5. Mencari Tempat Kos

470 61 60
                                    

Sudah sedari pagi aku bertanya di kelas XI dan XII mengenai tempat kos yang ada di dekat sekolah ini, namun tak kunjung membuahkan hasil. Mereka rata-rata menjawab, "Nggak tahu." atau hanya mengedikkan bahu, masa bodoh dengan pertanyaanku.

Ada satu yang menjawab ramah, itu pun kelas XI. Ia berkata, "Memangnya ada, ya, Kak? Sekolah ini kan dikelilingi rumah elit. Setahuku kalau disewakan ada, tapi minimal harus dua tahun, Kak."

Mana mungkin ayah bunda mau? Apalagi harus dua tahun?

Dan sekarang, giliranku bertanya pada anak kelas X. Aku harus cepat, mumpung jam istirahat baru dimulai.

Kulangkahkan kaki ini lebar-lebar. Kulihat beberapa kelas kosong tak berpenghuni padahal dari tadi aku sudah sebisa mungkin untuk cepat, sampai napasku ngos-ngosan. Aku berlari menelusuri kelas lainnya.

Ada kelas X-2 yang duduk-duduk di bangku panjang depan kelas. Beberapa cewek bergerombol sambil bercerita—entah—aku nggak tahu tentang apa.

Kudekati mereka, agak ragu sebenarnya. Aku nggak terbiasa berkenalan dengan orang baru.

Aku berjalan pelan-pelan dan berhenti tepat di depan mereka. "Eee ... maaf. Bisa tanya sebentar?"

Para cewek itu sontak terdiam dan beralih menatapku. "Ada apa ya, Kak?" balas salah satu di antara lima cewek tersebut.

Aku tersenyum canggung, masih berusaha mencoba seramah mungkin. "Kalian ada yang tahu tempat kos cewek di dekat sini?"

"Kos?" tanya balik dari cewek kedua yang berpotongan hip-hop.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku cepat. Semoga saja dia tahu.

"Nggak tahu, Kak," lanjutnya sambil cengengesan, meski setelah itu ia mendapat sorakan dari teman-temannya.

Aku kembali muram. Ah, kukira dia tahu. Kenapa gayanya tadi sok tahu banget, sih? Tanpa berlama-lama, aku langsung pergi selepas memberikan ucapan terima kasih pada mereka semua.

Baru beberapa langkah kaki ini berjalan, kudengar ada yang memanggilku. Aku refleks berhenti, lalu kembali berbalik mencari sumber suara di belakangku.

Seketika mataku membelalak. Aku kaget, mulutku juga ikut terbuka walau sedikit.

"Aku dengar tadi cari tempat kos ya, Kak?"

Aku masih diam. Menatap cewek tersebut yang sedang bertanya padaku. Aku nggak tahu harus mengatakan apa. Masalahnya, dia adalah cewek kelas X yang kemarin kulihat bersama Darrel.

"Kak?" Cewek itu mengibas-ngibaskan tangannya di depanku. "Dengar aku nggak, Kak?"

Mataku mengerjap-ngerjap. Kesadaran mulai terkumpul kembali. Aku mengangguk meski agak kaku sembari menunjukkan senyumku sedikit.

Nggak mungkin kan kami belum pernah ketemu, terus aku langsung sewot padanya? Entar aku dikira kakak kelas jahat, gimana?

Sekilas kulihat dia juga ikut tersenyum padaku. Malah terkesan lebih ramah dan ceria. Aku jadi mikir, kenapa dia harus bersikap semanis itu padaku? Kalau gini kan susah mau benci sama dia.

"Kak, melamun lagi ya?"

"Eh, m-m-maaf," ucapku seraya tergagap-gagap. "Kamu tadi ngomong apa?"

"Aku tahu tempat kos dekat sini. Bagus dan murah lagi, Kak."

Butuh waktu tiga sampai lima detik buatku untuk bisa mengumpulkan kesadaranku kembali, hingga tanpa sadar kudapati diriku sendiri berteriak histeris.

"A-apa?! Yang benar?!!" Segera kututup bibirku dengan kedua telapak tangan. Mungkin ini efek dari rasa terlampau senang mendapat kabar darinya.

Cewek berambut sebahu itu terkikik geli melihatku. Sementara aku langsung mencoba bersikap biasa dan berdeham pelan.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang