CLYBU|| Prolog [M]

16.4K 364 3
                                    

🔞⚠️

Serena tersentak ke depan. Terjerembab ke atas kasur dengan mulut setengah terbuka terkesiap ketika di belakang sana Sebastian memasukinya dalam satu kali sentakan kuat.

Tangannya mencengkeram seprai erat. Tubuhnya terhentak-hentak ke depan seiring dengan gerakan Sebastian di belakangnya. Geraman rendah pria itu terdengar. Napasnya memberat. Menderu. Berkali-kali Serena mendengar umpatan pelan keluar dari bibirnya.

Geramannya terdengar marah. Begitu pun hentakannya. Sebastian seolah ingin Serena tahu bahwa dia sedang marah kepadanya.

Sebastian memang marah kepada Serena. Tapi Serena sendiri tidak tahu penyebab marahnya laki-laki itu.

Serena sudah meraih gelombang puasnya dua kali . Sementara Sebastian sama sekali belum.

Bahkan saat Serena mencapai puncak kenikmatan itu kembali, Sebastian tidak menunjukkan tanda-tanda ingin selesai.

Serena dilentangkan. Kali ini tidak diberi kesempatan menikmati euforia yang ada terlebih dahulu karena di detik selanjutnya Sebastian kembali menghujamnya.

Tangan Sebastian kembali bergerilya. Menangkup gundukan Serena, meremasnya kencang. Telunjuknya masuk ke dalam mulut Serena yang setengah terbuka, menyuruh mengulumnya.

Dengan terus mengentakkan diri, Sebastian menatap penuh hasrat wajah rupawan wanita di bawahnya.

Berantakan. Kacau. Tidak berdaya.

Tidak peduli Serena menyuruhnya untuk berhenti, Sebastian terus menghujam dalam. Isi kepalanya sekarang tidak bisa diajak berpikir jernih. Tubuhnya pun tidak bisa dikontrol. Dia terus mendamba, menginginkan Serena lebih tidak berdaya lagi di bawah kuasanya.

"Kamu hanya milik aku, Serena. Hanya milik aku. Tidak boleh ada laki-laki lain yang tahu betapa nikmatnya kamu."

Serena terlalu tenggelam oleh hasrat dan kegilaan yang diciptakan Sebastian sehingga geraman laki-laki itu tidak dapat ditangkap dengan baik oleh telinganya.

Sebastian menyurukkan kepalanya ke pundak Serena yang basah oleh peluh. Memberikan gigitan ringan di sana sekaligus hisapan yang meninggalkan bercak kemerahan.

Hentakannya semakin cepat dan berantakan. Bibirnya tertanam kuat di samping kepala Serena. Sementara wajah Serena sendiri tenggelam di pundak kokoh sang pria. Kedua tangannya mendekap punggung lebarnya. Menanamkan jarinya kuat ketika Sebastian menyentuh titik sensitifnya berkali-kali dengan cepat dan keras. Terlalu dalam sampai Serena tidak bisa membendung lelehan air matanya.

Gelombang yang ditunggu-tunggu akhirnya meledak juga. Nama Serena meluncur keluar dari bibir pria yang masih menggerakkan dirinya perlahan, menuntaskan pelepasannya.

Sebastian merasakan cairan Serena meluncur keluar seiring dengan dirinya melepaskan diri. Setelah melumat ringan bibir Serena beberapa kali, dia berguling ke samping.

Napas mereka masih sama-sama terengah. Sebelum berangsur-angsur kembali normal. Baik Serena maupun Sebastian masih berusaha turun memijak bumi setelah merasakan euforia yang membuat terbang melayang-layang sampai isi kepala terasa kosong dan ringan.

Serena hendak beranjak dari kasur, membersihkan diri sejenak, memakai pakaiannya kembali, lalu pulang--seperti yang biasanya dia lakukan setelah melayani Sebastian, ketika lengan laki-laki itu melintang memeluk perutnya, menariknya untuk merapat. Kepalanya ikut menyusup ke ceruk lehernya.

"Bas?" Serena mencoba menyingkirkan lengan Sebastian dari perutnya seraya menggeserkan kepalanya ke samping, tapi yang terjadi laki-laki itu justru mengeratkan pelukannya dan semakin menyusup ke perpotongan lehernya.

"Bas, aku harus pulang."

Sebastian bergeming.

Ketika Serena akan kembali membuka mulut, suara Sebastian meluncur keluar. "Menginap saja, Ser. Aku belum puas."

Serena tidak percaya Sebastian masih belum puas setelah membuat badannya hampir remuk seperti ini. Tapi, apa yang bisa Serena lakukan selain menurut? Pelayan tidak berhak membantah tuannya bukan?

"Menyingkir dulu. Aku mau bersih-bersih sebentar."

Sebastian tidak mengindahkan permintaan Serena. Melonggarkan dekapannya pun tidak.

"Bas?" "Jangan temui dia lagi, Ser." Mereka berucap secara bersamaan.

Serena menolehkan kepala. "Siapa?"

"Yang kamu temui tadi siapa?"

Serena diam. Menatap langit-langit kamar. Tidak mengerti kenapa Sebastian melarangnya seperti seorang pacar yang cemburu. Dan mungkin barangkali... Serena berharap itu benar adanya. Sebastian cemburu.

"Kenapa?" Serena bertanya pelan.

Untuk satu alasan Serena berdebar gugup menanti jawabannya.

Laki-laki itu tidak langsung menjawab. Serena pikir Sebastian memang tidak berniat memberi jawaban. Sampai akhirnya suara laki-laki itu terdengar. Jawaban yang menampar Serena keras-keras bahwa di mata Sebastian dia memang tidak lebih dari pemuas nafsunya.

"Bukankah kita udah buat kesepakatan kalau hanya aku yang boleh menikmati tubuhmu, Serena?"

bersambung....

hiiii, it'me, nous, again. ini adalah salah satu cerita dari sekian cerita yang ada di draft, terus aku tertarik buat mulai dikembangin plot dan lainnya, jadi ini lah dia. dipublish untuk menggantikan 'bittersweet marriage' yang entah kenapa tiba-tiba hilang feel buat lanjutinnya padahal baru prolog (kebiasaan impulsif emang). jadi sembari menata ulang mood buat lanjutin bittersweet marriage, mau garap ini dulu karena kebetulan beberapa part-nya udah mendekam di draft tinggal di publish aja. sooo, semoga kalian suka!

Cinta Lama yang Belum UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang