Hanya suara lembaran kertas yang senantiasa terbuka. Tidak ada mulut yang mengeluarkan sepatah kata apapun. Dengan meja ulin berlapiskan cat kayu membuat perpustakaan itu menjadi terlihat nyaman. Senin pertama di bulan januari dimulai dengan situasi yang menjengkelkan. Bagaimana, tidak? Para mahasiswa baru saja menyelesaikan semua jadwal UAS tetapi tidak diberikan libur.
Sebuah tangan menarik buku tebal berjudulkan Urban Legend Kalimantan. Gadis berikat rambut berwarna kuning menggeleng pelan melihat lelaki tadi mengambil buku tersebut. "Sudah berapa kali kamu membaca buku tentang itu? Lihatlah mejamu ... buku yang sama ada disana."
Jun melihat kearah mejanya dan memang benar yang dikatakan gadis di depannya. Namun, semua buku tersebut sudah dibaca olehnya. Langkah kakinya membawa buku itu bersamanya. Vanisha hanya mengikuti Jun dari belakang setelah menemukan buku Morfologi untuk menyelesaikan tugas mata kuliahnya.
"Jun, kamu baca buku spesies itu lagi?" tanya Sam yang datang dengan tumpukan kertas. Jun memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Sam. Melihat itu, Sam tertawa kecil dan menaruh kertas tadi di meja yang sama, syukurlah masih ada ruang disana.
"Apa yang terjadi jika kita diberikan tugas meneliti urban legend?" tanya Jun membuat ketiga temannya terkejut. Sebuah buku tipis sengaja dilemparkan membuat Jun meringis dan membalikkan badannya.
Sam menatap Eve yang menghembuskan nafasnya lega. "Tega sekali dirimu," ucap Jun kembali ke posisi duduknya dengan pandangan yang tak lepas dari Eve. Gadis itu sebenarnya jengah melihat Jun membaca buku yang sama.
"Lebih baik kita kerjakan saja tugas Morfologi dari ibu Cahaya," usul Vanisha yang sedari mencoba konsentrasi. Untung saja, Ibu Henny tidak berada di perpustakaan saat tragedi terlemparnya buku.
****
Suasana semakin membosankan di jam sore, bahkan Sam dan Vanisha terus terang membicarakan makanan apa yang mereka ingin makan setelah kelas berakhir. Bapak Jumadi membicarakan cara membuat karya penelitian dengan baik dan tersusun.
Jam kelas semakin panjang ketika pertanyaan terus silih berganti. Jun ikut merasa bosan karena tugas yang diberikan belum terucap. Tatapan dosen itu bergantian, namun hanya Jun lah yang menarik perhatiannya.
"Jun, apa yang kamu pikirkan?" tanya bapak Jumadi membuat Jun mendongakkan kepalanya. Lelaki itu menjadi kebingungan dan sedikit menggaruk tengkuknya. Vanisha yang berada di sebelah Jun menjadi penasaran.
"Apakah kita akan diberikan tugas, pak? Karena saya menunggu tugas dari bapak." Pertanyaan Jun mendapatkan sorakan tidak suka dari teman sekelasnya. Tanggapan bapak Jumadi sangat berbeda, pria tua itu bertepuk tangan.
Sam melirik ke Jun yang ternyata saling bertatapan. Jun cengengesan. "Aku benar-benar penasaran dengan tugas penelitian ini."
"Baiklah, karena sebentar lagi hari libur kalian, selama dua bulan kedepan bapak beri tugas untuk penelitian ke tempat yang sudah bapak pilihkan. Tolong dipahami apa yang bapak nilai nantinya." Bapak Jumadi mencoba mencari spidol, bahkan sampai mengeluarkan isi tasnya.
"Permisi, pak. Spidol bapak ada kantong kemeja," sahut Eve yang duduk tepat di depan meja dosen. Bapak Jumadi mendengarnya langsung meraba dadanya, dan mengeluarkan spidol dari kantong.
Tanpa rasa berterima kasih, bapak Jumadi langsung menuliskan persyaratan yang harus dilengkapi. Pria tua tersebut menjelaskan kalau tugas tersebut belum dimulai minggu ini, namun pada minggu depannya.
"Bapak harap selama minggu ini, kalian sudah mempersiapkan anggota kalian dan memahami kota yang bapak tunjuk." Bapak Jumadi memberikan sebuah kertas ke tujuh orang yang kemungkinan adalah ketua kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palangkaraya : The Curse of Kahayan [Segera Terbit]
Horor"Jangan heran jika kalian selalu mendengarku berbicara tentang kota gaib dan membicarakan penghuni disana. Karena mereka sedang bersama-sama dengan kita." Teriakan minta tolong mungkin tidak pernah mereka dengar-suara-suara itu berasal dari bawah je...