Chapter. 30 - Menciptakan Gelombang

158 11 0
                                    

Sunghoon memegang tangan Sunoo keluar dari tempat itu, dan baru sadar di sepanjang jalan Sunoo terus menundukkan kepalanya, terus berpikir keras.

Tanpa sadar tangannya terangkat dan mengusap rambut lembut Sunoo.

Sunoo melebarkan matanya, langsung mendongak melihat Sunghoon.

Dari tadi dia terus memikirkan segalanya dan mulai merasa otaknya kewalahan memikirkan semuanya, tapi sebuah sentuhan lembut di kepalanya segera menyadarkannya.

"Sunghoon, Jika kau benar-benar salah paham tentang ayahku..."

Sunghoon tiba-tiba memotong, "jangan terlalu keras memikirkannya, kita serahkan saja pada orang-orang dewasa untuk menanganinya sekarang."

Sunoo tertegun sebentar, "oh, ba-baiklah." Ungkapnya sambil melihat ke tanah.

Sunghoon tersenyum tipis, "Jika aku memang salah paham, itu tetap tidak akan mengubah ku untuk tidak membencinya."

Sunoo segera menutup mulutnya, aku hanya akan mengikuti mu.

Mereka berjalan bersama, menggeser beberapa bunga lalu sebuah pintu muncul, mereka masuk bersama dan kembali ke keruangan mereka yang tadi.

-

Di ruangan lain, Sena tertidur di atas kasur batu hangat, tangannya tidak pernah berhenti untuk terus menggaruk punggungnya.

Ketika dia sangat tidak tahan akhirnya dia terbangun. "Kenapa ini sangat gatal?"

Tangannya terus meluncur disepanjang punggungnya, lalu menemukan sumber gatalnya, bagian itu sedikit menonjol di tengah-tengah punggungnya, rasanya sangat gatal seperti ada sesuatu yang mencoba menggali secara perlahan.

Tanpa ia ketahui sebuah urat hitam terus menjalar di sepanjang lehernya dan terus memanjang ke pipinya dan hampir masuk ke matanya.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, tanpa menghiraukan siapa, Sena terus menggaruk punggungnya karena sangat gatal sampai-sampai dia tidak menyadari seseorang membuka pintunya.

Kevin terkejut melihat penampakan Sena, matanya segera menyusut, melompat keluar hingga terjatuh dan terus menunjuk pada Sena, tidak bisa berteriak karena keterkejutannya dan sangking takutnya dia, hingga tidak bisa mengeluarkan suara sedikit pun dari tenggorokannya.

Itu adalah sebuah gejala yang pernah dialami oleh ayahnya, Kevin mengingatnya sangat jelas waktu itu, urat-urat hitam itulah yang terus menghiasi seluruh tubuh ayahnya sebelum ia berubah menjadi sangat gila dan tidak masuk akal.

Sena mengangkat kepalanya meminta tolong. "Gatal, sangat gatal."

Tangannya terentang meminta bantuan kepada Kevin yang terduduk di ambang pintu.

"Kevin, dimana Sunoo?  Ini sangat gatal, tolong-"

Sebelum Sena selesai berbicara, Kevin segera berdiri dan mengambil kunci di pintu, lalu membanting pintu tertutup, tanpa berpikir apapun dia langsung menguncinya beberapakali.

Dadanya terus naik turun dengan cepat, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, dia melihat ke segala arah, dan melihat lemari mahoni berat tidak jauh dari sana, dia berlari kearah itu, mencoba sekuat tenaga mendorong lemari itu untuk menghalangi pintu.

"Ini sangat menakutkan! Sialan!!"

Sena di dalam ruangan itu terkejut, lalu berteriak-teriak di dalam sana menyuruh Kevin segera membuka pintunya, tapi sayang teriakannya tidak terdengar jelas karena ruangan itu memiliki kedap suara yang sangat baik, dan hanya terdengar seseorang terus menggedor-gedor pintu.

Dua pengawal yang sedang patroli lewat disana, melihat ada kegaduhan mereka segera datang.

"Ada apa ini?" Tanya pengawal A pada Kevin yang sedang kesusahan mendorong lemari.

★Don't Say Love If You Play Without Love★||SUNSUN||{DSLIYPWL}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang