8. Jealousy

668 102 7
                                    

Baru kali ini Jemian melihat kondisi bioskop yang benar-benar ramai bahkan dikatakan padat. Ia suka menonton bioskop, tapi seringkali Jemian mengambil midnight, karena jam kantor dan juga Ia lebih suka menonton film di malam hari.

Jemian sangat tahu Ia menjadi pusat perhatian, dan itu mendebarkan. Namun hal yang lebih membuat jantungnya berdebar adalah bagaimana lengan Amara memeluk lengannya. 

Banyak sorot kamera mengarah pada mereka, mengikuti tiap langkah mereka. Beruntung, untuk tamu undangan seperti mereka mendapatkan jalur khusus yang membelah lautan manusia itu.

Oh jangan terlalu terpikirkan bagaimana Jemian akhirnya ikut menjadi tamu undangan, Sella yang mengurus semua hal itu. Ia tercatat sebagai pendamping Amara.

Jemian meneguk ludah, Ia masih berusaha setengah mati mempertahankan senyumnya meski telah -tak sengaja- bertatapan dengan Jevano yang ternyata sudah datang lebih dahulu. Jevano berada jauh beberapa langkah di depan mereka.

Jemian merasakan lengannya sedikit diremas Amara, wanita itu memberikan senyumnya. Semacam distraksi agar tidak terlalu ketakutan bertemu Jevano. Jemian mengangguk sedikit membalas senyum. 

Mereka lanjut berfoto bersama di booth dengan poster film Joanna sebagai backgroundnya.

Jujur, Jemian merasa dikuliti hidup-hidup oleh tatapan Jevano kepada dirinya.

Ini gue masih bisa makan indomie gak ya besok? takut ga ada umur.

Sementara Amara tampak tak acuh dan seakan semakin meninggikan dagunya saat berjalan bersisian mendahului Jevano dengan ekspresi dinginnya.

Memasuki Teater, mereka duduk sesuai nomor dan nama yang sudah dituliskan di kursi.

Terkesan mewah. Hal ini mungkin tak akan pernah Jemian lupakan seumur hidupnya.

Bukan tentang mewah, tapi fakta bahwa ternyata Ia duduk diantara Amara dan Jevano.

Bunuh aja gue! Bunuh! -suara hati Jemian-

Pembukaan di mulai dengan jajaran orang yang bekerja menyukseskan penyelesaian film ini. Mereka berdiri berjejer di hadapan kursi bioskop.

"Je, saya mau ke toilet dulu yaa," Jemian meremang, Amara baru saja berbisik tepat di telinga kanannya. Jemian mengangguk kemudian.

Tepat ketika Amara hilang dari pandangan Jemian, Jevano yang duduk di sebelahnya berdiri kemudian melangkah cepat ikut keluar Theater. 

Oh jangan lupakan senggolan kaki Jevano yang cukup keras mengenai kaki Jemian.

Tenang Jemian! nggak mungkin kan Jevano masuk toilet perempuan?

-----

Amara menyelesaikan urusannya. Ia membuka bilik kamar mandi dan berjalan menuju Kaca besar yang terpasang di dinding.

Amara mendengus kala melihat pantulan kaca, pintu toilet tertutup, di samping pintu berdiri Jevano yang melipat kedua tangannya di depan dada, Ia bersandar di dinding dengan menyandarkan kaki kanannya pada kaki kiri sebagai tumpuan.

Mereka saling menatap sengit.

"so you got a new type? a scarecow?" Jevano bersuara, nadanya merendahkan.

"so you got a new type? a whore?" Amara meniru nada suara Jevano. Ia mencuci telapak tangannya.

"Watch your word!" Jevano berdiri tegap, Ia kesal.

"Watch your word!" Amara menekan suaranya. Ia membalik tubuhnya menghadap Jevano sepenuhnya.

"Jemian so much better than you, you just son of a bitch" Amara menekan tiap kata dalam kalimatnya.

Got A Type [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang