part 11

36.6K 1.9K 5
                                    

Suami sedang bekerja dan anak pun kini sudah selesai mandi dan makan, Dira kebingungan sendiri hendak melakukan apa lagi. Pekerjaan rumah sudah dikerjakan oleh Mbok. Mungkin pilihan yang paling tepat adalah menemani Nara untuk bermain-main.

Dira mendudukkan Nara di atas karpet bulu tempat biasanya bayi itu bermain. Diberikan satu buah mainan ya dapat mengeluarkan bunyi pada Nara.

Disana Nara mengoceh ya entah apa artinya, Dira juga tidak tau. Tapi bayi itu sekarang terlihat sangat menikmati mainannya.

"Permisi Bu, ini saya buatkan jus." Mbok datang membawa segelas jus semangka yang dibuatnya tadi.

"Terimakasih Mbok, kenapa repot-repot segala." Dira menerima jus yang di berikan padanya.

"Tidak repot sama sekali Bu, kebetulan cuacanya lagi panas gini." Ucap Mbok sambil menunjuk kearah luar dimana matahari terlihat terik menyinari bumi tempat mereka berpijak.

"Biasanya kalau siang seperti ini, Nara suka nyemil biskuit Bu." Mbok memberikan informasi tentang Nara.

"Gitu? Ya udah saya titip Nara sebentar ya Mbok, saya ambil biskuitnya dulu."

"Biar saya saja Bu yang ambil." Mbok mencegah Dira untuk bangun, tapi Dira tetaplah Dira yang tidak ingin merepotkan orang lain. Lagi pula cuma mengambil biskuit kok didapur.

"Saya saja Mbok. Titip Nara sebentar ya." Selepas mengatakannya, Dira langsung berlalu menuju dapur dan mencari biskuit yang sempat dia lihat berada di laci atas. Tempat biasa menyimpan cemilan yang lain juga.

Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, Dira sempatkan juga membuatkan susu untuk Nara. Beberapa menit yang Dira butuhkan di dapur, kini Dira telah kembali ke tempat semula.

Disana, Nara masih terlihat anteng dengan mainannya ditemani Mbok yang sesekali mengajak Nara berinteraksi.

Melihat kedatangan Dira, langsung saja Nara merangkak untuk menghampirinya. Sesampainya di hadapan Dira, Nara langsung memegang kaki Dira wajahnya mendongak untuk menatap ibu sambungnya. Memberi tanda bahwa dia ingin digendong.

"Kenapa adek?" Dira meraih Nara dalam gendongannya. Bayi itu tampak senang karena apa yang diinginkannya terkabul.

"Seneng ya digendong ibu." Mbok menggoda Nara dengan ucapannya. Seakan mengerti apa yang diucapkan, Nara langsung menyenderkan kepalanya di dada Dira.

"Dari tadi nyari-nyari ibu terus." Mbok menceritakan apa yang terjadi selama Dira berada di dapur. Dia tertawa kecil dengan kegemasannya pada Nara.

"Saya senang karena sekarang Nara sudah punya sosok ibu." Mbok memberikan senyum tulus pada Dira.

Bukan tanpa alasan Mbok berucap demikian, dari sejak Agam masih dengan istri pertamanya, Mbok sudah bekerja dengan mereka. Dia menjadi saksi bagaimana terpuruknya Agam yang ditinggal oleh istrinya dengan seorang bayi yang masih berumur beberapa bulan. Untuk alasan mengapa bercerai Mbok tidak akan menceritakan pada Dira. Biar saja Agam yang akan bercerita sendiri, Mbok tidak memiliki hak mencampuri urusan pribadi mereka disini.

"Dulu waktu Nara masih kecil banget, saya kasihan. Ibunya sama sekali tidak mau menggendong nya, entah apa alasannya." Mbok mengingat kenangan masa lalu yang menyakitkan untuk diingat.

"Duh maaf Bu, saya kebawa suasana." Ucap Mbok setelah sadar bahwa dia baru saja menyinggung tentang ibu kandung dari Nara. Mbok hanya khawatir saja jika Dira merasa tersinggung dengan hal itu.

"Gapapa Mbok saya mengerti. Saya juga senang Mbok bisa jadi ibunya Nara. Nara ini anak pinter, gak rewel iya kan dek?" Dira melibatkan Nara. Bayi dalam gendongannya itu hanya terkikik sebagai respon. Lucu sekali bukan bayi satu ini.

"Iya Nara memang gak rewel. Cuma kadang rewel kalau ada sesuatu saja." Dira menyetujui ucapan Mbok.

"Ibu sudah makan siang?" Tanya Mbok, pasalnya dia tidak melihat Dira yang menyantap makanan dari sejak Mbok memasuki rumah.

"Saya masih kenyang. Mbok saja yang makan, dari tadi belum makan kan?"

"Ya sudah, saya makan dulu ya Bu."

"Eh tunggu Mbok." Dira mencegah Mbok sebelum wanita itu melangkah.

"Iya kenapa Bu?"

"Panggil Dira saja ya Mbok, saya belum setua itu loh sampai dipanggil ibu kayak tadi." Ucap Dira selingi dengan bercanda agar Mbok tidak merasa canggung pada dirinya.

"Gimana ya Bu, saya merasa tidak sopan saja jika seperti itu."

"Ya udah terserah Mbok deh mau panggilan apa, yang penting jangan ibu aja. Atau panggil Mbak aja gapapa." Dira memberi solusi.

"Ya sudah, saya pamit makan dulu Mbak."

"Saya kemarin juga sempat bikin kue Mbok. Cicipin ya, saya taruh kuenya di laci dapur."

"Iya Mbak, terimakasih."

* * *

Suara mobil terdengar dari luar, Dira melirik pada jam yang bertengger di dinding. Jam empat lewat beberapa menit, dan pastinya itu adalah jam pulang suaminya.

Dira segera meraih Nara yang wajahnya sudah berwarna putih efek bedak yang digunakan. Baru saja Nara selesai mandi dan di pakaikan baju oleh Dira.

Dira dan Nara menuju pintu untuk menyambut kedatangan kepala keluarga mereka. Disana tampak Agam yang sedang membuka sepatunya.

"Sudah pulang Mas." Sebelum Dira mengalami tangannya, Agam terlebih dulu mencuci tangan agar terbebas dari bakteri.

"Anak papa sudah wangi ya." Setelah Dira menyalami tangannya, Agam mengambil alih Nara dari gendongan Dira.

Agam mencium pipi gembul anaknya yang membuat bedak yang berada diwajh Nara sebagian berpindah padanya. Dira yang melihat itu berusaha untuk menahan tawanya.

"Ayo Mas masuk." Ajak Dira. Agam yang semula sibuk dengan Nara, kini beralih pada istrinya itu. Mereka berdua kini melangkah untuk memasuki rumah.

"Mbok sudah pulang?" Tanya Agam yang tidak melihat keberadaan Mbok yang biasanya selalu berseliweran kesana-kemari.

"Belum, lagi keluar tadi aku minta tolong buat beliin sesuatu." Agam mengangguk tanda mengerti.

" Mas sudah makan?" Tanya Dira. Sebagai istri tentulah dia harus memastikan asupan suaminya sudah terpenuhi.

"Sudah tadi siang dengan teman-teman juga."

"Mau makan lagi?" Dira menawarkan. Meskipun sebenarnya dia tidak masak tadi siang, tapi jika memang suaminya itu ingin makan lagi Dira bisa masak yang simple-simple dulu.

"Tidak perlu, nanti malam saja. Saya mau mandi dulu. Tolong siapkan bajunya."

Dira mengikuti Agam menuju kamar mereka. Sesampainya disana Dira langsung membuka lemari dan mengambil kaos beserta bawahannya untuk Agam pakai.

"Nara sama Mama dulu ya, Papa mau mandi sebentar." Agam meletakkan Nara di pangkuan Dira. Setelahnya dia melangkah menuju kamar mandi di dalam kamar mereka.

Jangan harap Nara akan anteng begitu saja, karena nyatanya bayi itu malah menunjuk-nunjuk kearah kamar mandi dimana ayah nya berada. Dira menimang-nimang bayi itu agar lupa dengan keberadaan ayahnya sejenak. Tapi rupanya tidak semudah itu mengecoh bayi pintar satu ini.

Lama kelamaan rengekan mulai terdengar dari bayi itu. Mau tidak mau Dira melangkah menuju pintu kamar mandi dan menunggu suaminya untuk keluar dari sana. Dan lihatlah bayi pintar di gendongannya ini, dia rupanya anteng dengan sesekali memukul pelan pintu didepannya. Semoga saja nanti saat ayahnya keluar tidak membuat kaget pria itu.

TBC

Koreksi kalo ada typo gess.

Jangan lupa vote loh ya.

Married with Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang