part 18

32.4K 1.8K 5
                                    

Maaf banget karena akhir-akhir ini sering telat. Kedepannya bakal usahain agar selalu on time

Jangan lupa vote.

Happy reading.

"Nanti siang kita ke rumah Mama ya." Ucap Agam saat keluar dari kamar mandi. Dira yang tengah sibuk melipat pakaian seketika menoleh ke arah suaminya.

"Kenapa?" Tanya Agam heran, apa mungkin Dira keberatan dengan perkataannya.

"Kok baru ngomong sekarang sih Mas." Ucap Dira kesal. Baginya bukan urusan gampang datang ke rumah mertua, tentulah Dira harus mempersiapkan sesuatu sebagai buah tangan. Memang sih bisa saja beli agar lebih praktis, tapi dalam hal mengambil hati mertua menurut Dira itu bukanlah keputusan yang tepat.

"Saya baru ingat." Dira menghembuskan nafas pelan. Dia memindahkan baju-baju yang telah di lipatnya dengan gesit ke dalam lemari.

"Lain kali jangan ngomong dadakan gini ya Mas." Ujar Dira memperingati.

Dira melirik pada jam dinding, masih jam sembilan lewat cukuplah waktunya untuk membuat kue terlebih dulu. Dira ingin mempraktikkan kue yang dipelajarinya kemarin. Siapa tau ibu mertuanya suka.

Sesampainya di dapur, Dira langsung mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan, untung saja bahan-bahan waktu itu masih ada sehingga tidak perlu membuang waktu lagi untuk berbelanja. Dengan cekatan Dira memulai langkah demi langkah dengan teliti.

Akhirnya adonan yang dibuatnya kini telah selesai, meskipun dibuat secara buru-buru tapi hasilnya tidak terlalu buruk. Dira segera memindahkan ke loyang, lalu memanggangnya.

Dira mengusap keningnya yang berkeringat, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Ternyata lama juga ya membuat adonan, tapi selagi enjoy sih akan terasa asik asik saja.

Saat berkutat dengan cucian, suara tangis Nara tiba-tiba terdengar semakin mendekat. Dira segera mencuci tangannya, dan melihat Nara yang kini tengah dibawa Vini menuju ke arahnya.

"Adek kenapa?" Tanya Dira khawatir. Dia mengusap-usap punggung anak itu, lalu beralih menatap Vini yang tersenyum menampilkan gigi rapihnya.

"Hehehe." Cengir Vini sambi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf kak, aku tadi cuma becanda kok. Serius." Lagi-lagi Vini me-nyengir. Tadi saat sedang menjaga Nara tiba-tiba saja terlintas pikiran untuk menjahili keponakannya itu.

Vini mengatakan pada Nara bahwa papa dan Mamanya tengah pergi, dan meninggalkan Nara sendiri. Dan diluar dugaan Vini, Nara sepertinya mengerti apa yang dikatakan sehingga keponakannya itu tanpa pikir panjang langsung saja mengeluarkan tangisnya. Meskipun sudah Vini katakan bahwa dia bercanda, tapi tetap Nara tidak percaya hingga dia melihat sendiri keberadaan Dira.

"Adek jangan nangis lagi ya. Aunty Vini cuma bercanda kok." Meskipun sudah dibujuk tetap saja  Nara tidak menghentikan tangisnya.

"Maaf ya Nara, aunty nakal." Vini meminta maaf pada Nara. Dia mengintip wajah Nara yang berderai air mata, Nara yang masih kesal dengan tantenya langsung saja menabok wajah Vini menggunakan tangan mungilnya.

"Aduh." Vini mengaduh lalu dia berpura-pura nangis. Dan seketika tangis Nara langsung berhenti mendengar tantenya menangis. Dia memalingkan wajah menghadap Vini.

"Hayo loh aunty nangis kan. Nara gak boleh gitu ya dek, gak boleh pukul-pukul orang." Dira memberitahu. Nara menatap Dira dengan bingung karena tantenya masih saja mengeluarkan suara tangis.

"Nara minta maaf ya sama aunty." Dira meraih tangan Nara dan mengulurkannya pada Vini.

"Maaf ya aunty, Nara udah pukul-pukul. Nara janji gak bakal ulangi lagi." Ujar Dira mewakili Nara yang masih belum bisa mengatakan seperti itu, Nara hanya diam menatap Dira dan Vini bergantian.

"Iya aunty maafin kok, aunty juga minta maaf udah nakalin Nara."

