9. Unexpected

608 104 4
                                    

"Kiss me."

Eh?

Jemian mengerjapkan matanya beberapa kali. Apakah Ia salah dengar? sepertinya berisik musik membuat telinganya tidak bekerja dengan baik.

Jemian dapat melihat lirikan mata Amara tertuju pada hal lain di belakangnya. Jemian tidak mengetahui apa yang diperhatikan gadis itu, karena tubuhnya masih memproses apa yang Ia dengar.

Tepat setelahnya, Amara mengalungkan lengannya ke leher Jemian.

Ia dapat merasakan bahwa gadis itu menarik tengkuknya agar mendekat. Tanpa aba-aba, bibir Amara telah meraup bibirnya.

Jemian kaku.

Hal gila apalagi ini?

Tanpa pikir panjang, Jemian memutuskan membalas ciuman itu. Tangannya kini memeluk posesif pinggang ramping Amara.

Entah berapa lama ciuman mereka, Amara menjauhkan diri dan Jemian memaklumi.

Amara tampak menutup matanya sebentar, tengah menahan pening akibat alkohol yang masuk dalam tubuhnya.

Setelahnya Ia tak sadarkan diri dalam pelukan Jemian.

------

Amara membuka matanya, pandangannya berputar. Amara memejamkan matanya kuat, berharap pandangannya kembali semula.

Amara kembali membuka matanya, pandangannya masih berputar. Ia menjadi pusing, kepalanya terasa sakit.

Rasa mual menyerang dirinya.

Amara berlari dari ranjangnya menuju kamar mandi yang berada di dalam ruang kamarnya. Ia membuka tutup closet kamar mandi, memuntahkan isi perutnya.

Amara mengabaikan pendengarannya menangkap suara langkah seseorang masuk ke kamarnya.

Tengkuknya kini dipijat.

Jevano kah?

Tak lama, mualnya hilang. Ia menyudahi acara 'mengeluarkan isi perut pagi hari' nya.

Amara menarik tuas dibalik tutup kloset,  membiarkan muntahannya dibersihkan.

Amara berbalik, masih penasaran dengan seseorang yang bantu memijat tengkuknya.

"Teh anget," itu Jemian. 

Laki-laki itu menyodorkan Secangkir teh hangat pada Amara.

Amara menerimanya. Ia menyesap teh hangat itu, perutnya ikut terasa hangat.

Amara hanya diam menatap Jemian.

"Ibu mabuk dan saya gak tega buat ninggalin, jadi saya nginep disini," tak ada tanggapan yang Amara berikan, Ia masih diam menatap lurus ke arah Jemian.

"Saya tidur di sofa tamu kok, saya..."

"Sorry buat semalem," Amara berujar, mengabaikan penjelasan Jemian.

"Buat apa?" Jemian menyatukan alis.

"I Kissed you," Amara menjelaskan. Ia bangkit dari posisi duduknya. Meski masih lemas, pandangan Amara sudah kembali jelas, Ia juga sudah mampu menopang tubuhnya.

Amara melangkah keluar kamar mandi, Jemian menyisikan diri saat Amara berjalan disisinya.

Mata Jemian mengikuti gerak Amara hingga wanita itu duduk di ranjangnya, kembali menyesap teh.

"Ibu ingat?" Jemian memastikan.

"Thats before i got drunk, right?" Amara menaruh cangkir teh di meja nakas samping ranjang.

Got A Type [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang