03. Di Taman Baca, Bicara Berdua

718 170 19
                                    

"Intinya, lo mau gue jadi pacar pura-pura lo?" Simpul Kapisa setelah mendengar penjelasan Turangga lebih detail.

Sehabis ia setuju begitu saja, Turangga mengajaknya duduk di bangku taman baca untuk mengobrol. Lelaki itu menjelaskan secara garis besarnya mengapa ia membutuhkan Kapisa.

"Iya, lo nggak keberatan, kan?" Tanya Turangga.

Kapisa mengedikan bahunya. "Nggak, tuh. Lagian gue dapet untung juga. Terus nanti gue harus ngapain aja?"

"Pertama, lo harus ketemu dulu sama orang tua gue."

"Oke."

"Terus yakinin orang tua gue buat batalin perjodohannya. Tenang, bagian itu gue bakal bantuin."

Dahi Kapisa mengernyit. "Lah, gue harus yakinin orang tua lo juga?"

"Iya, lo harus kelihatan punya effort dan bersandiwara kalau lo tuh, memang terlihat secinta itu sama gue." Ujar Turangga serius. Ia benar-benar tidak main-main soal ingin terlepas dari perjodohan.

Kapisa menggigit bibirnya ragu. "Kok gue jadi nyesel gini ya, nerima tawaran lo?"

Satu fakta tentang Kapisa, meskipun sering morotin. Tapi dia nggak pernah terlihat bucin sama siapapun, dan biasanya hal itu berjalan sebaliknya. Mangkannya ia aneh jika harus bertindak berlebihan untuk mencintai seseorang.

Satu alis Turangga naik, wajahnya mulai datar. "Lo udah setuju, gue nggak mau lo batalin kerjasama ini."

Kapisa diam, tidak membalas. Turangga menjadi gelisah sendiri. Ia tidak ingin Kapisa membatalkan ketjasama ini, karena gadis itu sudah mendengar keseluruhan cerita perjodohannya.

Dan jika kerjasama tidak jadi, Turangga tidak bisa menjamin gadis itu akan tutup mulut atau tidak perihal apa yang sudah ia katakan sedari tadi. Reputasinya dipertaruhkan, dan bila sampai telinga orang tuanya. Habis sudah Turangga.

Di situasi seperti ini, Turangga berusaha berpikir jernih. Lelaki itu mendecap bibirnya sebelum berucap. "Lo setuju, hari ini juga gue transfer 100 juta."

Mata Kapisa membola, wah, naik dua kali lipat. Ia tidak bisa abai bila sudah begini.

"Oke." Kata Kapisa menahan rasa antusiasnya.

"Oke apa?"

"Oke, gue setuju. Gue bakal terlihat meyakinkan dihadapan orang tua lo."

Turangga akhirnya bisa tersenyum leluasa, ini yang sedari tadi ingin ia dengar. Syukurlah, bebanya tidak seberat sebelumnya.

Kapisa menulis sesuatu dibukunya dan menyobek kertas itu, lalu memberikannya kepada Turangga. "Ini nomor telepon gue dan nomor rekening gue. Hari ini juga, gue tunggu lo transfer uangnya."

Turangga menerimanya dan melihat kertas ditulis deretan angka itu. Mendongak ketika Kapisa berdiri dan merapihkan penampilannya yang bagi Turangga tidak terlihat acak-acakan.

"Kalau gitu, gue pulang, ya? Nggak ada pembahasan lain lagi, kan?"

Turangga ikut berdiri, mengantongi kertasnya pada saku celana. Lelaki itu menggeleng. "Nggak ada. Lo cuman perlu siap-siap aja buat ketemu ortu gue, dan jangan sampai gagal untuk yakinin mereka."

Iya, kalau gagal memang masih bisa dicoba lagi. Tapi Turangga tidak ingin menyia-nyiakan uangnya begitu saja, karena jika bukan diberikan kepada Kapisa, uang itu bisa dipakai untuk keperluan lain. Didonasikan kepada yang membutuhkan misalnya.

Tangan Kapisa terangkat dengan jari membentuk huruf Ok. "Oke, tenang aja. Gue bukan cuman ahli luluhin cowok kaya, tapi ibu-ibu ama bapak-bapak juga gue bisa jamin mereka suka sama gue. Pegang ucapan gue."

Lelaki menarik alisnya naik, tidak begitu percaya tapi berusaha percaya. Kapisa melirik jam tangannya. "Gue pamit, deh. See u next time, Turangga."

Turangga tak sempat membalas saat Kapisa memilih langsung pergi seusai berpamitan. Turangga hanya bisa memohon pada Tuhan, agar rencananya berjalan lancar dan ia terbebas dari perjodohan itu.

[ Conglomerates and The Poor ]

A/N:

suka sama siapa di
anggota GF?

👇 JASUKE (GF) 👇

circle mahal anjir, monangaja cakep semuaa! :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

circle mahal anjir, monang
aja cakep semuaa! :)

Conglomerates and The PoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang