Kabut kembali menyelimuti halaman rumah setelah beberapa hari lamanya. Eve yang baru saja berbelanja untuk sarapan menjadi khawatir untuk balik ke rumah. Meski kabut itu tidak setebal sebelumnya, tetap saja jalanan tidak terlihat jelas.
"Apa yang harus kulakukan?" tanya Eve pada dirinya sendiri. Setelah melangkahkan kaki hampir menuju rumah, tiba-tiba ada cahaya seperti berasal dari senter.
Eve menjadi berpikir kalau itu ulah Jun. "Jun, apa itu kamu?" Tidak ada sahutan dari sana, hanya suara berisik dari semak belukar yang tidak jauh dari Eve.
Derap langkah berlari terdengar di belakang Eve membuat gadis itu membalikkan badannya. Suara itu semakin dekat seolah-olah berada di dekatnya.
Ia melihat siluet anak kecil yang sedang bermain dengan temannya. Keduanya terlihat saling mengoper bola. Siluet itu masih jauh, entah kenapa suaranya terdengar dekat.
Suara anak kecil itu menjadi semakin familiar ketika dekat. "Casa?" Eve terkejut dengan suara yang mirip dengan Casa. Panggilan Eve yang cukup keras membuat dua anak kecil terlihat menatap ke arah Eve.
Saat sosok anak itu melambaikan tangan ke temannya sebelum mendekat melewati kabut dan menemui Eve.
Senyum Eve mengembang karena Casa yang memeluknya. Ia senang melihat Casa yang bisa berbaur dengan sekelilingnya. Tetapi sepagi ini?
Kabut mulai menghilang. Cahaya matahari mulai masuk ke dalam halaman rumah. Suasana perlahan menjadi hangat dan nyaman. Dedaunan dipenuhi oleh embun pagi.
Berbeda dengan Eve yang merasakan tidak nyaman begitu menyadari perban luka di lengan Casa tidak ada. Gadis itu mencoba melirik ke bawah, ia mendapati Casa yang selalu tersenyum.
'Sejak kapan Casa menggunakan kalung?' pikir Eve melihat kalung dengan ukiran kayu yang mirip dengan ukiran gelang milik Sam.
"Kamu kembali juga?" ucap Jun yang membuat Eve mendongakkan kepalanya setelah melepas sandal sebelum naik ke teras rumah. Keringatnya bercucuran tiba-tiba, kakinya bergetar. Ia tidak ingin melihat pegangan tangannya yang masih memegang Casa.
"Kak, ada apa?" tanya Casa yang beranjak berdiri, anak itu menjauh dari pangkuan Jun. Eve masih ketakutan. Jika Casa ada bersama Jun dari tadi, lalu sosok yang digandengnya ... siapa?
"Tanganmu seperti menggandeng?" Eve menggelengkan kepalanya histeris. Casa yang asli menjadi menjauh begitu melihat Eve ketakutan hebat.
Sosok yang menyerupai Casa mengelus lengan Eve membuat gadis itu mau tidak mau melihat ke sampingnya.
Muka hancur dengan mulut robek tersenyum. Mulutnya penuh dengan darah hitam. Rambut anak kecil itu terus rontok hingga kulit mengelupas sendirinya. Eve ingin menutup matanya, namun tidak bisa seolah
"Kak, bermain denganku seperti kak Sam."
****
Jun yang khawatir dengan Eve terus membersihkan keringat gadis itu. Selimut dan kipas tidak berhasil menyejukkan. Casa memegang tangan Jun yang sedikit panik.
Vanisha menyuruh Eve untuk tidur, namun hanya gelengan kepala yang menjadi jawabannya dari tadi. Eve sempat jatuh pingsan sebelum akhirnya terbangun dan berteriak kencang sekali.
Tangan gadis itu terus memegang lengannya yang perlahan tidak kaku. Masih terbayang sosok menyeramkan tadi. Bibir Eve bergetar hebat seolah ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak bisa.
Jun menyarankan untuk mengganti pakaian Eve. Vanisha tersenyum kepada Casa dan mengangguk dengan perintah Jun.
Jun menggendong Casa dan membawanya ruang tengah untuk sarapan. Casa menggoyangkan kakinya yang tidak sampai ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palangkaraya : The Curse of Kahayan [Segera Terbit]
Horror"Jangan heran jika kalian selalu mendengarku berbicara tentang kota gaib dan membicarakan penghuni disana. Karena mereka sedang bersama-sama dengan kita." Teriakan minta tolong mungkin tidak pernah mereka dengar-suara-suara itu berasal dari bawah je...