Jun terkejut dengan perkataan pria itu. Eve nyaris terjatuh ke sungai jika Sam tidak segera menahannya. Pria tua tadi menghembuskan napasnya pelan. "Kalian tidak seharusnya datang ke sini ... kami sudah menduganya kalau ada seseorang yang akan berkunjung ke sungai ini."
Sam mendengar itu mendekat ke pria tadi. "Maksud bapak, kami pelakunya?" Mata pria terpaku dengan gelang di tangan yang sedang menggenggam kerah kaosnya.
"Bapak pikir kamu pelakunya dibandingkan teman-temanmu yang lain." Jawaban itu membuat Sam mengendorkan genggamannya. Ia menjadi bingung dengan maksud perkataan tersebut.
Tidak mengatakan apa pun lagi, pria itu kembali mengangkat cangkulnya yang kemungkinan untuk menggali tanah kuburan. Sam terdiam memandang ke sungai, dirinya benar-benar bingung.
****
Keempatnya berjalan di pinggir sungai dengan hati-hati, beberapa rumah warga terlihat sepi tidak berpenghuni. Vanisha mencatat semua hal yang ia lihat ke buku kecilnya. "Jun, apa ada yang salah dengan Sam?" tanyanya.
Jun memilih diam dan menyuruh Vanisha mencatat apa yang diperlukan. Eve yang ingin bertanya itu memutuskan diam karena suasana ketiganya sedang tidak baik-baik saja. Saat memotret sesuatu, gadis itu menemukan hal aneh yang tertangkap kameranya.
Melihat itu, Eve segera mendekat ke arah yang ada di dalam foto tadi. Dengan hati-hati, tangannya membuka sebuah daun yang menutup benda itu. Sedikit berteriak dan terhuyung mundur, Eve tidak menyangka yang ia potret adalah sebuah jari manusia. Mengambang di dekat tanaman air. Jari itu terlihat seperti jari tengah orang dewasa. Warna kukunya terlihat pucat pasi.
Bukannya menjauh, Eve justru kembali memotret jari itu, dan ingin memasukkan ke dalam essay penelitian mereka. Tangannya kembali sibuk dengan tas kecilnya, ia mengeluarkan sebuah pipet tetes dan gelasnya. Perlahan air sungai itu bisa diambil dengan baik.
Airnya tidak begitu jernih, ada sedikit warna kekuningan yang pucat. DIlihat sungai itu sendiri memiliki warna yang cukup jernih dan nyaman dipandang. Eve mengangkat kameranya sedikit ke atas.
"Seorang anak kecil?" tanyanya kepada kameranya yang menangkap sosok anak kecil berdiri cukup jauh seberang sana. Eve memperbesar foto tadi, ia melihat mata anak kecil menatap kameranya seolah sadar ada yang memotretnya.
Vanisha berdiri di sebelah Eve yang masih mengutak-atik kameranya. "Aku benci jika harus berurusan dengan salah satu pengikut kelompok."
"Maksudmu?" tanya Eve yang kini mendongakkan ke atas melihat Vanisha. Pandangan dua gadis itu saling bertikungan. Vanisha menatap lurus ke sungai, dirinya mencoba tenang. Langit siang menjadi sedikit gelap.
"Kamu ingat perkataan Bu Zales tadi pagi ... itulah yang ku maksud, aku jadi terus memikirkan keadaan Sam saat ini." Vanisha menatap turun kebawah melihat Eve yang masih fokus ke kamera.
Gadis yang lebih tua terkejut dengan hasil jepretan Eve. "Apa yang ada di dekat pohon itu?" Eve segera memperbesar foto baru yang ditunjuk oleh Vanisha. Di sana terdapat sosok aneh bermata merah, terlihat seperti nenek tua bertongkat. Namun, keduanya bingung dengan sesuatu yang berada di punggung nenek itu.
****
Sam menatap Jun yang duduk di sebuah batu. "Apa yang kamu tutupi selama ini? Gelang itu ...." Mendengar ucapan Jun, Sam mengangkat tangannya, dan menunjukkan gelang yang dimaksud.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan gelang ini ... yang pasti ini bukan milikku," jawab Sam tanpa rasa bersalah. Jun sedikit marah, batu yang terdiam meringkuk tak tahu harus berbuat apa kini terlempar jauh karena tendangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palangkaraya : The Curse of Kahayan [Segera Terbit]
Terror"Jangan heran jika kalian selalu mendengarku berbicara tentang kota gaib dan membicarakan penghuni disana. Karena mereka sedang bersama-sama dengan kita." Teriakan minta tolong mungkin tidak pernah mereka dengar-suara-suara itu berasal dari bawah je...