Maaf ya, ternyata ini part terakhirnya.
***
Serena menyadari akan sangat sulit baginya untuk meninggalkan Sebastian. Tapi, tetap bersamanya pun jelas bukan pilihan yang tepat.
Terlalu banyak hal yang bisa merusak kewarasannya.
Selain harus menghadapi keluarganya, Serena hanya akan dipenuhi ketakutan, keraguan, kecemasan, jika meneruskan hubungan dengan Sebastian.
Setelah apa yang Sebastian lakukan, dia akan sulit percaya kepada laki-laki itu. Segala kebaikan yang Sebastian lakukan mungkin hanya akan dia artikan sebagai bentuk manipulasi. Sepanjang mereka menjalankan hubungan, mungkin dia akan terus menyimpan curiga.
Dan sudah tentu, itu tidak akan membuat Serena bahagia. Tidak akan membuat keduanya bahagia karena Sebastian pun pasti tersiksa jika terus dicurigai padahal mungkin dia memang sungguh melakukannya dengan tulus — tanpa ada unsur ingin memanipulasi.
Tapi, setelah kepercayaannya diluluhlantakan dengan sangat kejam, tidak mudah bagi Serena untuk kembali percaya kepada lelaki itu.
Efek self esteem-nya yang semakin rendah, ketakutan Sebastian bosan dan mencari perempuan lain pun memenuhi kepalanya.
Serena pun semakin menyadari selama ini dia terlalu menempatkan dirinya dalam daftar prioritas paling bawah. Paling bawah sampai bahkan tidak terjangkau sama sekali.
Dia selalu mengesampingkan dirinya demi memprioritaskan orang lain. Selalu menyakiti dirinya sendiri demi membuat orang lain tidak terluka. Menyusahkan dirinya sendiri demi membantu orang lain. Dan... melukai hatinya demi tidak ditinggalkan. Padahal sudah dari lama dirinya sadar dia menjadikan orang yang salah sebagai rumahnya.
Jadi... mulai sekarang Serena hanya ingin fokus dengan dirinya sendiri. Fokus merawat luka-luka yang selama ini terabaikan. Fokus mencintai dirinya sendiri yang selama ini tidak mendapat cinta darinya.
Meskipun berat... Serena mantap pada pilihannya untuk pergi dari hidup Sebastian sejauh yang dia bisa.
Tapi dia sadar tidak bisa melakukannya semuanya sendiri.
Meskipun terkesan impulsif, tapi Serena sudah memikirkan untuk menawarkan kesepakatan kepada orang itu dengan sangat matang.
Sebelumnya Serena sudah menghubungi sosok itu menggunakan ponsel Sebastian agar kemungkinan diresponsnya lebih besar. Kenyataannya memang begitu. Keesokan harinya Serena langsung bisa dapat bertemu dengannya.
Sebelum Sebastian pulang, Serena bertolak pada lokasi pertemuan. Dia sudah memastikan ponselnya dalam kondisi daya penuh dan tersimpan baik-baik di tasnya. Jaga-jaga jika dia tiba-tiba lupa jalan saat pulang ada teknologi canggih yang bisa membantunya.
Sebelum masuk ke ruangan di mana orang yang ditemuinya itu sudah menunggu, Serena menarik napas dalam-dalam. Dia tidak pernah segugup itu sebelumnya, tapi berusaha untuk tidak terlalu menunjukkannya karena alasannya menemui sosok itu untuk menawarkan kesempatan yang setidaknya harus menguntungkannya.
Awal pertama melihatnya, Serena tidak mungkin salah mengenali bahwa itu benar ibu Sebastian. Rupanya bagaikan Sebastian versi perempuan dengan kesan yang lebih matang dan elegan saja.
Bagaimana selayaknya Sebastian, ibu laki-laki itu pun memiliki aura intimidatif membuat Serena semakin jiper tapi dia harus berusaha tidak terintimidasi.
Membayangkan dia mempunyai mertua seperti itu, Serena mendadak ngeri dan semakin insecure. Dari penampilan dan pembawaannya saja terlihat berkelasnya. Sangat tidak cocok mempunyai menantu seperti dirinya. Ah, memang dari dulu pun dia tidak cocok dengan Sebastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lama yang Belum Usai
Teen FictionDulu, mereka pernah saling menyukai. Ironisnya, tidak ada yang berani lebih dulu mengakui. Sekarang, mereka kembali dipertemukan. Bukan jenis pertemuan membahagiakan yang membawa mereka pada happy ending yang diinginkan. Melainkan pertemuan yang me...