"Nah sekarang Nara sama aunty udah baikan. Main sama aunty lagi ya dek." Saat Dira ingin menyerahkan kembali Nara pada Vini, bayi itu malah memeluk leher Dira erat. Mungkin masih kesal kali ya di jahili.

"Aku sebentar lagi mau pulang kak." Vini memberitahu Dira.

"Nanti aja, sekalian aku sama Mas Agam mau ke rumah Mama." Dira memberitahu rencananya pada Vini.

"Oh pantesan kakak sibuk buat kue ya, buat Mama ternyata."

"Iya, buat kamu juga nanti aku pisahin ya."

"Wah baik banget kakak ipar aku ini. Makasih loh."

"Kira-kira Mama bakal suka gak ya?" Tanya Dira, pasalnya dia pesimis karena baru membuatmu satu kali. Semoga saja nanti hasilnya tidak mengecewakan.

"Mama itu paling suka sama kue kue-an gitu kak. Jadi pasti Mama bakal suka, apalagi kalau dibuatin sama menantunya. Yakin deh aku." Dira tersenyum mendengar jawaban Vini. Semoga saja nanti memang seperti itu adanya.

* * *

Sesampainya di depan pintu, Dira menghentikan langkahnya sejenak. Dia mengambil nafas dan menghembuskan nya. Agam dengan setia, disamping Dira selalu menganggam tangan istrinya itu.

"Ayo masuk." Agam menatap istrinya itu dengan meyakinkan. Bagaimanapun juga ini kali kedua Dira menginjak rumah mewah ini, dan rasanya masih sama. Gugup selalu melanda, tapi akhirnya Dira memberi anggukan pada suaminya.

Mereka berdua langsung memasuki rumah, ruang tamu terlihat sepi dan langkah selanjutnya adalah ruang keluarga karena kemungkinan besar orang yang menghuni rumah itu sedang berkumpul di sana.

Dan benar saja, papa dan Mama Agam kini telah duduk santai di sofa empuk. Agam menggenggam tangan Dira untuk menghampiri kedua orang tuanya.

"Assalamualaikum." Ucapan salam itu kompak keluar dari sepasang suami istri. Sontak saja hal tersebut membuat kedua orang tua didepannya menoleh ke arah mereka.

Kedua orang tua Agam menjawab salam dari mereka. Lalu Agam dan Dira menyalami bergantian.

"Dira buat kue untuk Mama." Dira menyerahkan kue yang dibawanya pada ibu mertua. Dari nada suaranya terdengar bahwa Dira masih canggung berinteraksi dengan ibu mertuanya itu. Dira memberikan senyum saat ditatap oleh Mama Agam.

"Terimakasih." Jawab ibu mertuanya singkat. Meskipun begitu tidak terdengar nada jutek sama sekali ucapannya.

"Semoga Mama suka ya sama kue buatan Dira." Rupanya Dira masih tidak menyerah untuk mengajak mertuanya berbicara.

"Mama coba sekarang." Katanya membuat Dira langsung menampakkan raut senang yang berseri-seri.

"Nara sama Vini mana gam? Katanya  semalam Vini nginap di rumah kamu?" Papa mengeluarkan suara, mencari keberadaan cucu dan anak bungsunya.

"Iya pa, semalam Vini nginap di rumah. Sekarang lagi beli jajan sama Nara di luar." Agam menjawab. Tadi saat baru saja sampai di depan rumah, tiba-tiba Abang yang sering berjualan jajanan lewat depan rumah dan Nara langsung meronta-ronta, mengajak untuk membeli jajan itu. Dan akhirnya Agam menyuruh sang adik untuk menemani Nara.

"Enak, kamu buat sendiri ini?" Wajah Mama terlihat bahagia saat berhasil menghabiskan sesuap dari kue yang dibuat Dira.

"Iya Ma Dira buat sendiri, kebetulan kemarin Dira ikut kelas masak gitu dan ternyata buat kue kayak gitu." Dira bercerita kepada Mama mertuanya. Agam yang melihat itu tersenyum tipis, tampaknya kedua wanita di depannya ini akan nyambung jika sudah berbicara masalah kue-kue an.

"Bagus itu. Lain kali buatin Mama kue yang lain juga ya." Dira yang mendengar itu tentu sudah pasti merasa senang.

"Iya Ma. Nanti Mama kasih tau Dira aja mau dibuatin apa." Dira menjawab dengan semangat. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Vini. Semoga saja nanti hubungannya dengan ibu mertuanya bisa lebih baik lagi.

To be continued

Married with Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang