▫️Bab 20 - Last - ▫️

15 5 0
                                    

Suasana kelas sedikit riuh karena mulut ke mulut saling berdiskusi mengenai tugas kelompok masing-masing. Setelah 5 hari mereka menunggu, sudah saatnya untuk presentasi dimulai. Setiap kelompok memiliki warna nada bicara yang bahagia, tetapi berbeda dengan kelompok Lova yang masih saling menyalahkan mengingat mereka mendapatkan komentar negatif dari Pak Jumadi.

"Jun, lihatlah mereka," tunjuk Eve membuat Jun dan Vanisha menoleh ke belakang. Lova yang merasa ditatap juga menoleh ke arah kelompok Jun. Namun, tatapan Lova begitu bingung, ia seperti merasa bersalah.

"Kenapa raut wajahnya seperti itu?" tanya Vanisha berbalik lagi ke depan. Eve yang menaikkan bahunya dan kembali melanjutkan pembahasannya. Jun juga merasa dirinya perlu meminta maaf ke Lova.

Pak Jumadi mengetuk pintu pelan membuat semua mahasiswa di kelas menatap pintu kelas. Entah, kenapa ... sudah menjadi kebiasaan di mata kuliah itu suara sekecil pun bisa terdengar dengan jelas.

"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya pria tua tersebut sambil menaruh tas laptopnya di atas meja dosen. Seruan kata 'siap' menggelegar ke penjuru ruangan, kecuali kelompok yang berada di ujung kelas.

Pak Jumadi menyadari hal itu segera menyuruh kelompok Lova segera maju untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya selama dua bulan yang diberikan. Mungkin kelompok tersebut terlihat kompak, dan begitu antusias di mata teman-teman yang lain, tetapi di mata Jun itu berbeda. Terlihat jelas ada pencitraan untuk mengelabui dosen.

"Baik, terima kasih untuk kesempatan yang diberikan sebelumnya. Sambil mempersiapkan layar untuk menampilkan salindia, kami akan memperkenalkan anggota kelompok kami," ucap Lova lalu kembali duduk di kursi depan yang sudah disediakan.

Wiman yang sedang memasang kabel untuk menyatukan laptop dengan LCD menatap tidak suka Lova yang seenaknya sendiri. Lelaki itu memutuskan untuk menghentikan kegiatannya dan memilih memperkenalkan dirinya. "Saya Wimar Ferdian dengan NIM A236780, dan di sebelah saya." Wimar langsung melempar ucapannya ke temannya bernama Andy, hingga akhirnya perkenalan berakhir di Lova.

Hampir 15 menit, hingga sesi tanya jawab selesai. Pak Jumadi benar-benar merasa bosan, bahkan pertanyaan dari audiens sendiri tidak mendapatkan jawaban yang begitu kritis. "Terima kasih untuk kelompok Lova. Mereka mengambil daerah yang ada di Banjarmasin. Seharusnya mereka sudah bapak didiskualifikasi karena saya lahir di Martapura, jadi saya tahu sendiri daerah tersebut bagaimana. Namun, saya ingin melihat kinerja kalian di sana."

Walaupun menusuk, kelompok Lova tetap berusaha tegar menerimanya. Kritikan-kritikan yang cukup pedas ia terima. Jun tersenyum tipis dan menyetujui dosennya tersebut. Pak Jumadi berniat baik kepada mahasiswanya, pria tersebut memutuskan untuk menyandingkan kelompok Jun untuk maju setelah kelompoknya Lova.

"Kalian menyuguhkan desain salindia yang cukup menarik, walaupun kalian sempat terombang-ambing di sana." Vanisha hanya tersenyum tipis sebelum membuka presentasi mereka. Tidak hanya Pak Jumadi, seluruh mahasiswa yang ada di kelas terkesima dengan banyak sekali foto bukti penelitian kelompok tersebut.

Satu per satu Jun dan Vanisha bergantian menjelaskan makna gambar yang mereka ambil. "Semua foto ini diambil oleh kamera Eve. Awalnya kami tidak terpikirkan sama sekali, namun berkat saran dia, hasil kelompok kami lebih membuktikan kalau kami benar-benar kerja, tidak hanya sekedar mencari informasi di internet."

Pak Jumadi menganggukkan kepalanya setuju. Hingga di penghujung presentasi, bahkan sesi tanya jawab sudah terselesaikan dengan baik. Salah satu lelaki di kelompok Lova bertanya dengan mengacungkan tangan.

"Di mana Sam? Kenapa mereka tidak bersama kalian?" Jun menyadari raut wajah Lova yang sedikit tertawa. Ingin sekali ia jawab, namun Eve izin menyela untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Palangkaraya : The Curse of Kahayan [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang