23. CLYBU|| Masih Marah?

2.3K 138 5
                                    



Serena menarik napas berat ketika menemukan mobil Sebastian ada di halaman kosnya.

Melihat ke dalam mobil dan tidak menemukan pemiliknya, Serena sudah menduga Sebastian pasti sudah ada di dalam kamarnya.

Kenapa pria itu harus datang di situasi yang tidak tepat? Atau tepatnya, kedatangan Sebastian tidak pernah tepat.

Serena belum ingin bertemu dengan pria itu. Satu-satunya yang ingin dia lakukan sekarang adalah istirahat. Ditambah malas jika Sebastian bertanya terkait dahinya yang diperban.

Bicara soal dahi yang diperban, untung saja sebelum benar-benar terjadi tabrakan, Farel cekatan membanting setir meskipun berakhir dengan menabrak pohon. Setidaknya lebih baik karena baik Serena maupun Farel tidak mendapatkan luka yang serius.

Serena mendapatkan beberapa jahitan di dahinya serta kaki dan tangannya lecet-lecet. Farel pun tak jauh beda. Hanya saja masalah terbesar Farel adalah mobilnya cukup banyak mengalami kerusakan.

Itu pun masih untung kecelakaan terjadi tidak di jalan besar. Jika terjadi kemungkinan luka yang ditimbulkannya pun lebih serius lagi.

Meskipun tidak ingin bertemu Sebastian, Serena tidak mempunyai pilihan lain selain menemuinya. Bukan menemuinya lebih tepatnya, tapi pulang karena dia tidak mempunyai tempat lain untuk pulang.

Dugaan Serena sama sekali tidak meleset. Begitu pintu terbuka, dia langsung mendapati kehadiran Sebastian yang sedang duduk di tepi ranjangnya.

"Dahi kamu kenapa?" Sebastian langsung bertanya, berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri Serena dalam raut wajah panik yang tidak bisa disembunyikan.

Lagi-lagi tebakan Serena tidak meleset.

"Ada kecelakaan tadi sedikit."

"Kecelakaan apa?"

Tidak mungkin jujur soal kecelakaan bersama Farel, jadi dia menjawab, "jatuh dari motor."

"Kamu nggak pake helm?"

Ah... lupa.

"Ya... lupa." Berharap jawaban yang keluar tidak terdengar bohongnya.

"Nggak mungkin lupa, Ser. Abang gojeknya nggak mungkin mengambil resiko nggak mengingatkan kamu soal pakai helm."

Kenapa Sebastian pintar sekali mengambil kesimpulan, ya? Memang benar sih. Lupa memakai helm saat naik gojek adalah hal yang kecil kemungkinannya. Sebelum naik juga, abang gojeknya pasti menyerahkan helm yang otomatis pasti akan langsung dipakai penumpangnya.

Kembali memutar otak, "Iya, aku bohong, maaf. Tapi ini emang karena jatuh."

"Kenapa harus bohong kalau hanya karena jatuh?"

"... jatuh ngejar jambret." Serena memang jadi pandai berbohong karena Sebastian.

"Kamu dijambret?" Sebastian menelusuri tubuh Serena dari atas sampai bawah. Barulah dia menyadari lecet-lecet di kaki perempuan itu. "Tangan kamu." Meminta sang perempuan untuk mengulurkan tangannya yang sengaja Serena sembunyikan di belakang tubuhnya.

Serena tidak mempunyai pilihan lain selain membiarkan Sebastian melihat luka-luka yang ada di tangannya.

Embusan napas berat terdengar keluar dari mulut pria itu. "Ini udah diobatin?" tanyanya. Nada bicaranya seperti ada sesuatu yang sedang dia tahan.

Serena mengangguk. Barangkali Sebastian lupa ada perban di dahinya otomatis lecet-lecetnya pun pasti sudah diobati.

"Apa yang dijambret?"

Cinta Lama yang Belum UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang