▫️Bab 5 ▫️

12 8 0
                                    

Vanisha tidak mengerti kenapa kabupaten yang mereka harus kunjungi didominasikan oleh hutan belantara. "Apa yang kamu maksud? Lihat disana ... mereka ada membangun gedung, di mana hutannya?" Jun segera memutar mobilnya ke arah kiri menuju perumahan.

Karena tidak ingin membuat Jun emosi, Vanisha memutuskan untuk menyimpan apa yang dia lihat. Kondisi jalanan mulai ramai dipenuhi oleh anak kecil, dan beberapa ibu-ibu yang sedang menemani anaknya bermain.

"Apa tidak terlalu berbahaya jika membiarkan anak-anak bermain terlalu ke tengah?" tanya Jun membuat Vanisha juga setuju, mobil mereka pelankan kecepatannya. Jalan kecil itu terlihat begitu hangat, bahkan jembatan Kahayan bisa terlihat dari perumahan tersebut.

"Jun, rumah nomor kita berada di A." Jun tidak sengaja menatap wajah Vanisha yang memegangkan kertas alamat rumah mereka terlebih dahulu, membuat Vanisha mendorong wajah lelaki tersebut untuk melihat ke alamatnya.

Hampir 10 menit mengemudi sambil melihat-lihat nomor rumah yang desain hampir semuanya sama persis itu. Vanisha memukul bahu Jun pelan dan menunjuk satu rumah cukup besar dari rumah lainnya. "Itu bukan?" tanyanya.

Jun melirik ke arah kanan, ia bisa melihat leluasa karena berada di kursi pengemudi. Rumah yang dimaksud Vanisha memang benar 10A, berada persis di tengah-tengah perumahan sektor A tersebut.

Keduanya cukup tenang mencari rumah mereka, karena Eve dan Sam masih tertidur pulas di kursi tengah. Andaikan keduanya bangun dan mengoceh, maka perjalanan mereka bisa memakan banyak waktu hanya untuk mencari saja.

"Baiklah, aku akan memasukkan mobil ke halamannya." Vanisha mengangguk dan mempersiapkan barang-barangnya yang berantakan di mobil. Gadis itu tidak lupa membawa tas kecil milik Jun. Halaman semen itu cukup luas untuk dua motor dan satu mobil.

"Sam! Eve! Bangunlah ... kita sudah sampai," kata Jun membangunkan keduanya sebelum turun dari mobil, ia sempat kebingungan mencari tasnya sebelum akhirnya sadar kalau sudah dipegang oleh Vanisha.

Eve membuka pintu mobil sambil mengucek matanya, ia meraba jok mobil mencari tasnya. Sam yang masih memejamkan matanya terganggu dengan tangan Eve yang mulai meraba dadanya.

"Ya! Ev ...." Sam menyingkirkan tangan gadis itu dan memberikan tas kecil yang ternyata berada di sebelah kirinya. Jun menggeleng-gelengkan kepalanya heran melihat keduanya yang selalu bertengkar.

****

Dengan nyawa yang separuh, Sam membantu Jun mengangkat koper dan tas-tas besar untuk dibawa masuk kedalam rumah. Interior rumah cukup memuaskan, ada sebuah televisi dan speaker yang entah berfungsi atau tidaknya. Beberapa lemari penuh hiasan sudah berdebu, terkesan sudah bertahun-tahun tidak ditempatkan.

Vanisha menyuruh semuanya untuk bersih-bersih terlebih dahulu sebelum memasukkan baju dan perlengkapan lainnya kedalam kamar. "Aku heran, seharusnya yang dikatakan bibi memang benar. Kenapa ini berbeda."

Eve menatap Jun yang melihat keadaan rumah mereka. Rasa penasarannya muncul ketika melihat dapur yang terlihat bersih dari debu. Disana ada lemari kosong yang mungkin diisi buat tempat makanan. Ada kompor, namun tidak ada tabung gas.

Gadis itu menjepit rambutnya lagi setelah penjepitnya loncat. Dengan hati-hati, ia berjalan menuju kamar mandi. Keramik disana begitu licin, seperti jarang dibersihkan. "Bau macam apa ini?" Eve mengibaskan tangannya menghalau aroma tidak enak. Aroma itu berasal dari bak mandi yang cukup besar.

Lampu kamar mandi juga begitu redup. Eve bingung dengan pintu belakang rumah mereka. Dengan hati-hati, ia membuka pintu tersebut ternyata balkon kayu buat menjemur pakaian. Disana terdapat tali yang menjalar dan jepitan kayu.

Palangkaraya : The Curse of Kahayan [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang