15. Never Goodbye

549 92 5
                                    

Berita tentang kembalinya Jevano dan Amara sedang menjadi perbincangan hangat di berbagai platform social media. Hal ini terjadi setelah Jevano memosting foto terbaru Amara yang tengah duduk menatap langit di balkon apartemennya. Lagi-lagi jepretan candid. Amara tidak masalah dengan hal itu, Ia membiarkan Jevano melakukan kebiasaanya dulu.

Hal ini tentu jadi pro – kontra di kalangan warganet. Ada yang bahagia dengan kembalinya mereka dan mengutuk Joanna, ada juga yang kecewa dengan pilihan Amara karena perilaku Jevano tidak bisa dimaafkan.

Namun sekali lagi, ini Amara. Ia tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang tentang dirinya. Ia bukan artist yang seringkali dituntut untuk melakukan hal sesuai dengan ekspektasi masyarakat. Ia hanya pebisnis yang kebetulan terkenal karena paras cantiknya dan persahabatannya dengan Joanna -dulu-.

Maka minggu ini baik Jevano dan Amara sama-sama berusaha untuk memperbaiki segalanya. Jevano yang berusaha membuktikan bahwa Ia pantas untuk mendapatkan kesempatan kedua, dan Amara yang berusaha melapangkan diri dan mulai kembali mempercayai Jevano.

Mereka kembali pada rutinitas mereka seperti saat sebelum berpisah. Sibuk dengan pekerjaan di hari kerja, dan menyempatkan makan malam setiap harinya. Akhir pekan mereka gunakan untuk menghabiskan waktu bersama.

Jevano tengah melihat hasil jepretan kameranya, dan Rendi menjadi orang pertama yang menyadari kehadiran Joanna di studio. Gadis itu memakai celana jeans biru muda dan blouse putih. Rambutnya dikuncir rendah, dengan polesan make-up tipis.

Rendi menyenggol bahu Jevano dengan bahunya. Mereka memang sedang berdiri berdekatan untuk mengecek hasil foto yang baru saja mereka kerjakan. Setelah atensi Jevano beralih padanya, Rendi mengarahkan dagunya ke arah pintu.

Jevano baru menyadari keberadaan Joanna. Ia bingung sendiri, karena Ia tidak memiliki janji temu dengan Joanna, memiliki kontaknya pun tidak Ia lakukan sekarang.

Jevano benar-benar melakukan segalanya dengan hati-hati. Ia tidak akan mungkin mengecewakan Amara lagi.

"Gue keluar dulu, mau beli air cabe," Rendi julid. Matanya sinis menatap Jevano.

Jevano membulatkan mata, memberi gestur jika Ia tak tahu menahu tentang keberadaan Joanna kali ini.

Setelahnya Rendi berjalan ke arah luar studio, tersenyum tipis berbasa-basi menyapa Joanna yang masih berdiri di tempatnya.

Model yang semula Ia jepret juga kini menyisikan diri ke ruang lain, seakan mengerti untuk memberi ruang mengobrol. Jevano hanya berharap tidak ada desas-desus lain, melihat Joanna tiba-tiba datang mengunjunginya begini.

Sepenuhnya Rendi menghilang dari pandangan. Jevano berdeham, melegakan tenggorokan yang tiba-tiba terasa kering.

"Duduk," Jevano mengarah pada kursi sofa yang biasa menjadi tempat duduk menunggu para model.

"Gue nggak lama," Joanna berjalan mendekat pada Jevano.

Mereka kini berdiri berhadapan, terhalang meja yang berserakan lembar foto.

"Happy for you both."

Jevano memaksakan senyum.

"Ada perlu apa?" tanya Jevano langsung. Rasanya salah harus berbasa-basi dengan Joanna sekarang.

Joanna menggeleng pelan.

"Just say something nonsense."

Jevano memilih diam, membiarkan wanita itu melanjutkan kalimatnya.

"Gue, Cuma mau ngelarin perasaan gue aja," Joanna nampak ragu, apalagi dengan ekpresi Jevano yang terkesan datar.

"Ok, Sorry gue ganggu. Ini akan jadi hal yang konyol. Gue suka sama lo. Maksud gue pernah. Gue Cuma mau bilang ini biar gue lega ngelepas semua ini. Gue tahu kesannya gue nggak tahu diri untuk menemui lo sekarang. Setelah ini kita juga nggak perlu ketemu. Gue akan berusaha menjaga jarak, menjaga semuanya baik-baik aja seperti sebelumnya juga," Joanna berujar cepat.

Got A Type [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang