Jemian yang lahap memakan buburnya. Lalu kembali menghadap ke depan mengikuti arah pandang Jemian.
"Mara itu sangat mandiri," Joanna memulai monolognya.
Jemian tidak berusaha menanggapi satu persatu kalimat Joanna. Ia membiarkan Joanna menyuarakan isi kepalanya. Mungkin, Joanna hanya ingin didengar.
"Dia juga dekat sama Ibu aku. We're sharing eveything, bahkan kadang Mama lebih sering nanyain kabar Mara dibanding aku. Aku nggak iri, aku senang aja Mama juga sayang sama Mara. Aku juga nyaksiin sendiri gimana dia jatuh bangun untuk bikin Sasmita Beauty, dan aku nggak bisa bantu apapun selain dengerin dia atau jadi model pertamanya dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Got A Type [END]
FanfictionSemua obrolan penuh penilaian dari masyarakat yang mendadak paling bijak itu bukan tanpa alasan. Aktris sekaligus penyanyi kesayangan Indonesia -Joanna Adline- terlibat skandal dengan jevano, Fotografer ternama yang digandrungi banyak wanita karena...