16. CLYBU|| Licik

2.6K 146 9
                                    

a.n: halooo. wah ternyata udah lama ya sejak terakhir kali aku update ini cerita. maafin, ya. kehidupan rl lagi sibuk-sibuk dan mohon maklum kalau ke depannya juga ga bisa update cepet-cepet. semoga masih berkenan mengikuti cerita ini sampai akhir. yuk, mari sekarang ketemu dulu sama duo sese ini. enjoy!

* * *

Pinggang ramping itu berhasil kembali dia rengkuh. 

Sebastian menyembunyikan wajahnya di pundak sempit Serena, menghirup napas dalam-dalam di sana seolah baru saja menemukan oksigennya kembali.

Serena bergeming. Tidak balas memeluk laki-laki itu. Dia kesal kepada dirinya sendiri kenapa begitu mudahnya kembali kepada pelukan Sebastian. Tidak mengerti kenapa Sebastian semudah itu mengambil hatinya lagi. Serena bingung dengan perasaannya sendiri. Sungguh bingung. 

Yang pasti Serena merasa tidak mempunyai hak untuk menolak. Seberapa brengsek pun laki-laki itu, tidak menutup fakta bahwa Sebastian pernah memberikan kebahagiaan untuknya. Dan mungkin alasan terbesar Serena tidak pernah bisa menolak Sebastian... karena laki-laki itu telah memberinya banyak hal.

Seperti sekarang.

Ketika Sebastian mengambil sebuah kotak di atas nakas, dan mengeluarkan sebuah bracelet. Diamond wire bracelet. Perhiasan keluaran dari brand Tiffany & Co. 

"Tangan kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tangan kamu." Dia menyuruh Serena untuk mengulurkan tangannya.

Serena diam. Tidak mau menerimanya. Sebastian sudah cukup sering membelikannya barang-barang seperti pakaian, sepatu hingga tas. Ini untuk pertama kalinya dia dibelikan perhiasan. Dengan harga yang jauh dari kata murah.

Semakin sering Sebastian memberinya banyak hal, semakin susah juga untuk Serena menolaknya. Sebastian seolah sengaja menjerat Serena dengan hal itu.

Sebastian meraih tangan Serena yang diam saja, menahannya di udara agar dia mudah memakaikan bracelet-nya dengan satu tangan. Baru saja gelang itu akan dipakaikan, Serena kembali menarik tangannya, menyembunyikannya di belakang tubuh.

"Aku nggak bisa menerimanya, Bas."

Kening Sebastian mengernyit samar. "Kenapa? Aku nggak minta kamu membayarnya."

"Bukan gitu." Serena menyambar cepat. "Bukan gitu," ulangnya terdengar lelah, "aku nggak mau."

"Kenapa?" Sebastian bertanya lagi. "Kamu nggak suka? Bracelet-nya kurang cantik? Mau aku belikan--"

"Bas." Serena menyela. Mengembuskan napas, sebelum menyambung, "kamu udah sering kasih aku hadiah. Udah cukup. Jangan kasih aku apa-apa lagi."

"Aku seneng kasih kamu hadiah. Kenapa nggak boleh?"

Entah Sebastian benar-benar tidak paham rasanya berada di posisi Serena atau memang pura-pura tidak paham karena tidak mau kehilangan salah satunya caranya menjerat Serena.

Cinta Lama yang Belum UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang