Chapter. 24 - Bencana

106 10 0
                                    

Keesokan paginya.

Sunoo terbaring di tempat tidur yang hangat, lembut, empuk dan sangat nyaman, tidak ingin bangun tapi suasananya terlalu terang untuknya, matanya mulai berkedut, perlahan terbuka.

Silau, dia kembali menutup matanya, mencoba menyesuaikan penglihatannya dan akhirnya terbangun.

Tempatnya sangat asing untuknya, kedua tangannya mulai meraba-raba sisi kanan dan kiri. Dalam hati berkata:

"Ahh... Sangat lembut~"

Tertegun.

Sunoo segera bangun dan duduk, melihat kanan kiri. Dimana dia?

Tempat tidurnya sangat besar mungkin mampu menampung empat sampai lima orang untuk berguling-guling di atasnya. Sinar cahaya matahari musim dingin masuk lewat jendela, menjadikan ruangan itu penuh dengan cahaya putih biru yang dingin namun hangat.

Melihat sekeliling tidak ada siapapun, di dalam ruangan kamar tidur yang sangat luas, dekorasi ruangan ini sebenarnya cukup sederhana dengan tembok berwarna putih dan abu, terlihat monoton dan membosankan tapi setiap sudutnya masih terlihat mewah dan klasik.

Sunoo terbaring terbangun di atas ranjang sendirian, tampak bingung dengan rambut yang acak-acakan.

"Dimana aku?

Tunggu, apa yang terjadi?"

Mengingat kejadian sebelumnya, Sunghoon bercerita tentang kematian ibunya, dan tidak tahu kenapa tiba-tiba dia merasa sakit kepala, dan semua penglihatannya menjadi hitam.

Diam merenung, Sunoo mencoba mencerna apa yang telah terjadi kepada dirinya. Seperti, bagaimana dia tiba-tiba pingsan? Apa mungkin cerita Sunghoon tanpa sengaja memicu tromatisnya?

Tapi sepertinya dia masih ingat sesuatu di sela-sela kesadarannya, sepertinya ada seseorang yang memanggilnya.

Sekelebat bayangan sesosok pria berjas putih panjang muncul di kepalanya.

"Ssshhtt.." Sunoo menyentuh kepalanya, merasa sedikit pusing, menggelengkan kepalanya, lalu tiba-tiba dia teringat sesuatu, sepertinya dia bermimpi sesuatu yang cukup aneh. Dia bermimpi dirinya dipeluk oleh seseorang dan itu terasa sangat nyata seperti bukan mimpi, tapi...

Mengerutkan kening sejenak, lalu mendecakkan lidahnya. Lupakan itu tidak penting.

Menyibakkan selimut yang membelit tubuhnya, Sunoo turun dari kasur. Terasa lembut dan hangat, menundukkan kepalanya dan ia melihat sebuah karpet berbulu yang sangat tebal, sangat lembut dan sangat nyaman jika terkena kaki.

"Sunghoon benar-benar kaya."

Berdiri dan melihat sekeliling mencari pintu kamar mandi.

"Sekarang aku merasa sangat bodoh.

Dimana kamar mandinya?"

Melangkahkan kakinya dan tiba-tiba kepalanya terasa berat, mengangkat tangan kanannya ke arah pangkal hidung lalu mencubitnya, membuka tutup matanya mencoba tetap sadar.

Menahan rasa pusing, tubuh limbung dan kembali duduk di pinggiran kasur, diam sejenak menunggu rasa pusingnya hilang.

Tidak lama setelah itu, suara pintu terbuka dari arah depan, menampakkan sesosok pria tinggi mengenakan kaos putih dengan cardigan krem dan celana katun panjang hitam yang sangat rapi.

Untuk beberapa alasan Sunoo tidak berkedip saat melihatnya, karena sangat langka dia melihat penampakan Sunghoon yang mengenakan pakaian sesantai ini? Ditambah dengan rambutnya yang dibiarkan menjuntai jatuh menutupi dahi, bibir tipis terbuka dan sebuah suara keluar:

★Don't Say Love If You Play Without Love★||SUNSUN||{DSLIYPWL}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang