"Anjing!" Abu mengumpat kala dua kresek menghantam wajahnya ketika ia asik bermain PS bersama Cyan. Menyumpah serapahi kedatangan Turangga yang tak pernah hadir dengan ketenangan.
"Kebiasaan lo, mah! Gue ini sedang sakit. Catet, SAKIT! Tidak berkewajiban menerima segala bentuk kekerasan yang lo berikan setiap kali lo menginjakkan kaki ke rum-eh? Kapisa!? Ngapain lo kesini?" Ceramahnya terpotong tiba-tiba ketika dua pasang matanya mendapati Kapisa.
Kapisa terdiam di depan pintu, tak kunjung melangkah masuk. Ia sedang berpikir apakah ia tidak akan diapa-apakan oleh GF ini, secara dia kan satu-satunya cewek diantara ketiga cowok ini. Lama di sana, sampai-sampai Abu yang menghentikan cerocosannya iapun tidak sadar.
Turangga yang sudah siap duduk di sofa akhirnya menghampiri, menjentikkan jarinya tapat di depan wajah Kapisa. Matanya mengerjap, bertukar tatap dengan ketiga pasang mata lainnya yang memperhatikan.
"Apa?" Tanya Kapisa tak kala dirinya menjadi pusat perhatian.
Turangga tidak menjawab, ia segera menarik Kapisa masuk dan mendudukkannya di sofa, lalu ia duduk di sebelahnya. Sedangkan sedari tadi Abu dan Cyan duduk lesehan di karpet bawah dekat sofa berada.
Abu memutar duduknya hingga menghadap kedua sejoli itu. Ia menyipitkan matanya tanda curiga. "Lo berdua pacaran?"
"Ya masa rekan kerja." Bukan Turangga, bukan juga Kapisa. Tentu Cyan yang menjawabnya, lantas lelaki itu menendang punggung Abu menggunakan kakinya, "Keliatan jelas kali pacaran, pake nanya. Mangkanya otak udang lo tuh dipake, bukan dijadiin pajangan aja. Mending buruan lanjutin PS nya."
"Muka lo oplas sana biar ganteng dikit! Mending gue cakep walaupun nggak pinter, lah elo! Pinter dikit cakep kagak aja belagu amat, jing!" Abu, tipe tidak mau kalah. Mencolek harga dirinya? Siap-siap mulut berbusa untuk debat sampai matahari tenggelam hingga terbit kembali.
"Gue cakep! Buta mata lo!?"
"Mana, mana? Maksudnya sisi mana yang lo bilang cakep? Nggak ada, tuh!"
"Lo pikir lo cakep? Semriwing semriwing gitu, hah? Kagak! Kek batu iya muka lo!"
"Lah gue mah shinning, shimmering, splendid. Lo apaan!? Idung gede!"
Kapisa menelan salivanya mendengar perdebatan unfaedah ini.
"Udah udah! Secakep apapun lo berdua, masih kalah dibanding sama gue."
Dagu Kapisa jatuh, ia benar-benar berpikir bahwa Turangga akan menengahi cekcok antara Abu dan Cyan, nyatanya lelaki itu malah ikut-ikutan ditambah mengatakannya dengan begitu percaya diri. Kapisa tak habis pikir.
Inikah sisi gelap GF yang diagung-agungkan oleh anak Pragaraj? Kalau iya, mereka harus melihatnya bagaimana mereka meributkan hal kecil seakan-akan itu adalah hal paling dunia hebohkan.
Ketika NASA menemukan keberadaan makhluk asing saja pasti tidak akan se-chaos ini, Kapisa yakin.
Abu mendelik dan berdecih. "Cih, muka kek lontong aja bangga."
Cyan mengangguk menyetujui. "Masih kalah jauh sama gue, mah."
"Heh! Muka lo berdua tuh kek kanebo kering! Ngaca deh sana!" Sewot Turangga yang sedikit membuat Kapisa menggeser badannya menjauh dari lelaki itu.
Kapisa kewalahan begitu mereka lanjut cekcok. Untungnya keributan berhenti begitu seorang wanita paruh baya yang terlihat menawan segera datang dan langsung berkacak pinggang dan geleng-geleng kepala.
"Astaga, kebiasaan deh kalian. Suara kalian kedengaran ampe bawah, loh. Udah ah setiap ketemu pasti berantem mulu, nggak malu apa sama umur." Omelnya pada mereka. Belum menyadari kehadiran Kapisa.
Sesudah ini GF tahu, mereka akan terkena omelan sampai bikin telinga pengang. Abu tidak mau itu terjadi, sudah cukup dirinya sendiri suka diomelin, tolong hari ini saja ia tidak mendengar suara syahdu sang ibu.
"Mami! Liat tuh si Tura bawa pacar kesini!" Abu berpura-pura antusias sambil menunjuk keberadaan Kapisa dan berhasil, maminya menoleh kearah Kapisa.
"Loh? Yang bener pacarnya Tura?" Tanya Harini, mami Abu, kepada Kapisa langsung membuat gadis itu tersenyum kecil dan berdiri dengan canggung begitu dihampiri.
Kapisa melirik Turangga, meminta bantuan. Seakan mengerti, Turangga menjawab dengan tetap pada posisinya. "Iya, mi. Coba kenalan."
"Kapisa, tante." Ujar Kapisa sembari menyalimi tangan Harini sopan.
"Panggil mami aja kayak Tura sama Cyan." Kata Harini tetap menahan tangan Kapisa dan menggenggamnya dengan senyum hangat.
Begitu melihat Turangga mengangguk, Kapisa membalas, "Iya, mi."
"Sejak kapan pacaran sama Tura?" Tanya Harini terlihat kepo, karena Kapisa cewek pertama yang dibawa ke rumah ini. Bahkan Abu, anaknya yang ia tahu sangat banyak dekat dengan gadispun tak pernah sekalipun membawa siapapun selain kedua sahabatnya.
"Baru-baru ini tan, eh, mi." Jawab Kapisa.
Kepala Harini terangguk paham. "Gitu, ya. Udah ketemu orangtuanya Tura belum?"
Pertanyaan dari Harini mampu mengalihkan perhatian GF kepada mereka berdua. Entah mengapa sangat menarik untuk didengarkan.
Kapisa menggeleng sebagai jawaban, lalu Harini melirik ketiga sejoli itu dan memilih mendekatkan diri untuk berbisik kepada Kapisa. Tidak tahu apa yang dikatakan, tapi Kapisa segera melotot dan mengangguk antusias. Dahi Turangga sampai mengernyit dalam memperhatikannya.
Harini menarik tangan Kapisa keluar kamar seraya berkata, "Pacarnya Tura mami pinjem dulu, ya. Kalian lanjut main aja bertiga."
Turangga langsung berdiri. "Mau dibawa kemana, mi?"
Namun terlihat Kapisa yang menoleh dan menjawab. "Gue ikut mami sebentar, ada yang harus gue tahu. Penting, lo nggak usah ngikut."
Sesudahnya kedua orang itu hilang dibalik pintu, Abu dan Cyan menatap keterdiaman Turangga lalu saling melempar tatap dan mengedikkan bahu berbarengan tanda tak mau mengurus.
Satu hal yang pasti, mereka bertiga tidak mendapat semprotan rohani dari Harini akibat kehadiran Kapisa.
[ Conglomerates and The Poor ]
Trio wek wek :
menurut saya ini agak
nggak jelas sih. tapi ya mau
gimana lagi, kan.ayo mampir ke work saya
yang lainnya, karena saya baru
publish cerita baru dengan bias baru.btw, sekalian vote dia ya kalo
kalian ngikutin BP999.love you all.
see you when i see you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conglomerates and The Poor
FanfictionHemat ala Kapisa itu dengan cara pacarin cowok kaya. Matre? Bukanlah! Itu namanya realistis. Seri pertama dari : Universe Of Love - © 2022, ontyapin.