3 hari berturut-turut up. Nggak nyangka bgt, mumpung ide lancar wkwkwk.
Komen ya.
..............🎃🎃🎃...............
Kolam itu sangat dalam, seakan tak ada dasarnya. Makin dalam aku menyelam, kolam itu berubah menghitam. Tak kutemukan siapa pun.
Aku terus mencari hingga aku melihat anak itu. Wajahnya sangat polos, lalu terkikik menatapku. Aku hendak meraih tangannya, namun ada poros yang menarikku kuat.
Aku menyelam ke balik arah dan berusaha keras menghindari poros tersebut.
"Tolong, Kak!" Suara itu terdengar dari kejauhan dan berulang-ulang.
Aku memutar mencari titik suara, akan tetapi hanya gelap yang kudapati.
"Tolong!" Ia meminta tolong lagi.
Aku ingin menyahut tapi karena di dalam air, aku susah untuk bersuara. Dan anehnya kenapa suara itu terdengar jelas meski ada di dalam air?
Lambat laun ada titik cahaya kecil bergerak. Saat kusipitkan mata, cahaya itu berubah menjadi anak kecil dan suara itu juga keluar dari anak perempuan yang sama. Aku bergegas menghampiri.
Tanganku terulur dan berhasil meraih tangan kecilnya. Ia tersenyum padaku. Senyumnya terasa tenang, mungkin karena menganggapku sebagai penyelamatnya. Aku ikut senang tidak terjadi apa-apa padanya. Aku juga turut tersenyum bersamanya.
Namun tiba-tiba air di sekelilingku yang berubah hitam, bergerak-gerak. Sangat cepat. Ish! Kepalaku pusing dibuatnya. Kusipitkan mata, ada kejanggalan dalam penglihatanku.
Itu ... bukan air. Seperti benang tipis yang menebal dan membentuk gelombang. Aku mencoba memutar tubuhku sambil berenang. Pandanganku menajam. Kutelusuri warna hitam yang berada di sekelilingku hingga aku tersadar bahwa itu adalah rambut!
Ya, itu adalah sebuah rambut hitam yang sangat panjang. Pandanganku berhenti pada ujung rambut dan terpaku tepat pada anak perempuan tadi.
Anak itu menyeringai padaku dengan gigi tajam yang diiringi rambut panjangnya yang bergelombang menyerupai gelombang air. Pupil matanya berubah warna darah pekat dan ia tertawa mengerikan. Mataku membelalak syok.
Aku berupaya naik ke atas dengan mendorong kakiku agar sampai ke permukaan. Kuingin keluar dari air, namun rasanya ada suatu magnet yang menarikku kuat dari dalam. Kugerakkan kakiku cepat, meronta sekuat tenaga, tapi yang kurasa dadaku terasa sesak saat banyaknya air tertelan ke mulut, dan aku sepertinya hampir kehabisan oksigen tatkala rambut hitam itu tiba-tiba membelitku, mengikatku begitu kuat.
Pipiku menggembung. Gelembung-gelembung air keluar dari mulutku.
Aku tak sanggup lagi. Tubuhku makin lama makin melemas. Sedikit demi sedikit mataku tertutup.
Pada akhirnya rasa sakitku masih terasa saat aku terbangun di tepi kolam renang. Aku terbangun dalam keadaan linglung. Memangnya siapa yang menolongku? Apakah Darrel? Tapi kenapa di sini aku ditinggal sendirian?
Aku berdiri pelan-pelan sembari memegangi kepalaku yang masih terasa pusing. Mencari keberadaan Darrel.
"Rel?" teriakku. "Darrel kamu di mana?"
Aku berjalan tertatih ke dalam rumah dan berulang kali memanggil Darrel. Namun sayangnya tak ada sahutan darinya. Rasanya aku ingin menangis.
Apakah Darrel setega ini meninggalkanku sendirian?
Hatiku perih, bahkan hancur. Bagaimana tidak, kita berharap pada seseorang yang kita cintai tetapi hanya harapan kosong yang kita dapatkan. Keinginan itu tidak pernah terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA
HorrorSelama dua tahun aku hanya mampu mengagumi Darrel dari jarak jauh, mungkin kemudian Tuhan merasa kasihan padaku, hingga memberi kesempatan untukku agar lebih dekat lagi dengannya. Melalui sebuah kebetulan yang tak terduga, aku bisa serumah dengannya...