▫️Bab 3 ▫️

12 8 0
                                    

"Sam?" Jun melihat Sam yang meringkuk disebelah dispenser. Tangannya bergetar hebat. Matanya terlihat kosong menghadap ke depan. Dengan hati-hati Jun membopong badan Sam. Ia membawa Sam ke kamarnya agar bisa tenang menemaninya.

Melihat jam yang ada di dinding membuat Jun merinding, lelaki itu merasa tidak begitu lama membantu Sam kembali ke kamar. "Kenapa ... sudah pukul tiga pagi?" Sam ternyata sudah tertidur, deru nafasnya terlihat tenang. Jun menjadi sedikit lega.

Tatapan bingung kembali hadir begitu teringat kejadian tadi. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Sam di belakang sana. Karena penasaran, Jun mencoba beranjak dari duduknya. Ia memakai sandalnya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara gesekan.

Dapur itu memang kecil dan harusnya siapa pun terlihat di sana, tetapi Jun tidak bisa melihatnya. Bahkan waktu terasa cepat seolah dirinya berada di dunia lain.

Jun menemukan sebuah gelang dengan ukiran yang tidak bisa ia pahami. "Apa ini punya Sam?" bisik Jun lalu memutuskan membawa gelang tersebut.

****

Sam terkejut dan mengelus pergelangan tangannya. Ia mencari gelang yang selalu dipakainya. Jun kembali masuk ke kamarnya dan mendapati sahabatnya panik kebingungan sambil menyingkirkan beberapa benda.

"Apa kamu cari?" tanya Jun sambil mengeringkan rambutnya. Sam masih fokus mencari gelang itu sampai melupakan pertanyaan dari Jun.

Jun terus memerhatikan gerak-gerik Sam yang selalu mengelus pergelangan tangannya. Mendahului langkah Sam, Jun membuka lemarinya dan mengeluarkan gelang yang dimaksud.

"Apa ini gelang yang kamu cari?" tanya Jun kedua kalinya dengan menunjukkan gelang. Sam mendengar nada Jun yang berbeda terpaksa menatap sahabatnya.

"B-bagaimana kamu bisa menemukannya?" gagap Sam sambil merebutnya. Tatapan yang berbeda dari Sam membuat Jun heran.

Tidak seperti biasanya sahabatnya seperti itu. Bahkan pada awal mereka tinggal di rumah tersebut, Sam termasuk orang yang cuek dengan sekitarnya. Entah, kenapa tiga bulan belakangan ini, Jun merasa ada yabg berbeda dari Sam.

Gelang tersebut memiliki ukiran yang pernah ia lihat. Sam tidak pernah membicarakan soal gelang tersebut dengan dirinya. Namun, Jun tidak begitu memikirkannya karena keduanya akan segera menemui Vanisha dan Eve.

"Bersiap-siaplah, kita akan mempersiapkan keberangkatan kita," kata Jun, lalu mengambil kemejanya yang sudah bergelantung di depan lemari tadi.

Sam hanya mengangguk perintah Jun, dan segera beranjak keluar dari kamar. Suasana keduanya kini menjadi canggung. Sebelum berangkat ke kostan, Sam merapikan dokumen-dokumen yang perlu di bawa. Jun menerima map dari Sam sebelum masuk kedalam mobil.

Vanisha terlihat sedang mengunci pintu kamarnya. Eve yang bosan menunggu temannya mendekati mobil kami dan ingin menitipkan beberapa bawaan.

Sam langsung membuka pintu mobilnya, dan pergi kearah bagasi belakang, Eve tersenyum dan segera mengangkat kembali barangnya. Sebenarnya dua barang tersebut adalah milik Vanisha.

"Astaga!" Jun terkejut begitu melihat kesamping nya, Vanisha menatapnya sambil melototkan matanya.

Vanisha yang puas menjahili Jun, tatapan serius Jun kini menjadi kesal. "Vanisha!" Gadis berkulit sawo matang tertawa sambil membuka pintu tengah mobil yang disusul oleh Eve yang masuk lewat pintu sebelahnya.

"Kamu terlalu serius sekali. Apa yang kamu baca, Jun?" Pertanyaan Vanisha membuat Jun membalikkan badannya. Lelaki itu masih fokus ke ponselnya sebelum menunjukkan layar gepeng.

"Jadwal tugas kita dimajukan tiga hari, dan kurasa kita harus segera menyiapkan keberangkatan."

"Lalu kita ke kampus untuk apa?" tanya Eve sambil memberikan masing-masing permen, kecuali Sam yang mulai menyetir. Vanisha mengambil alih ponsel Jun dan melihat isi chat dari grup mata kuliah mereka.

Palangkaraya : The Curse of Kahayan [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang