30. CLYBU|| Don't Touch Her!

2.2K 107 8
                                    


Serena tidak mengerti kenapa Sebastian bertanya apa dia boleh mencintainya?

Kenapa Sebastian harus bertanya seperti itu? Lalu, jika tidak diizinkan apa lelaki itu akan berhenti mencintainya?

Dalam hati Serena ingin menjawab, "you can." Tentu boleh. Sebastian boleh mencintainya. Karena sekarang pun dia sudah menerima fakta bahwa dirinya pun menginginkan lelaki itu.

Tapi, entah kenapa jawaban itu tidak keluar dari mulutnya. Seperti ada batu besar yang menghalangi tenggorokannya. Sampai akhirnya pertanyaan itu memang tidak Serena jawab.

Hari ini Serena bekerja di shift pagi. Sebastian mengatakan akan menjemputnya sore nanti.

Tapi di pertengahan jam kerja salah satu teman kerjanya yang seharusnya bekerja di shift sore menghubunginya, memintanya untuk menggantikan jam kerjanya karena katanya ada kerabatnya yang meninggal.

Serena tentu tidak bisa menolak meskipun bukan pertama kalinya dia menggantikan jadwal kerja rekan kerjanya yang lain.

Bahkan dia pernah menggantikan shift temannya yang katanya sakit tapi dia malah bertemu dengannya di pusat perbelanjaan. Sedang asyik shopping dan terlihat sangat baik-baik saja.

Serena tidak tahu apa teman yang satu ini juga betulan tidak bisa masuk karena ada kerabatnya yang meninggal atau hanya alasan saja. Hanya saja rasanya terlalu jahat jika Serena menganggap rekannya itu memberikan alasan palsu. Bagaimana kalau kenyataannya kerabatnya memang meninggal?

"Lo nggak siap-siap pulang, Ser?"

"Erni nggak bisa masuk. Katanya ada kerabatnya yang meninggal."

"Jadi lo yang gantiin shift dia?" Seakan Serena sudah begitu terbiasa menggantikan shift yang lain, salah satu rekan kerjanya itu langsung bisa menebak.

"Iya."

"Beneran tuh kerabatnya ada yang meninggal. Bukan alasan doang."

Serena hanya memasang tampang yang menggambarkan bahwa dia pun tidak tahu, tapi tidak ingin membuat prasangka buruk.

"Lo kayak nggak tahu dia aja deh. Dia kan sering bohong. Kerjanya juga malas-malasan. Bukannya lo juga sering dimintain gantiin shift dia ya? Ini bukan pertama kalinya kan?"

"Mungkin beneran nggak bisa masuk." Serena dan pikirannya yang terlalu positif — entah naif. Meskipun sebenarnya sederhana, Serena hanya tidak enak jika menolak.

Teman kerjanya itu, Fania, menatap Serena prihatin. "Lo tuh terlalu baik, Ser. Makanya jadi sering dimanfaatin." Memang di antara rekan kerja yang lainnya cuma Fania yang tidak pernah terkesan memanfaatkan kebaikan Serena.

Boleh saja tampangnya terlihat judes. Acuh tak acuh. Pun perkataannya yang seringkali blak-blakkan. Seperti tidak peduli ucapannya itu akan menyakiti lawan bicaranya.

Tapi, cuma dia sepertinya yang berteman dengan Serena tanpa berniat memanfaatkan kenaifannya. Pun yang sering mengingatkan Serena untuk jangan terlalu tidak enakan.

"Mentang-mentang omnya pacar Bu Riri jadi seenaknya kayak gitu," dumelnya. "Emangnya lo nggak capek kerja dua shift? Itungannya lo masuk pagi pulang malem ini."

"Nggak papa lah. Itung-itung nambah pemasukan," balas Serena jenaka.

"Ya iya sih. Tapi overload banget tuh dari aturan jam kerja. Tapi ya udah sih terserah lo aja."

Setelah basa-basi singkat, Fania akhirnya pulang. Begitu pun rekan kerja yang satu shift dengannya.

Serena hendak menghubungi Sebastian ketika nama pria itu sudah lebih dulu terpampang di layar ponselnya.

Cinta Lama yang Belum UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang